Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

  • Niac Mitra vs Arsenal 2-0: Gara-gara Udara Panas dan Lapangan Buruk?

    Niac Mitra mengukir kenangan indah di depan ribuan penggemarnya di Stadion Gelora 10 November ketika sore kemarin agak di luar dugaan menaklukkan klub kenamaan Inggris, Arsenal, dengan kemenangan mutlak 2-0.

  • Mino Raiola, Antara Mulut Besar Donald Trump dan Keberingasan Al Capone

    Dalam rimba transfer internasional dunia, ketika akan terjadi deal antara pemain, agennya, dan wakil klub, biasanya pertemuan terjadi di restoran mahal tertutup, lobi hotel mewah bahkan di kamar tertutup. Namun khusus kepada orang yang satu ini sulit terlaksana.

  • Stan Kroenke: Kapitalis Pemuja Wenger

    Sosoknya kaku, irit bicara, pelit senyum apalagi sampai tertawa terpingkal-pingkal. Tak salah kalau pers Inggris menjulukinya the silent man atau si pendiam. Sorot matanya tajam, gerak-geriknya tanpa ekspresi, pikirannya selalu fokus tanda suka berpikir sesuatu yang menarik minat. Suasana hatinya dingin, barangkali sedingin darahnya, dan kelihatannya orang ini rada susah untuk dijadikan teman atau sahabat.

  • Angela Merkel: Wanita Terkuat di Dunia

    Kiprah nyonya besar yang satu ini tak sampai begitu. Tapi pelampiasannya unik. Satu gerakan moral Angela Dorothea Merkel, Kanselir Jerman sejak 2005, yang jadi hobi dan habit sebab sering dilakukan adalah nyelonong ke kamar ganti pemain!

  • Roger Daltrey: Semangat Highbury Highs

    Malam hari penghujung April 2006, Roger Harry Daltrey tak kuasa menahan kenangan masa lalu. Memori kejayaan bersama Pete Townshend, John Entwistle dan Keith Moon saat mengusung aliran progressive rock lewat band The Who di era 1970-an, kerap kali campur aduk dengan era keemasan The Old Double.

  • Persija, Inspirasi dari Soempah Pemoeda

    Berkat sejarahnya, dominasi Persija di blantika nasional tak pernah lekang dimakan waktu. Catatan fenomenal juga ditorehkan klub berlambang Monas sebagai satu-satunya klub dengan rekor tak pernah terkena degradasi sejak debut pada 1931.

  • Asal Muasal Tiqui-Taca, Sepak Bola Bergaya Geometri

    Medio 1980-an, ketika masih masa anak-anak, kata-kata yang kini dikenal dengan tiki-taka sebenarnya sudah sering dihebuskan para komentator Indonesia dalam beberapa acara siaran langsung Piala Dunia atau Piala Toyota di TVRI. Satu yang paling rajin menurut saya adalah Eddy Sofyan. Dia suka menyebutnya dengan ‘tik-tak’ yang berkonotasi umpan-umpan pendek, permainan tek-tok layaknya karambol atau ding dong.

Tampilkan postingan dengan label Humor. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Humor. Tampilkan semua postingan

Bentrok The Gunners vs Red Devils

Humor, seperti yang banyak dipercaya orang, konon bisa menetralisir keadaan tegang menjadi renggang, kondisi stres jadi beres. Pendek kata, ia bisa seperti es batu yang dicemplungkan ke teh panas.

Hawa panas pasti berembus ke Highbury dan Old Trafford mana kala Arsenal vs Manchester United akan bentrok secara rutin setiap musim, sedikitnya dua kali. Bagi suporter yang 'berdarah panas', suasana model begitu makin mengipasi api peperangan. Tapi buat pendukung yang 'berdarah dingin', cara menyambut laga justru lebih unik, yakni memakai banyolan konyol! Tujuan mereka tetap sama, apapun bentuknya. Saling melecehkan, meledek, mengecilkan atau menjatuhkan. Dilarang sakit hati. Balaslah, tapi lewat humor.

--------------------

Janji Scholesy 

Pada duel akbar kali ini, saatnya Manchester United bertandang di ibukota London. Gelandang penting Red Devils Paul Scholes berpaling pada rekan-rekan setimnya seraya bilang, "Dengar guys, kalian diam saja di rumah. Saya akan mencetak satu gol di Highbury!" Para pemain lain setuju, seraya merasa bergembira karena tidak punya risiko untuk dipermalukan. Lalu mereka meninggalkan Scholesy selama seminggu, lalu terbang ke Vanuatu untuk liburan.

Bentrok The Gunners vs Red DevilsPada hari pertandingan itu, rekan-rekan Scholes itu datang ke bar untuk menonton siaran langsung di televisi lokal. Baru lima menit setelah mereka duduk-duduk di bar, Scholes mencetak gol! "Hebat kau Scholesy, memang hebat!" jerit mereka.

Tiba-tiba badai mulai muncul. Listrik di bar pun byar-pet. Mati. Nyala. Mati, dan seterusnya. Untungnya saat babak pertama usai, mereka melihat skor masih 1-0. Setelah itu listrik mati lagi. TV ikut padam. Dan kali ini agak lama. Di kegelapan rekan-rekan Scholes terlihat gelisah. Mau pulang pun tidak bisa karena di luar badai belum berhenti. Kepasrahan melanda. "Bisa nggak ya dipertahankan?" gumam mereka sambil melihat arloji masing-masing.

Ajaibnya, tepat di menit ke-90 listrik menyala! Mereka amat gembira saat tahu skor tetap 1-0. Suasana di bar gempar lagi. Tiba-tiba saat injury-time, Arsenal mencetak gol balasan. 1-1! Tak lama, prriiit, wasit menyudahi pertandingan. Walau seri, rekan-rekan Scholes amat puas dan salut lantaran Scholesy telah memenuhi janjinya: mencetak gol.

Saat kembali ke Inggris, di bandara mereka dijemput Scholes yang terlihat menangis tersedu-sedu. "Ada apa ini?" tanya mereka heran.

"Saya mengecewakan kalian," kata Scholes, "Saya mengecewakan kalian".

"Tidak, you tidak mengecewakan kami," teriak rekan-rekannya berbarengan.

"You 'kan sendirian melawan Arsenal, lalu bikin gol. Itu hebat, Paul!"

"Hah, tapi apa kalian tidak tahu?" jawab Scholes rada bingung,

"Saya diusir wasit di menit kesepuluh!"


Strategi Wenger

Di suatu kesempatan, Alex Ferguson, Pele, dan Arsene Wenger memancing bersama di tengah danau. Setelah memancing berjam-jam lamanya, mereka tampak kehausan. Sambil memandang yang lain, tiba-tiba Alex berkata, "Saya ingin mengambil Scotch-Whiskey." Ia bergegas keluar dari perahu, berjalan melintasi air ke darat, meraih botol dan kembali dengan cara yang sama.

Dua jam kemudian giliran Pele. "Saya juga ingin mengambil Minas-Cachaca." Persis seperti cara Alex, dia pun melakukannya dengan gaya yang sama.

Setelah melihat dua kejadian unik itu, Wenger bergumam, "Jika mereka bisa melakukan dengan caranya, kenapa saya tidak? Saya akan membawa minuman terbaik se-Prancis, Drambuie." Ia melangkah dari perahu diam-diam, nyemplung ke air dengan kepala duluan dan tak pernah muncul lagi.

Karena tak kunjung kembali, Pele menatap tajam Alex dan berkata, "Dia tahu nggak ya di dalam air ini ada batu yang tak terlihat untuk berjalan ke darat?"


Iklan Kolom

Dijual.

Sebuah kereta musik. Dengan corak warna merah dan putih. Kondisi sangat lapang.

Di satu sisinya terpatri tulisan 'Kesebelasan Terbaik se-Inggris.'

Mudah menyesuaikan diri dengan media-media Inggris dan berbagai bekas pemain profesional. Dapat diandalkan saat musim dingin. Ada kecenderungan roda-rodanya akan copot mulai bulan April.

Semua pertanyaan ditujukan pada A. Wenger, Arsenal FC.


Cara Ampuh

Anda terperangkap di sebuah kamar bersama-sama seekor beruang, seekor harimau dan seorang suporter Manchester United. Ada senapan dan dua peluru.

Apa yang anda harus lakukan?

Tembak suporter Manchester United dua kali!


Salah Sasaran

Suatu hari, seorang maling yang memakai kaus Manchester United merampok rumah seorang pastur. Banyak barang berharga yang bisa dibawa, tapi matanya lebih tertuju pada sebuah kaus yang tergantung. Kaus itu kostum Arsenal.

"Sialan, ternyata dia pendukung The Gunners!" sungutnya sambil menjambret lalu membakarnya.

Tak lama kemudian, si pastur terbangun dan memergoki si maling. "Hei, kenapa kau bakar kaus itu?" tanya si pastur.

Dengan bangga, ia membuka jaketnya, dan terlihatlah kaus dengan logo setan bertanduk memegang trisula. Yang dilakukan si pastur berikutnya cuma berdoa: "Ya Tuhan, berikanlah orang ini jalan lurus agar hidupnya tidak sesat."

Si maling grogi, lantas buru-buru keluar rumah, lari sekencang-kencangnya menyebrangi jalan, dan tak melihat ada sebuah mobil kencang melintas. Darrr! Ia terkapar.

(ilustrasi: normanhood.co.uk)

Share:

Pelatih Paling Universal

Mau tidak mau, sekarang ini untuk menjadi pelatih bola, kemampuan berbahasa asing tampaknya menjadi aspek penting yang lain di samping kelihaian melatih itu sendiri. Apalagi semakin top klub tersebut, biasanya semakin banyak pemain asingnya. Fenomena ini bisa dilihat juga di Serie A, sebagai tolok ukur kompetisi paling menggebyar di dunia.

Untuk mendapatkan kerjasama bahkan hasil yang optimal antara pelatih dan pemain, ngoceh atau kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai bahasa, tentu menjadi semakin lebih penting lagi. Berikut gambaran umum kemampuan komunikasi para pelatih Serie A mulai dari yang hebat sampai yang kacrut. Catatan khususnya adalah mereka semua lancar berbahasa Italia. Iyalah. 

Pelatih Paling Universal
Pelatih pertama yang harus disorot adalah Sven-Goran Eriksson, orang Swedia yang menukangi Sampdoria. Pengalaman internasionalnya memungkinkan dia bisa berbahasa Italia, Portugis, Inggris dengan baik selain fasih ngoceh bahasa Swedia. Eriksson juga bisa ngomong Jerman meski terpatah-patah.

Pelatih Paling Universal
Berikutnya yang paling banyak bisa ngoceh dengan banyak bahasa adalah pelatih Napoli, Vujadin Boskov. Tentu dia lancar berbahasa ibu Serbia-Kroasia. Hebatnya lagi dia juga fasih Italia, Spanyol, Belanda, dan Hongaria. Agak luar biasa diperlihatkan oleh Luigi Simoni (Cremonese) yang lancar berbahasa Inggris, Spanyol, dan Prancis.

Luigi Cagni (Piacenza) mampu bicara dalam bahasa Prancis dan Inggris. Hebat. Ini sangat lumayan buat orang Italia. Begitu juga Francesco Guidolin (Viacenza) yang berbahasa Inggris cukup baik, dan itu dipelajarinya sejak SMA dan melalui kursus. Mauro Sandreani (Padova) bisa berbahasa Inggris yang dipelajarinya di sekolah selama 8 tahun. Tak diduga bahasa Inggris Fabio Capello (Milan) tersendat-sendat, meskipun lancar berbahasa Prancis dan Spanyol.

Marcello Lippi (Juventus) hanya aktif berbahasa Prancis yang dipelajarinya sejak sekolah. Nedo Sonetti (Torino) berbahasa Spanyol dan mengaku tidak bisa berbahasa Inggris. Nevio Scala (Parma) berbahasa Jerman dengan sempurna karena istrinya orang Jerman. Alberto Zaccheroni (Udinese) pernah belajar bahasa Prancis di sekolah serta Jerman dan Inggris, sehubungan dengan kedudukannya sebagai pemilik sebuah hotel. Zdenek Zeman (Lazio) berbahasa Bohemia sebagai bahasa ibu di samping Italia dan Rusia yang digunakannya dengan Igor Kolyvanov dan Igor Shalimov sewaktu menangani Foggia.

Pelatih Paling Universal
Carletto 'Carlo' Mazzone (Roma) tidak dapat berbahasa Inggris atau Prancis. Dengan pemain Amerika Latin yang banyak menghuni klubnya, dia harus memakai bahasa Spanyol dengan sulit dan terputus-putus. Wah, pantas prestasi Roma di Serie A tidak naik-naik. Semakin ke bawah, semakin parah. Giuseppe Materazzi (Bari) mengaku tidak pernah punya waktu untuk belajar bahasa Inggris. 

Bahkan Emiliano Mondonico (Atalanta) hanya tahu beberapa patah kata dalam bahasa Inggris! Akhirnya giliran Giovanni Trapattoni (Cagliari) yang tidak menjawab pertanyaan majalah Guerin Sportivo. Dia hanya mengatakan bahwa jika ingin membicarakan sesuatu dengan pemain asingnya, sering timbul salah faham. Itu resikonya. Dari data di atas bisa dikatakan, Eriksson dan Boskov merupakan pelatih yang paling universal di Serie A.

(laporan zainal muttaqien, napoli. foto: pinterest/youtube/contra-ataque.it)




Share:

Teganya Zeman

Kalau Kramer vs Kramer itu judul film, maka di Italia ada 'Zeman vs Zeman'. Jelas, ini cuma plesetan yang ditujukan kepada pelatih Lazio yang asal Ceko, Zdenek Zeman. Apa pasalnya? Tidak lain dan tidak bukan adalah terlemparnya Foggia ke Serie B, yang diyakini banyak kalangan gara-gara ulah Lazio, yang menggasak bekas pelatih klub Foggia dengan skor 1-0 di laga terakhir Serie A 1994/95 lalu.

Setelah membangun dari sisa-sisa keruntuhan, mengangkat dari Serie C1, lalu ke Serie B pada 1988/89, diakhiri dari Serie B ke Serie A pada musim 1990/91, Zeman tak kuat menahan iman dan godaan klub ibukota Italia yang menawarinya gaji besar dan kedudukan terhormat. 


Teganya Zeman
Bukan itu saja, saat pindah Zeman juga membawa pahlawan Foggia, Giuseppe Signori, termasuk Roberto Rambaudi, ke Lazio. Masih belum tega, dan ini yang paling paripurna, Zeman menjorokkan lagi Foggia ke Serie B setelah pasukan barunya menang 1-0. Bahkan sebelumnya di putaran pertama, Lazio membantai Foggia 7-1! Maklum, Zeman tahu betul jeroan dan seluruh isi perut Foggia yang pertama kali dibentuknya. Yang paling mengharukan adalah istri Zeman - dia ikut menonton langsung di stadion - sampai menangis menyaksikan kekalahan Foggia itu. Zeman sendiri yang biasanya dingin dan tampak tak acuh dengan kondisi dan perasaan, akhirnya mengaku pada harian Corriere dello Sport Stadio bahwa separo dirinya telah runtuh dengan tersingkirnya Foggia dari percaturan kompetisi Serie A. Halah!


Perang Fulus AS Roma vs Lazio

Kompetisi lalu tampaknya menjadi masa keemasan buat dua klub dari ibukota Italia yang sangat bersaingan dan bermusuhan, Lazio dan AS Roma. Buktinya dalam 17 pertandingan di kandang, masing-masing menangguk banyak fulus dari pemasukan karcis. Roma sukses mengumpulkan total penonton 958.056 orang dengan pemasukan Rp 29,94 miliar lira atau sekitar Rp 43,5 miliar.

Sementara Lazio mengeduk uang 27,63 miliar lira atau Rp 41,5 miliar hasil dari penonton totalnya yang mencapai 828.158 orang. Artinya, total penonton yang terkumpul di Stadion Olimpico itu berjumlah 1.786.214 orang dengan pemasukan 56,73 miliar lira atau sekitar Rp 85 miliar! Namun dalam penjualan tiket berlangganan, Roma unggul dari Lazio, 39.087 berbanding 33.149 tiket. Sementara itu, dalam pertandingan derby, yang menjadi rekor penonton untuk kedua klub tersebut, Lazio berhasil mengatasi Roma.

Lazio vs Roma: 75.893 penonton dengan pemasukan 3,38 miliar lira atau Rp 5 miliar rupiah lebih. Roma vs Lazio: 73.893 penonton dengan pemasukan sebesar 2,73 miliar lira atau hampir Rp 4 miliar.


Juventus Dituntut

Anggota Dewan Penasehat Balaikota Foligno (Italia Tengah), Franco Valentini, mengajukan tuntutan ganti rugi terhadap klub Juventus. Pasalnya, dalam pesta kemenangan klub itu, Juventini alias para tifosi Juve telah merusakkan patung marmer Nicolo Di Liberatore, pelukis kenamaan yang lahir di kota tersebut pada 1430 dan wafat 1502.

Patung pahatan Ottaviano Ottaviani pada 1872 yang terletak di pusat kota itu memang telah rusak jari-jari tangannya akibat ulah mereka. Tuntutan yang diajukan oleh Franco Valentini bukan dalam bentuk uang, melainkan sekadar permintaan untuk memperbaiki kembali patung tersebut seperti semula.

(laporan Zainal Muttaqien, Napoli. foto: corriere dello sport-stadio)
Share:

Sinyal Untuk Baggio

Kemenangan Juventus ke-23 kali sebagai juara liga diabadikan oleh Ufficio Postale/Poste Telegrafi Italiana alias Kantor Pos Giro dan Telegraf Italia dalam bentuk perangko. Rancangannya dibuat oleh Ugo Nespolo, seorang pelukis. Berapa jenis? Satu macam, bernilai 750 lira dan mulai beredar Senin (12/6) lalu. Tapi ada yang aneh.

Sinyal Untuk BaggioSeperti halnya iklan rokok dan sepak bola di Indonesia yang sering salah pasang gambar pemain, nomor punggung atau namanya, berikut pula yang terjadi pada perangko tersebut. Maksud gambarnya Roberto Baggio, tapi nomor punggungnya 9! Nomor yang selalu dipakai Gianluca Vialli. Banyak yang bilang, itu sebagai sinyal untuk Baggio bahwa dia sudah tidak disukai lagi di Juventus.

Juve Diledek Milan

Kegagalan Milan ke Piala Champion 1995/96 berarti menguapnya duit 15 miliar lira atau setara dengan Rp 22 miliar. Namun itu ternyata ada hikmahnya, hikmah yang bisa dibilang jauh lebih menantang dari sekedar kerugian uang. Apakah itu? Milan, yang keluar dari empat besar Serie A musim 1994/95, hanya akan tampil di Piala UEFA. Hasil ini rupanya banyak yang juga disyukuri tifosinya.

Sebab, ada harapan mereka bisa merebut trofi UEFA, satu-satunya gelar yang belum ada di lemari kaca AC Milan! Sepanjang sejarahnya, Milan telah tampil 14 kali di Piala Champion, 4 kali di Piala Winner, dan 9 kali di Piala UEFA.Musim depan adalah penampilan kesepuluh Milan di Piala UEFA. Terakhir kali mereka berlaga di sana pada musim 1987/88. Waktu itu tim asuhan Arrigo Sacchi tersungkur di perempatfinal oleh Espanyol, klub papan tengah Liga Spanyol, dengan skor 0-0 dan 0-2.

Ada dua penyebabnya. Pertama, banyak pendukung dan juga pengamat menduga Milan selalu gagal di Piala UEFA lantaran kekurangan motivasi sebab Piala UEFA dianggap kurang bergengsi. Lalu yang kedua? Nah ini yang diguyonkan tifosinya. Katanya, ajang itu dianggap juga sebagai Piala Juventus! Maklum, selama delapan tahun terus menerus, lantaran tidak pernah menjuarai Serie A atau masuk papan atas klasemen akhir, Juve selalu berpartisipasi di Piala UEFA. Hmmm, ngledek nih yee...

Lagu Untuk Juventus

Juventus lagi. Mereka bukan cuma diabadikan di perangko saja, tapi juga dalam bentuk lagu. Cristiana Malglioglio, penyanyi dan pengarang lagu cukup kondang, mempersembahkan dengan judul Signora Juve alias Si Nyonya Juve. "Syair itu lahir bukan karena sayembara, tapi dari sanubari saya sendiri. Karena sejak kecil saya sudah jadi tifosi Juve," jelas seniman kelahiran Sicilia itu pada Corriere dello Sport-Stadio.

Dengan karya ini, berarti khazanah lagu-lagu yang dibuat untuk sepak bola di Italia makin marak. Yang pertama Grazie, Roma! atau Terima Kasih (AS) Roma karya Antonella Venditti. Sedang lagu untuk AC Milan pernah diciptakan oleh Dario Baldan Bembo, begitu juga tim nasional Italia pada Piala Dunia 1990 yang dibuatkan oleh musisi Italia yang berdomisili di AS, Giorgio Moroder.

Dedikasi Zola

Kepada siapa Gianfranco Zola secara khusus mempersembahkan Piala UEFA? Keluarga? Pacar? Atau masyarakat Parma? Bukan, sama sekali bukan semuanya. Dia mempersembahkan (secara simbolis tentunya) trofi itu untuk sahabatnya, Giuseppe Vinci, yang sejak enam bulan lalu masih disandera para penculik di Sardegna atau Sardinia, sebuah pulau di selatan Italia yang menjadi sarang salah satu klan mafia paling menakutkan.

Tekad itu telah disampaikan oleh Zola sebelum final melawan Juventus, akhir Mei lalu. "Saya ingin sekali memenangkannya dan piala itu didedikasikan untuk Vinci. Dia sebaya dengan saya. Secara pribadi saya tidak tahu harus berbuat apa," kata Zola. Entahlah, apakah para penculik itu mendengar imbauan Zola. Yang pasti di Cagliari, saat pertandingan tuan rumah melawan Sampdoria, publik setempat menggelar beberapa spanduk yang berbunyi. "Kembalikan Giuseppe Vinci kepada kami."

(foto: pickclik.fr/zmnapoli)

Share:

Pele Bikin Musala

Anda pernah dengar Hakan Sukur? Kalau ya, syukurlah. Tapi kalau belum, ada informasi menarik dari pemain nasional Turki itu yang dikabarkan akan ditransfer ke Torino musim 1995/96 mendatang. 

Pele Bikin MusalaSayangnya rencana ini tak mendapat antusias dari tifosi Granata (julukan Torino) dan beberapa pemainnya, kecuali seorang yakni Abedi Pele, striker beragama Islam asal Ghana. Mantan pemain Olympique Marseille ini amat gembira mendengarnya. Bahkan sudah merencanakan niat yang mulia.

"Begitu bertemu dengannya nanti, saya akan ajak dia ke rumah saya dan memperlihatkan musala yang khusus saya bangun di dalamnya. Menjelang pertandingan hari Minggu, kami akan salat berjamaah lebih dulu, lalu berdoa agar kami diberi kemenangan," tandas Pele, seorang muslim taat yang juga seorang ayah dari dua putra hasil perkawinan dengan wanita Prancis. Kalau memang jadi, Sukur merupakan pemain Turki ketujuh yang pernah bermain di Serie A sejak 1950.

AC Milan, Kami Datang!

Kompetisi Serie A Liga Italia hampir usai. Sang juara pun telah diketahui. Begitu juga di Serie B. Meski sang juara belum ketahuan, tapi tim-tim yang akan promosi ke Serie A, sudah kentara. Salah satunya yang 'hampir pasti' adalah Piacenza. Keyakinan pun menerpa para tifosi mereka. 

Spanduk-spanduk dan kaos bertuliskan nada optimistis banyak terlihat. Satu diantaranya berbunyi, "AC Milan, kami datang!" Lho, kok kubu Milan dibawa-bawa?

Rupanya akibat 'ulah' klub berjuluk Rossoneri itu pada musim 1993/94 silam, Piacenza kadi kena degradasi. Bagaimana caranya? Saat itu, anak-anak Milanello tanpa diduga menyerah pada Reggiana, pesaing Piacenza untuk kandidat degradasi. Kemenangan Reggiana menyelamatkan mereka bertahan di Serie A namun di satu sisi menendang Piacenza jatuh ke Serie B. Tapi sudahlah, roda 'kan terus berputar. 

Kini di akhir musim 1994/45 ini, Reggiana yang mengalami degradasi ke Serie B. Sementara Piacenza yang di Serie B hampir pasti promosi lagi ke Serie A. Adil 'kan?

Beda Juve dan Parma

Selain jadi musuh bebuyutan pada musim ini, Juventus dan Parma ternyata memang punya banyak perbedaan. Berikut beberapa diantaranya. Usia rata-rata pemain Juve 27,3 tahun, sedangkan Parma 26,3 tahun. Tinggi rata-rata pemain Juve 1,80 m dan Parma 1,78 m, dengan rincian yang tertinggi Fabrizio Ravanelli (Juve), Dino Baggio (Parma) dan Lorenzo Minotti (Parma). Sedang yang terpendek adalah Roberto Baggio (Juve) dan Gianfranco Zola (Parma).

Berat? Rata-rata pemain Juventus 78,7 kg, sedang Parma 73,8 kg. Pemain terberat adalah Angelo Peruzzi (Juve) dan Fernando Cuoto (Parma). Yang paling ringan, lagi-lagi, Baggio dan Zola. Data-data perbandingan juga mencakup segi teknis. Produktivitas Juve selama musim 1994/95, baik nasional maupun internasional, rata-rata 1,8 gol tiap laga (90 gol/50 laga), sedangkan Parma 1,6 (80 gol/50 laga).

Bintang Lentini

Benar dugaan orang bahwa Gianluca 'Gigi' Lentini tidak sengaja mencetak gol ke gawang AS Roma pada laga yang digelar pada 15 Mei silam. "Sama sekali tidak disangka menjadi gol. Tadinya bola itu maksudnya akan diumpan ke Massaro, makanya saya tidak begitu gembira. Tahu diri dong," ucap pemain yang mulai menemukan kebintangannya lagi setelah cedera panjang akibat kecelakaan mobil, akhir 1994 lalu.

Kebintangan itu kian nyata karena dalam enam partai terakhir Milan, Lentini mencetak lima gol. Sayang, pelatih Fabio Capello terlambat menurunkannya saat Milan dikalahkan Ajax 0-1 pada final Liga Champion di Wina, Austria, Rabu pekan lalu.

(foto: rascojet/zmnapoli)

Share:

Doa Yang Makbul

Ternyata gemerlapnya Gianfranco Zola pada musim ini dibantu oleh rentetan doa dan harapan dari mereka yang bersimpati dan berharap padanya. Seperti yang pernah dimuat di Corriere dello Sport Stadio di bawah ini.

Doa Yang Makbul

"Yang Terhormat Gianfranco Zola,

Kami adalah para pegawai Pabrik Pasta Puddu (Grup Parmalat) di Siddi, desa kecil dekat Cagliari yang berpenduduk 800 orang. Pabrik itu tidak besar, hanya berpegawai 43 orang. Tapi bagi kami pabrik itu amat berarti, sama nilainya dengan FIAT di Torino.

Masalahnya sekarang pabrik kami akan ditutup. Kami memang tidak mengerti dengan masalah neraca, investasi, merek, atau marketing. Yang kami tahu, mereka akan menutup pabrik yang menjadi satu-satunya sumber nafkah keluarga kami.

Mister Zola yang terhormat, Anda adalah pemain yang sangat kami kagumi dan bermain di klub yang dimiliki oleh Tuan Stefano Tanzi, pemilik PT Saral yang menjadi induk pabrik kami. Kami berharap pada Anda jika Anda bertemu beliau (kami sangat berharap), tolong bicarakan gara penutupan dibatalkan.

Sementara ini kami hanya menunggu perkembangan dan jawaban dari Anda. Kami doakan agar Anda sukses bersama Parma memenangi Piala Italia, Piala UEFA, dan Serie A, khususnya sebagai capocanonnieri (pencetak gol). Atas perhatian Anda kami ucapkan terima kasih."

Zola memang belum menjawab surat itu, namun realitanya sudah terjawab. Zola dan Parma menjuarai Piala UEFA. Doa (bahkan sumpahan) orang teraniaya memang makbul.

Roby, 2000 Lira?

Ulah bintang memang tak lekang dari perhatian publik sedikit pun. Begitu juga yang dialami oleh Roberto Baggio. Mungkin karena lagi banyak yang mesti dipikirkan (atau sedang mengencangkan ikat pinggang?), Baggio - salah satu orang terkaya di dunia - memberi sumbangan sekedarnya pada Croce Rossa Italiana (CRI), PMI-nya Italia, yang sedang mengumpulkan dana.

Petugas langsung sewot ketika tahu yang memberi sumbangan itu seorang bintang sepak bola yang gajinya Rp 5 miliar setahun. Belum lagi penghasilan dari sponsor, iklan, dan bonus-bonus. Roby, sapaan Roberto Baggio, ternyata 'hanya' memberi sumbangan 2.000 lira (Rp 3.000!) kepada petugas CRI. Itu dilakukannya ketika dia sedang melakukan perjalanan ke Casoni Barroni untuk liburan bersama keluarga.

Esoknya langsung muncul berita heboh di Corriere dello Sport Stadio dengan nada satir. "Roby, duemilla lire alla Croce Rossa!" Artinya, "Roby, Dua Ribu Lira untuk Palang Merah!" Habis salah juga sih CRI, meminta dana ketika dia mau liburan. Siapa tahu Roby sedang tidak bawa uang cash.

Apa Salah Saya?

Kembali ke masalah Roberto Baggio. Pihak CRI terpaksa mengeluarkan pernyataan resmi sehubungan dengan pemberitaan sumbangan kapten Juventus tempo hari."Berita itu sama sekai tidak bersumber dari petugas kami," kata seorang juru bicara CRI. "Bagi kami bukan masalah besar kecilnya sumbangan, tapi partisipasi dan suka relanya. Justru kami salut dengan Roby sebagai seorang bintang yang peduli pada masalah sosial," lanjutnya lagi seraya meminta maaf.

Baggio memang sempat sengit dengan pemberitaan tersebut untuk membantah bahwa dirinya pelit. "Saya juga seperti yang lainnya, menyumbang pada kotak yang diletakkan di pinggir jalan. Jadi apa salah saya?" paparnya kepada kantor berita nasional Italia, ANSA (Agenzia Nazionale Stampa Associata).

Pemain yang sedang digunjingkan akan pindah dari Juventus ke AC Milan ini juga mangkel sebab gara-gara berita itu, masalah pribadinya dikorek-korek, terutama kabar gajinya di Juve yang akan diturunkan menjadi Rp 2 miliar per tahun.

(foto:fuoriposto/zmnapoli)

Share:

Striker Paling Cerdik

Buka-bukaan kostum usai mencetak gol merupakan salah satu ungkapan kegembiraan pemain. Dan itu sah-sah saja asal jangan terlalu lama. Wasit biasanya menganggap itu sebagai tindakan membuang-buang waktu yang berisiko terkena ammonito alias kartu kuning.

Pemain-pemain seperti Daniel Fonseca (Roma) atau Giuseppe Signori (Lazio) terkenal mengungkapkan ekspresi dengan cara membuka kaos dan lari ke arah pendukungnya. Mereka rela dihadiahi kartu kuning demi itu! Namun ada satu pemain yang sulit diganjar ammoniti oleh arbitri.

Siapa dia? Dia adalah Goran Vlaovic, striker asal Kroasia si ujung tombak Padova. Setelah bikin gol kedua ke gawang Reggiana di Stadion Euganeo, 14 Mei 1995, yang skor akhirnya 3-0, seperti biasa dia berlari ke arah penonton. Sampai sini tidak ada yang aneh. Seperti biasa dia melakukan selebrasi merayakan gol layaknya seorang pesepak bola.

Namun ulah sesungguhnya si eksentrik muncul juga. Vlaovic melempar kaos bernomor 9 miliknya itu ke arah tribun belakang gawang lawan. Kena kartu kuningkah dia? Ternyata tidak! Malah para penonton, pemain, termasuk sang wasit sendiri pada tertawa, setidaknya tersenyum merasa diakali namun mereka tidak berkutik sebab Vlaovic tidak melakukan kesalahan mendasar.

Lho kok bisa? Ada apa sebenarnya? Ternyata penyerang berusia 22 tahun itu punya akal cerdik. Dia menggunakan kostum rangkap dengan nomor yang sama! Di Italia, kartu kuning yang diberikan wasit kepada pemain membuka kostum yang mempertunjukkan dadanya kebanyakan karena dianggap tidak sopan. Nah, Vlaovic punya penangkalnya. Barangkali dialah satu-satunya pemain dan pertama di dunia yang melakukan itu.
                                

Rekor Si Nyonya Besar

Perjalanan menjadi juara memang berat. Kekalahan karena beban mental bisa terjadi. Dan hal seperti itu ternyata dialami juga oleh Juventus, yang sampai kalah tiga kali secara beruntun di kandang sendiri. Pada derby 9 April, mereka ditundukkan Torino 1-2. Lalu kalah 0-1 dari Padova (23/4), dan terakhir 0-3 oleh Lazio, awal Mei, semuanya terjadi di Delle Alpi.

Namun aib ini bukanlah yang terjelek, sebab 35 tahun yang lalu La Vecchia Signora itu pernah sampai lima kali kalah, tepatnya pada musim 1961/62. Juve, yang waktu itu dilatih duet Julius Korostelev dan Carlo Parola, kalah 2-4 dari Palermo lalu 2-3 dari Bologna, 2-4 dari Milan, 0-1 dari Sampdoria dan Udinese 2-3. Alhasil mereka harus menempati urutan 12 di klasemen akhir, posisi terburuk dalam sejarahnya.
  
Tapi jangan salah. Meski begitu pada musim 1994/95 ini mereka justru membuat rekor khusus, yakni sebagai tim yang paling banyak menang tandang, sebanyak 11 kali! Di Italia hal seperti ini memang suka dibesar-besarkan sebab bertarung di kandang lawan kebanyakan sulit menang. 

Rekor ini menyamai perolehan Inter pada 1963/64 dan 1988/89 serta Milan di 1963/64. Jika mereka bisa menang di laga terakhir tandang melawan Roma di Stadion Olimpico, sudah pasti rekor Juve makin istimewa. Potere La Signora?

Nasib Ayah Dan Anak

Nasib sial bisa menimpa anggota keluarga siapa saja. Namun kalau ayah dan anak sama-sama ketiban apes, barangkali ada apa-apanya. Mungkin harus melakukan selamatan supaya tidak sial.

Nah ini yang menimpa Mircea Lucescu, mantan pelatih Brescia yang dipecat bulan lalu. Dia kemungkinan besar akan ditarik kembali ke tempatnya semula atau, melatih Reggiana. Padahal kedua klub ini sudah terkena degradasi.

Bagi Brescia, kemerosotan prestasi itu tadinya berkat ‘andil’ Mircea. Dia pun dihujat oleh tifosi Brescia. Beruntung, kini pengurus klub mau memaafkannya. Tapi kesialan belum habis dan malah pindah pada anaknya, Razvan Lucescu, yang menjadi kiper Sportul Studentesc.

Klub divisi satu Rumania yang dibiayai oleh Departemen Pendidikan itu belakangan sering kebobolan sehingga mendudukan mereka di papan bawah klasemen. Mengapa Razvan disorot? Tidak lain berkat ‘andil’ ayahnya juga. Menurut sebuah sumber, dia sebenarnya mendapat katabelece dari Mircea agar menjadi penjaga gawang utama di Sportul.

Gara-gara terbongkar, Mircea pun dihujat habis-habisan di Rumania. Apes boleh bareng tapi rejeki tentu berbeda. Mircea bakal kembali ke Italia. Tinggallah sang anak mengadu nasib sendirian di Rumania.

(foto: padovacalcio/zmnapoli)

Share:

Balbo-Batistuta Saling Wawancara

Menjelang pertandingan AS Roma vs Fiorentina, Minggu lalu, redaksi harian olah raga Corriere Dell Sport Stadio membuat terobosan menarik menyangkut kedua striker nasional Argentina yang bermain di kedua klub tersebut. Abel Balbo di Roma, Gabriel Batistuta di Fiorentina. Keduanya diundang harian olah raga itu ke kantor redaksinya di Roma dan Firenze secara bersamaan. Uniknya mereka diharuskan saling mewawancara! 

Balbo-Batistuta Saling WawancaraBerikut cuplikan wawancara mereka.

Batistuta: “Bel, bagaimana pertahanan Roma yang akan mengawal saya?”

Balbo: “Wah, jangan tanya deh, Briel. Pertahanan Roma sangat ketat, dan Anda pun tahu pertahanan kami merupakan yang terbaik di kompetisi saat ini. Saya jamin, Anda tidak bisa melakukan apa-apa!”

Wawancara yang dilakukan dengan modem komputer itu ternyata berlangsung menarik, dan menyita perhatian seluruh wartawan dan karyawan koran olah raga terbesar di Italia itu.
Selanjutnya...

Balbo: “Eh, Oktober nanti saya akan mengajak Anda menghadap Paus Paulus seperti janji saya dulu. Tapi dengan catatan, Anda harus bersikap baik saat bertanding nanti. Mau nggak?

Batistuta: “Seperti yang Anda lihat sebelumnya, saya kan selalu bersikap baik setiap Minggu, Tapi, tentu saja, untuk...Fiorentina! Ha..ha..ha”

Minggu 7 Mei 1995, tibalah saat pertandingan itu. Omongan Balbo terbukti benar. Roma berhasil menggulung Fiorentina 2-0 di Olimpico, dan salah satu gol itu dibuat oleh Balbo. Sedang Batistuta malah ketiban sial. Pasalnya, penalti yang dieksekusinya malah gagal! Yang jadi pertanyaan bagi seluruh pemirsa adalah, apa maksud ‘bersikap baik’ yang diucapkan Balbo kepada Batistuta itu? Hayo, siapa yang bisa jawab?

Sponsor Serie A

Ini untuk bahan perenungan di Indonesia yang sedang membangun industri sepak bolanya melalui Liga Indonesia. Mau tahu siapa saja sponsor-sponsor klub Serie A beserta nilai kontraknya per-tahun? Inilah, dimulai dari yang terbesar hingga terkecil.

Paling mahal adalah AC Milan, dengan sponsornya Opel (industri mobil). Nilai kontraknya 15 miliar rupiah per tahun. Berikutnya Juventus dengan Danone (susu dan macamnya) senilai 7,5 miliar. Cagliari (Pecorino Sardo/keju) 6 miliar. Inter (Fiorucci/sosis) 5,25 miliar.

Papan tengah ditempati oleh Roma (Nouva Tirrena/asuransi) 4,05 miliar. Napoli (Record/ruang dapur) 3,6 miliar. Lazio (Banca di Roma/bank) dan Parma (Parmalat/susu dan macamnya), masing-masing 3 miliar. Sampdoria (ERG/minyak) 2,85 miliar. Genoa (Kenwood/elektronik) 2,1 miliar.

Sedang papan bawah diisi oleh Fiorentina (Sammontana/es krim), lalu Reggiana (Latte Giglio/produk susu) serta Torino (Bongioanni/alat dapur) masing-masing 1,5 miliar. Kemudian Padova (Aqua Vera/air mineral) senilai 1,35 miliar. Bari (Wuber/sosis) dan Brescia (CAB/bank) masing-masing 1,2 miliar. Foggia (Snips/furnitur) sebesar 1,05 miliar.

Yang termurah? Siapa lagi kalau bukan klub Cremonese, yang disponsori oleh Moncart (furnitur) dengan nilai kontraknya yang ‘cuma’ 600 juta rupiah setahun. Nilai-nilai kontrak ini belum termasuk klub-klub Serie B dan Serie C yang angkanya termasuk cukup besar untuk ukuran di Indonesia.

(foto: mundod.lavoz/zmnapoli)

Share:

Gara-Gara Ganteng

Sebanyak 96 persen tifosi Fiorentina menghendaki agar Claudio Ranieri diperpanjang lagi kontraknya musim depan sebagai pelatih tim kebanggaan kota Firenze itu. Bahkan, 44 persen lagi menginginkan lebih dari satu musim. Demikian angket yang diadakan oleh majalah klub itu, Viola, yang mengumpulkan responden sebanyak 860 orang.

Claudio Ranieri. Gara-Gara GantengDari jumlah ini terdapat 100 orang tifose (suporter wanita) yang ikut memberikan pilihan. Namun, mereka bukan menyoroti kehebatan mantan pelatih Napoli itu dari segi teknis. Tapi dari pribadinya. Inilah kesimpulannya: sekitar 65 persen mengatakan bahwa Ranieri harus diperpanjang kontraknya karena ganteng! Hanya 25 persen yang menganggapnya biasa-biasa saja, dan 10 persen mengemukakan sebaliknya.

Juventus Dagang Kue

Di belahan Eropa, termasuk Italia, klub adalah sebuah perusahaan. Semakin besar klub, semakin besar pula perusahaan itu. Maka, gagasan untuk mendapatkan uang banyak bukan saja lewat pertandingan atau transfer pemain. Tapi di luar itu. Ingin tahu bagaimana Juventus merayakan Paskah?

Bekerja sama dengan perusahaan kue Giampaoli di Ancona, klub paling hebat prestasinya di Italia ini memasarkan dove cake alias kue khusus Paskah dan telur Paskah atau cokelat berbentuk telur yang di dalamnya diisi bermacam-macam hadiah.

Ide ini pertama kali dilontarkan oleh direktur humas Juventus, Romu Gai, dan pemimpin perusahaan tim Zebra, Paolo Giampaoli. Orang terakhir inilah yang punya perusahaan kue itu. Supaya keuntungannya lebih besar, di dalam telur Paskah itu dimasukkan kaos bernomor 10 yang tidak lain milik superstar mereka, Roberto Baggio.

Sementara pada kuenya ditaruh gantungan kunci asli yang resmi dikeluarkan oleh klub Bianconero itu. “Bagi kami ini merupakan suatu hal yang baru. Namun, kami yakin (untung) karena sektor ini tetap menghubungkan olah raga dan komersial,” tutur Gai, seperti yang diungkapkan pada harian olah raga Corriere Dello Sport Stadio belum lama ini.

Prestasi Khusus Casiraghi

Kalau pemain Bandung Raya Dejan Gluscevic mampu mencetak empat gol dalam satu pertandingan Liga Indonesia, prestasi serupa dibuat pula oleh “saudaranya” yang lebih hebat, centrocampista AC Milan, Dejan Savicevic, saat melawan tuan rumah Bari.

Alhasil, Savicevic tercatat sebagai stranieri pertama yang membuat prestasi itu pada tahun ini. Untuk keseluruhan tahun ini, dia menjadi orang kedua setelah attacante Lazio, Pierluigi Casiraghi. Pada musim kompetisi lalu, tak satu pun pemain yang berbuat begini. Terakhir yang membuat adalah Marco van Basten ketika Milan menghantam Napoli 5-1 pada 1992/93.

Dengan catatan manis itu, Casiraghi – yang mencetak empat gol saat Lazio mengubur Fiorentina 8-2, Maret lalu – merupakan pemain Lazio kelima dalam sejarah yang berhasil menyarangkan bola empat kali dalam satu pertandingan.

Pertama, Joao Fantoni saat Lazio melindas Modena (kini Serie C1) 9-1 pada musim 1931/32. Lalu Umberto Busani tahun 1936/37 (vs Napoli 5-3), Sandro Piola ketika lawan Juventus 5-3 (1942/43), dan Orlando Rozzoni tatkala Lazio bermain di Serie B melawan Foggia pada 1962/63 (menang 4-1).

(foto: bitacoradelaredonda/zmnapoli)

Share:

Akibat Susah Tidur

Susah tidur memang masalah. Ini juga dialami pelatih Arrigo Sacchi yang terkenal susah tidur cepat alias insomnia. Kesuksesan membawa tim nasional Italia mengalahkan tuan rumah Ukraina 2-0 justru tidak membuatnya tidur nyenyak. Begitu juga wawancara panjang via telepon oleh TV Italia Uno, tak menjadikannya mengantuk. Setelah wawancara ia malah duduk sendirian di lobi sebuah hotel di Kyiv, ibukota Ukraina.
Akibat Susah Tidur
Arrigo Sacchi dan Carlo Ancelotti.
Daripada bengong terus akhirnya ia mengajak kedua asistennya, Carlo Ancelotti dan Pietro Carmignani, untuk cari angin. Namun, Sacchi lupa bahwa saat itu waktu sudah tengah malam nyaris dinihari. Ketiganya lalu berjalan-jalan malam melewati gerbang hotel menuju pusat kota Kyiv. Apa yang terjadi kemudian?

Tiba-tiba saja, sebuah mobil berhenti di samping mereka. Tak lama turunlah dua orang bersenjata otomatis menghampiri Sacchi. Yang ada di benak Sacchi saat itu adalah perampokan. Tapi kedua orang itu malah menanyakan identitas sambil bersiap menggeledah mereka. Rupanya orang-orang bersenjata itu adalah polisi Ukraina yang berpakaian preman.

Untungnya salah satu polisi mengenal wajah Sacchi, yang kemudian menasehati agar jangan keluyuran malam karena di Kyiv sering diadakan razia malam hari. Sacchi menurut dan kali ini ia tak mau berkeras kepala. Lalu dia ngloyor balik ke hotel bersama Ancelotti dan Carmignani. Nah.

Lagunya Yahudi

Lagu-lagu apa saja yang sering dinyanyikan suporter jika timnya bertarung? Yang ngetop adalah Guan Tanamera, himne patriotik dari daerah Marsigliese, lalu Aida, dan sebuah lagu The Beatles, The Yellow Submarine. Ketiga lagu inilah yang favorit didendangkan.

Namun ada yang aneh. Saat tifosi Torino mengumandangkan lagu baru, yakni Gam-Gam dengan irama disko gubahan dua DJ, Mauro Pilato dan Max Monti. Lagu ini jadi masalah dan menimbulkan reaksi keras dari ketua komunitas Yahudi di Italia, Tullio Zevi.

Jelas dong diprotes sebab irama lagu tersebut mirip dengan nyanyian puji-pujian dari kita suci mereka, Zabur, surat 23 ayat 4. Dasar Yahudi, lewat protesnya di berbagai media, Zevi berhasil mendapat simpati. Akhirnya kedua DJ itu minta maaf seraya mengimbau para tifosi untuk tidak membawakan lagu tersebut.

Namun para tifosi rupanya tidak mau ambil pusing. Lagu itu tetap saja mereka kumandangkan, bahkan kini meluas pada tifosi klub-klub lainnya. Irama lagu tersebut, dan bukan teksnya, memang cocok untuk membangkitkan semangat para pemain. Entahlah apa yang akan dilakukan si Yahudi itu mengingat tak ada peraturan yang melarang para penonton sepak bola bernyanyi-nyanyi bahkan berteriak sekalipun.

Balbo Tuah Roma

Jika berada di Roma, sebutlah nama Abel Balbo, niscaya Anda akan disenangi, paling tidak dalam hal sepak bola. Tapi jangan salah, Anda harus berbicara pada seorang tifosi AS Roma, bukan Lazio!

Tifosi Roma percaya bahwa Balbo bukan sekadar stranieri (pemain asing) yang hebat, melainkan juga jaminan mutu kepuasan mereka jika datang ke Olimpico. Dari kaki atau kepala pemain bernama kecil Eduardo ini suka cita mereka terlampiaskan. Kubu Lazio pun percaya bahwa jika ingin mengalahkan Roma, matikan saja Balbo!

Minggu (23/4) lalu, tifosi Biancoceleste (putih-biru muda) ini benar-benar berpesta besar ketika “teorinya” terbukti. Roma kalah 0-2 dari Lazio. Tapi, aneh, mengapa Balbo beneran melempem? Tak syak lagi, penyebabnya tak lain karena tidak adanya duo mantan pemain Napoli, terutama tandem dia, Daniel Fonseca, striker Uruguay.

Fonseca masih dirundung cedera. Sementara Jonas Thern, gelandang tengah asal Swedia, sedang dipanggil pelatih nasional Swedia, Tommy Svensson, untuk persiapan di Pra-Piala Eropa. Balbo amat nyetel dengan Fonseca di depan. Begitu juga Fonseca sangat klop dengan Thern, yang terbukti sejak di Napoli.

Maka jika ketiganya tampil bersama, apalagi ditambah dengan pasangan Thern di tengah, il capitano Giuseppe Giannini, ketangguhan dan produktivitas klub berjuluk Il Lupo (serigala) selama ini terjamin. Tanpa keempat pemain penting ini Roma seperti bukan Roma. Di mata tifoso dan jurnalista, merekalah sumber kekuatan Roma yang sesungguhnya. Sialnya, Giannini terkena kartu merah saat melakoni Derby della Capitale itu. Lengkap sudah penderitaan Roma.

(foto: lultimaribattuta/zmnapoli)

Share:

Para Malaikat Pelindung Kiper

Di Italia, penjaga gawang sering juga disebut sebagai ‘Malaikat Pelindung’ dalam tim. Tapi, akhir-akhir ini, Sang Malaikat (yang benar-benar malaikat) tiba-tiba saja menjadi bahan pembicaraan dan diskusi serta inspirasi buat para penulis di Italia. Dengan kata lain, masalah itu sedang menjadi in di sana.
Para Malaikat Pelindung Kiper
Searah jarum jam: Peruzzi, Bucci, Rossi, Cervonne.
Baru-baru ini, mingguan Epoca telah memuat sebuah artikel yang isinya berbicara mengenai nama-nama dan karakter para makhluk supernatural itu. Lalu berdasarkan data-data pribadi kiper yang bersangkutan dapat diketahui siapa nama dan apa malaikat pelindungnya. Inilah rangkumannya.

Pelindung pribadi kiper Juventus, Angelo Peruzzi, konon bernama Manakel yang bersifat membantu untuk segera tidur. Tapi tentu saja, hal ini diharapkan tidak terjadi selama pertandingan! Lalu kiper lawan Juve saat itu, Sebastiano Rossi, mempunyai pelindung bernama Maheuiah yang bersifat memelihara dari bahaya pencurian dan pembunuhan. Termasuk para pencuri gol tentunya!

Kemudian kiper Roma, Giovanni Cervonne, memiliki sang pelindung Asaliah yang bersifat membimbing bagi siapa yang mencari kebenaran. Terakhir kiper Parma, Luca Bucci, dilindungi oleh Haiaiel, yang bersifat menganegerahi keberanian dan berdarah dingin dalam menghadapi bahaya.

Ulah Perampok Dan Kasir

Di Serie A, AS Roma dan Napoli merupakan dua tim yang sering ketiban sial jika bertanding. Kalau tidak kecurian, malah perampokan yang diderita. Kemenangan 1-0 Roma atas Parma, 2 April lalu, ternyata harus dibayar mahal. Sebelum wasit Pierluigi Collina menuntaskan pertandingan di Stadion Olimpico itu, rupanya empat perampok bermasker berhasil memboyong uang penjualan tiket sebesar 430 juta lira atau 650 juta rupiah!

Dengan bersenjatakan pistol, mereka mengancam kasir yang masih ada di loket. Setelah sukses, dengan mengendap di antara kerumunan penonton, keempatnya berhasil keluar dengan mobil yang diduga juga hasil curian.

Nasib serupa juga dialami oleh Napoli saat menjamu Sampdoria. Kasir ditodong dan uang kas 27 lira atau 40 juta rupiah pun melayang. Namun peristiwa di Napoli ini dicurigai hasil rekayasa semata. Alhasil, Azzurro Service (agen pusat penjualan tiket untuk tim Napoli) malah menduga justru para kasir yang ‘bermain’. Polisi akhirnya menginterogasi mereka.

Mentransfer Wasit

Belum lama ini, Toshio Asami, ketua perwasitan Jepang, dan beberapa stafnya telah berkunjung ke Italia untuk bertemu dengan Paolo Casarin, ketua perwasitan nasional Italia. Maksudnya untuk mempelajari organisasi perwasitan negeri itu yang terkenal saklek.

Pada Casarin, Asami membeberkan pujian soal Salvatore Schillaci, yang dinilainya pemain asing paling terpuji di Liga Jepang. Sebabnya adalah mantan pemain Juventus dan Inter itu dianggap sebagai ‘penasehat’ para wasit di Jepang. Sebagai penyerang, Schillaci lumrah sering jatuh di pertahanan lawan. Dan ini rupanya membingungkan para wasit Jepang. Sengaja atau benar-benar dijegal.

Tidak seperti di tanah airnya, penyerang Jubilo Iwata itu justru memberi pengertian pada wasit Jepang perihal sah atau tidaknya kejatuhan dirinya di lapangan. Ia juga memberikan referensi agar mereka berkonsultasi kepada wasit di negerinya, yang terkenal jeli.

“Kami ingin memakai wasit asing, dan Italia menjadi prioritas. Tiap tahun, dua atau tiga wasit kami butuhkan dan akan digaji sebesar 40 juta rupiah tiap tiga bulan,” ungkap Asami pada Casarin. Sebelumnya Jepang telah memakai Petrovic, wasit asal Yugoslavia, dan Tejada dari Peru. Hingga kini belum ada jawaban dari Casarin. Tampaknya hatinya masih berbunga-bunga. Ternyata kehebatan Italia bukan pada pemainnya saja, tapi juga para wasitnya. Bravi arbittro!

(foto: pinterest/laststciker/zmnapoli)

Share:

Karen Matzenbacher Membalas Marcio Santos

Alangkah geram dan kalut hati Marcio Santos, gelandang Fiorentina, tatkala mendengar kabar terakhir mengenai pacarnya di Brasil. Sebuah mingguan untuk kaum lelaki yang terbit di sana – yang belum lama ini juga mempublikasikan foro-foto pacar gelap Romario Faria selama berlangsungnya Piala Dunia 1994 di AS – kali ini membuat kejutan dengan sebuah berita utama: “Bintang Kita Pada Edisi April: Si Jelita Karen Matzenbacher, pacar Marcio Santos”.

Karen Matzenbacher Membalas Marcio SantosYang bikin sewot Santos, di majalah itu Karen berpose tanpa busana alias bugil! Menurut pers setempat, Karen melakukan hal itu sebagai ‘dendam pribadi’ pada Santos. Apa penyebabnya? Tiada lain akibat ulah Santos sendiri yang memohon pada bos Fiorentina untuk dikenalkan pada aktris Hollywood terkenal, Sharon Stone. Karena cemburu? Jelas.

Tapi reaksi Karen bisa juga akibat balas dendam yang lain. Soalnya Santos pun pernah difoto bugil oleh majalah Italia dalam usahanya mencari perhatian Nona Stone. “Kalau soal bola kamu mungkin lebih jago dan laku, tapi kalau soal bugil-bugilan, jelas saya yang menang,” kata Karen dengan enteng. Iyalah.

April Mop Ala Zeman

Pada Sabtu (1/4) pagi, muncul sebuah berita yang mengejutkan dari sebuah stasiun radio di Roma yang menyiarkan acara ‘Radio Radio’.

“Saya memutuskan untuk meninggalkan Lazio dan akan menerima tawaran Inter. Klub itu telah menjamin saya dan bersedia mentransfer Eric Cantona dan juga Giuseppe Signori, Kasus demonstrasi para tifosi terhadap kami di Maestrelli, setelah Lazio tersingkir di Piala UEFA, merupakan salah satu penyebab saya mengambil keputusan drastis ini,” demikian ucapan pelatih Lazio, Zdenek Zeman, ketika diwawancarai oleh penyiar Stefano Benedetti.

Hingga siangnya, berita itu membuat orang bertanya-tanya, tak terkecuali para tifosi, beberapa surat kabar, dan wartawan TV. Mereka baru sadar setelah sore harinya, kembali radio itu menyiarkan rekaman suara Zeman yang lain. “Ah, itu cuma bercanda kok. Tapi entah berapa banyak yang berharap bahwa berita itu benar,” kata Zeman kalem seperti biasa sebelum berangkat ke Cremona untuk meladeni Cremonese. Itulah April Mop gaya Zeman.

Keberuntungan Milan

Akankah AC Milan mempertahankan gelarnya tahun ini di Liga Champion? Ya, paling tidak menurut tifosi fanatiknya. Mereka lebih percaya lagi bahwa klubnya itu selalu dilindungi dewi keberuntungan daripada kehebatan permainan mereka. Hitung saja keberuntungan Franco Baresi dkk. pada putaran Liga Champion musim ini. Mereka sempat dihajar Ajax 0-2 di penyisihan grup, toh tetap saja lolos meski pada akhir penyisihan harus menghadapi Casino Salzburg di Wina.

“Saya pikir ini gara-gara saya memakai nomor punggung 9,” kata Daniele Massaro usai laga. Lalu di putaran kedua perempatfinal, mereka tetap selamat dari bombardiran Benfica selama 90 menit di Lisabon. Sulit dipercaya, bola-bola yang harusnya masuk ke gawang Sebastiano Rossi ada saja gagalnya. Kena tianglah, melebar ke sampinglah, dan lain-lain.

Lalu terakhir di Paris. Setelah ditekan habis sepanjang babak kedua oleh Paris Saint-Germain, eh sekali serang malah Milan yang mencetak gol di mana tercipta di menit terakhir! Sebelumnya tanda-tanda Rossoneri dilindungi Dewi Fortuna terlihat tatkala tendangan David Ginola hanya membentur mistar gawang Rossi. Luar biasa. Yang sudah-sudah, biasanya itu memang tanda-tanda jadi juara!

(foto: flickr/zmnapoli)

Share:

Sacchi Mati Kutu

Pelatih nasional Italia, Arrigo Sacchi, sempat keki dan mengajukan protes atas pemberitaan Corriere Dello Sport-Stadio. Mau tahu? Gara-garanya, tim binaannya dianggap sejajar dengan Battipagliese, klub Serie C2 yang kostumnya mirip habis dengan Juventus. Seperti diketahui, Italia mengalahkan Estonia 4-1 dalam penyisihan Piala Eropa 1996 di Salerno.

Sacchi Mati Kutu
Hasil itu ternyata sederajat dengan kemenangan Battipagliese 3-0 atas Estonia pada pertandingan ujicoba sebelumnya. “Itu tidak beralasan sama sekali! Mereka kan menurunkan pemain cadangan saat lawan Battipagliese,” ucap Sacchi dengan tangkas. Tapi, harian olah raga terbesar tirasnya di Italia itu men-skak mati kutu Sacchi dengan mengungkap bahwa pergantian pemainnya pun sama. Contohnya salah satu pemain Estonia, Lell, diganti oleh Pari. Akhirnya Sacchi mati kutu.

Protes Gaya Tifosi

Protes yang dilakukan oleh para tifosi di Italia memang bermacam-macam dan tidak melulu bermuara pada keributan. Contohnya yang diperlihatkan oleh pendukung klub Ascoli (Serie B) yang posisinya tengah anjlok dan terancam terlempar ke Serie C.

Tak dinyana, mereka ngambek dengan aksi datang ke stadion tapi tidak menonton! Stadion tetap kosong tanpa penonton ketika Ascoli bertanding. Tifosi hanya kongkow-kongkow sambil makan-makan dan minum-minum bak orang kemping.

“Ascoli tidak pantas didukung, kami sangat kecewa pada mereka,” kata salah seorang diantara mereka sambil mengunyah roti dan menenggak anggur. Tidak itu saja, mereka juga bersenang-senang bermain kartu dan kuis dengan hadiah menarik.

Ternyata semua itu didalangi oleh seseorang yang jadi sponsor. Orang inilah yang juga menyebarkan 10 ribu lembaran yang berisi ungkapan sinis: “Anda (pemain Ascoli) adalah para juara.” Tifosi klub Torino lain lagi. Bisa dibilang murah meriah sebab tidak perlu sponsor, tapi tetap menonton, dan tidak perlu modal besar. “Kami berbuat begini karena Torino selalu bermain jelek dalam bertandang,” kata seorang gembong tifosi.

Para tifosi yang tergabung dalam tiga kelompok, Ultras, Quinta Colonna, dan Granata Korps itu melakukan aksi saat Torino menghadapi Foggia dengan cara diam selama 15 menit pertama! Tanpa suara, tanpa ulah, dan tanpa gerakan apapun. Semua itu agar pemain Torino mengerti. Patut juga ditiru di Indonesia.

Ambisi Juventus

Klub ini ternyata sangat berambisi untuk merebut tiga gelar sekaligus: juara liga, juara Piala Italia, dan juara Piala UEFA. Memang sampai kini belum pernah ada satu pun klub di Italia yang dapat melakukan hattrick itu. Hanya ada empat klub besar di Eropa yang menggapai prestasi demikian.

Pertama, klub Skotlandia, Glasgow Celtic, pada tahun 1967. Ketika masih diperkuat oleh salah satu pemain tenarnya. Kevin Johnstone, mereka menjuarai Liga Skotlandia, Piala Champion, dan Piala Skotlandia. Kedua, Ajax Amsterdam. Saat diperkuat Johan Cruyff, tim penyumbang pemain nasional Belanda terbesar itu merebut gelar juara liga, Piala Belanda, dan Liga Champion pada tahun 1972.

Ketiga, klub Swedia, IFK Goteborg, yang pada tahun 1982 di mana dua trofi domestiknya mendapat tambahan menjuarai Piala UEFA. Sedangkan terakhir yang membuat sejarah adalah PSV Eindhoven. Ronald Koeman dkk. berhasil memadukan kedua gelar domestik dengan Liga Champion 1988. So, mampukah Juventus?

(foto: soccernostalgia /zmnapoli)

Share:

Wisata Rumah Santo Diego

Kota Napoli ketiban berkah. Ternyata keindahan kota di pantai selatan Italia itu bukan saja bisa dilihat dari tempat-tempat bersejarahnya atau pemandangan indah Gunung Vesuvius dari pantai. Tetapi, bertambah satu lagi, yaitu bekas rumah dewa Napoli serta mahabintang Argentina, Diego 'Santo Diego' Maradona, yang terletak di Via Orazio di daerah perbukitan Posillipo.
Wisata Rumah Santo Diego
Di luar dugaan, saat pemain nasional Estonia berkunjung ke Italia dalam rangka pertandingan penyisihan Piala Eropa melawan Gli Azzurri Minggu lalu di Stadion San Paolo, Napoli, mereka mengajukan permintaan khusus berupa wisata ke rumah Santo Diego.

Sang pemandu mulanya agak terkejut karena hal itu tak tercantum dalam program. Namun, akhirnya dengan senang hati ia mengantarkan para pemain ke alamat itu. Suatu ide yang bagus agaknya buat agen penginapan dan turis di Napoli untuk menambahkan dalam program keliling kota dengan kunjungan ke bekas rumah ‘dewa’ dan mantan kapten klub Napoli itu, yang pernah ditinggalinya selama enam tahun.

Suatu hal yang wajar, mengingat keberadaan Maradona di kota itu sudah dianggap ‘raja’ bahkan dirinya disejajarkan dengan santo pelindung kota itu, Santo San Gennaro, oleh sebagian penggemarnya.

Ajaibnya Skor 8-2

Kekalahan mencolok Fiorentina 2-8 dari Lazio ternyata bukan kekalahan terbesar yang pernah diderita. Jadi, bukan soal yang baru lagi buat mereka. Sebab klub yang dijuluki La Viola ini juga pernah digasak Juventus 0-8! Kejadiannya berlangsung di kota Torino pada 22 Februari 1953.

Kalah akbar juga bukan hal yang aneh, karena seringnya mereka mengalami hujan gol. Data-data berikut bisa dijadikan bukti. Musim kompetisi 1933/34, kalah dari Pro Vercelli (kini Serie C2) dengan skor 2-7. Lawan Torino kalah 2-7 (1946/47), pernah ditelan Inter 1-7 pada 1948/49, lalu dibantai AC Milan 3-7 (1992/93).

Ajaibnya skor 8-2 juga punya cerita tersendiri sejak dimulainya kompetisi Liga Italia tahun 1929/30. Yakni telah berlangsung tiga kali sebelumnya. Pertama pada 1948/49, Lazio-Bologna 1988/89, Napoli-Pescara dan 1991/92 AC Milan-Foggia.

Obral Janji

Obral janji sering kali dilakukan oleh para ketua klub sebelum dimulai kompetisi. Tapi kini mereka harus lebih hati-hati. Awal Februari lalu, pengadilan tinggi mengeluarkan Keputusan bahwa barang siapa yang tidak memenuhi janji, maka ia harus mau mengembalikan uang tiket langganan jika diminta oleh pembelinya.

Tuntutan diajukan oleh seorang fans Torino, Renato Ferraris ke pengadilan untuk meminta kepada ketua Torino saat itu, Gianmauro Borsano, untuk mengembalikan tiket langganan yang dibelinya seharga 550.000 lira atau sekitar Rp 850.000 dengan alasan pemain pujaannya, Gianluigi Lentini, pindah ke AC Milan. Padahal, Borsano waktu itu menjanjikan bahwa Lentini akan tetap bermain untuk tiga tahun lagi di Torino. Oleh pengadilan tinggi tuntutan tifosi itu kini dipenuhi.

(foto: groupon.it/zmnapoli)

Share:

Berkah Kazu, Genoa, dan Genova

Pemain asing atau stranieri bisa juga diandalkan untuk menggaet turis. Hal ini dialami oleh klub Genoa dan kota Genova. Sejak Kazuyoshi Miura bermain di sana, tercatat 4.174 turis Jepang datang mengunjungi kota pelabuhan di Italia utara tersebut. Betapa tidak, mereka sedikitnya tinggal dua malam di hotel yang menurut catatan seluruhnya kira-kira 7.500 orang.
Berkah Kazu, Genoa, dan Genova
Semua itu terhitung dari Juli sampai Desember. Berkat Miura, konon kenaikan jumlah turis Jepang di kota tersebut mencapai 70 persen. Hitungan ini juga bisa ditambahkan pada kenaikan penonton atau penjualan tiket di Stadion Luigi Ferraris, setiap Genoa bertanding.

Oleh karena itu, agen promosi turis di Genova, Gianni Segalerma, bermaksud memberikan bonus untuk Miura. Tidak cuma itu, sebuah yayasan Jepang, Le Grazie, mempublikasikan buku panduan bernama Gio Globetrotter untuk wisatawan Jepang yang akan pergi ke Italia, terutama para turis berusia muda. Maklum anak muda Jepang terkenal kaya raya dan konsumtif. Great idea!

Fonseca, Balbo, dan Polisi

Kekompakan Abel Balbo dan Daniel Fonseca bukan hanya di dalam, tetapi juga di luar lapangan. Setelah Fonseca kecurian, ia berusaha mencegah agar tak lagi terulang. Caranya, alarm pengaman rumahnya dihubungkan dengan telepon Balbo yang letaknya berdekatan. Maksudnya jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan, dengan segera Balbo bisa menghubungi polisi.

Suatu hari saat Balbo sedang rileks menyaksikan televisi, teleponnya berbunyi. Dia segera menghubungi polisi. “Alarm berbunyi dan saya mendengar suara mencurigakan. Tolong panggil polisi, saya akan mengambil pisau untuk berjaga-jaga,” bisik Fonseca.

Namun rupanya polisi tak percaya begitu saja. Mereka sudah sering menerima laporan serupa yang ternyata cuma main-main. “Saya Abel Balbo, melaporkan ada pencurian.” Seru Balbo. “Hei, hentikan! Saya (Carlo) Mazzone,” guyon sang polisi namun dengan ketus.

Carlo Mazzone adalah bos Balbo dan Fonseca, alias allenatore AS Roma. Tetapi Balbo berhasil meyakinkan si polisi. Setelah itu ia berpakaian dan menuju ke rumah Fonseca. Di sana sudah ada sembilan orang polisi dan Fonseca yang tampak tegang. Ternyata benar. Para pencuri yang sudah melarikan diri itu telah memutus kabel alarm.

Polisi pun melakukan proses verbal alias meminta keterangan dari keduanya. Setelah itu Balbo pulang. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 02.30 dinihari. Namun kemudian, pukul 06.00 telepon kembali berbunyi. Alarm pengaman di rumah Fonseca pun berbunyi lagi. “Daniel, ada apa lagi?” tanya Balbo dengan khawatir. Ternyata tak ada apa-apa, bahkan Fonseca menjelaskan keadaan dengan enteng. “Mungkin saluran telepon ini korslet,” ujar Fonseca. Ah, ada-ada saja.

Tacconi Jujur, Matarrese Tukang Ngibul

Baru-baru ini Federazione Italiana Psicologi (Persatuan Psikolog Italia) mengadakan sebuah penelitian untuk mengetahui siapa tokoh yang bisa dipercaya dan yang paling banyak ngibul. Penelitian itu menghasilkan 13 tokoh terpercaya dan 13 tokoh pembual. Dari 13 tokoh terjujur terdapat nama Stefano Tacconi, mantan kiper Genoa dan Juventus yang menduduki tempat ke-12. Sedangkan diantara tokoh pembual terdapat nama Antonio Matarrese, bos FIGC (Federasi Sepak Bola Italia). Waduh, repot.

(foto: soccerphile/zmnapoli)

Share:

Bonus Foggia dari Juragan Ikan

Ada cara unik tifosi Foggia mendukung klub kesayangannya. Seorang juragan ikan paling tajir di kota itu menjanjikan bonus “khusus” untuk kesebelasan Foggia yang masih diperkuat bintang Rusia Igor Kolyvanov serta dua pemain pribumi bagus, Luigi Di Biagio dan Pasquale Padalino.

Bonus Foggia dari Juragan Ikan
Igor Shalimov (tengah).
Seperti apa bonus khusus itu? Pencetak gol pertama Foggia – kesebelasan yang mengorbitkan striker kidal Giuseppe Signori, Roberto Rambaudi, Francesco Baiano, Bryan Roy (Belanda), Dan Petrescu (Rumania) serta manajer bermulut 'lokomotif' Zdenek Zeman – pada laga itu bakal mendapat 10 kilogram lobster. Pencetak gol keduanya akan memperoleh 10 kilogram ikan laut. Sedang untuk kiper, jika gawangnya tak kebobolan berhak mendapat 10 kilogram udang. Lumayan kiper juga masuk hitungan.

Ketika melawan Brescia, bonus itu membawa berkah. Foggia menang 3-1. Sayang, ketika melawan Cremonese, Foggia kalah. Bonus pun batal. Barangkali secara pemberian bonus seperti itu bisa ditiru juragan ikan di Indonesia. Bagaimana?

Signori Berjudi?

Giuseppe Signori berang. Gara-gara pemberitaan dari majalah Epoca, ia jadi dicegat pendukung Lazio usai latihan. Majalah itu memberitakan penyerang Lazio itu telah menghabiskan uang sebesar tujuh sampai sepuluh juta lira di meja judi dalam semalam. “Tak mungkin saya menghabiskan uang sebesar itu. Saya memang pernah ke kasino, tetapi hanya untuk iseng,” kata Signori. Ia juga menyangkal kalau gajinya dapat menghidupi beberapa keluarga.

“Saya tak mungkin menyombongkan diri. Saya sendiri berasal dari keluarga miskin, ayah saya pegawai percetakan yang sering harus pulang larut malam. Bahkan, ibu saya pun tak tahu berapa gaji saya,” seru Signori lewat telepon dalam wawancara lewat siaran olah raga Appello del Martedi yang ditayangkan Italia Uno. Setelah itu, diperdengarkan juga hasil wawancara wartawan Epoca, Antonello Sette.

Dalam rekaman itu Signori mengungkapkan apa yang ditulis majalah tersebut.  Entah mana yang benar. Yang jelas Signori bermaksud membeli rumah setelah kelahiran sang putri, Denise, yang lahir 6 Februari lalu.

Gara-Gara Janji

Gara-gara janji, Presiden Torino, Gianmauro Borsano, dihukum pengadilan tinggi setelah dituntut seorang tifosi. Renato Ferraris, sang tifoso, menuntut janji bos klub yang pernah menjanjikan tak akan menjual pemain pujaan Torino, Gianluigi Lentini, untuk masa tiga tahun ke depan. Tetapi, Borsani beberapa saat setelah berjanji, malah menjual Lentini ke AC Milan.

Pengadilan tinggi kemudian memenangkan tuntutan Ferraris, dan Borsano harus mengembalikan tiket langganan yang telah dibeli Ferraris seharga 550 ribu lira atau sekitar Rp 850 ribu. Hak konsumen memang harus dilindungi. Makanya, jangan suka obral janji.

(foto: barfrankie.altervista.org/zmnapoli)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini