Kota Napoli ketiban berkah. Ternyata keindahan kota di pantai selatan Italia itu bukan saja bisa dilihat dari tempat-tempat bersejarahnya atau pemandangan indah Gunung Vesuvius dari pantai. Tetapi, bertambah satu lagi, yaitu bekas rumah dewa Napoli serta mahabintang Argentina, Diego 'Santo Diego' Maradona, yang terletak di Via Orazio di daerah perbukitan Posillipo.
Di luar dugaan, saat pemain nasional Estonia berkunjung ke Italia dalam rangka pertandingan penyisihan Piala Eropa melawan Gli Azzurri Minggu lalu di Stadion San Paolo, Napoli, mereka mengajukan permintaan khusus berupa wisata ke rumah Santo Diego.
Sang pemandu mulanya agak terkejut karena hal itu tak tercantum dalam program. Namun, akhirnya dengan senang hati ia mengantarkan para pemain ke alamat itu. Suatu ide yang bagus agaknya buat agen penginapan dan turis di Napoli untuk menambahkan dalam program keliling kota dengan kunjungan ke bekas rumah ‘dewa’ dan mantan kapten klub Napoli itu, yang pernah ditinggalinya selama enam tahun.
Suatu hal yang wajar, mengingat keberadaan Maradona di kota itu sudah dianggap ‘raja’ bahkan dirinya disejajarkan dengan santo pelindung kota itu, Santo San Gennaro, oleh sebagian penggemarnya.
Kalah akbar juga bukan hal yang aneh, karena seringnya mereka mengalami hujan gol. Data-data berikut bisa dijadikan bukti. Musim kompetisi 1933/34, kalah dari Pro Vercelli (kini Serie C2) dengan skor 2-7. Lawan Torino kalah 2-7 (1946/47), pernah ditelan Inter 1-7 pada 1948/49, lalu dibantai AC Milan 3-7 (1992/93).
Ajaibnya skor 8-2 juga punya cerita tersendiri sejak dimulainya kompetisi Liga Italia tahun 1929/30. Yakni telah berlangsung tiga kali sebelumnya. Pertama pada 1948/49, Lazio-Bologna 1988/89, Napoli-Pescara dan 1991/92 AC Milan-Foggia.
Tuntutan diajukan oleh seorang fans Torino, Renato Ferraris ke pengadilan untuk meminta kepada ketua Torino saat itu, Gianmauro Borsano, untuk mengembalikan tiket langganan yang dibelinya seharga 550.000 lira atau sekitar Rp 850.000 dengan alasan pemain pujaannya, Gianluigi Lentini, pindah ke AC Milan. Padahal, Borsano waktu itu menjanjikan bahwa Lentini akan tetap bermain untuk tiga tahun lagi di Torino. Oleh pengadilan tinggi tuntutan tifosi itu kini dipenuhi.
(foto: groupon.it/zmnapoli)
Di luar dugaan, saat pemain nasional Estonia berkunjung ke Italia dalam rangka pertandingan penyisihan Piala Eropa melawan Gli Azzurri Minggu lalu di Stadion San Paolo, Napoli, mereka mengajukan permintaan khusus berupa wisata ke rumah Santo Diego.
Sang pemandu mulanya agak terkejut karena hal itu tak tercantum dalam program. Namun, akhirnya dengan senang hati ia mengantarkan para pemain ke alamat itu. Suatu ide yang bagus agaknya buat agen penginapan dan turis di Napoli untuk menambahkan dalam program keliling kota dengan kunjungan ke bekas rumah ‘dewa’ dan mantan kapten klub Napoli itu, yang pernah ditinggalinya selama enam tahun.
Suatu hal yang wajar, mengingat keberadaan Maradona di kota itu sudah dianggap ‘raja’ bahkan dirinya disejajarkan dengan santo pelindung kota itu, Santo San Gennaro, oleh sebagian penggemarnya.
Ajaibnya Skor 8-2
Kekalahan mencolok Fiorentina 2-8 dari Lazio ternyata bukan kekalahan terbesar yang pernah diderita. Jadi, bukan soal yang baru lagi buat mereka. Sebab klub yang dijuluki La Viola ini juga pernah digasak Juventus 0-8! Kejadiannya berlangsung di kota Torino pada 22 Februari 1953.Kalah akbar juga bukan hal yang aneh, karena seringnya mereka mengalami hujan gol. Data-data berikut bisa dijadikan bukti. Musim kompetisi 1933/34, kalah dari Pro Vercelli (kini Serie C2) dengan skor 2-7. Lawan Torino kalah 2-7 (1946/47), pernah ditelan Inter 1-7 pada 1948/49, lalu dibantai AC Milan 3-7 (1992/93).
Ajaibnya skor 8-2 juga punya cerita tersendiri sejak dimulainya kompetisi Liga Italia tahun 1929/30. Yakni telah berlangsung tiga kali sebelumnya. Pertama pada 1948/49, Lazio-Bologna 1988/89, Napoli-Pescara dan 1991/92 AC Milan-Foggia.
Obral Janji
Obral janji sering kali dilakukan oleh para ketua klub sebelum dimulai kompetisi. Tapi kini mereka harus lebih hati-hati. Awal Februari lalu, pengadilan tinggi mengeluarkan Keputusan bahwa barang siapa yang tidak memenuhi janji, maka ia harus mau mengembalikan uang tiket langganan jika diminta oleh pembelinya.Tuntutan diajukan oleh seorang fans Torino, Renato Ferraris ke pengadilan untuk meminta kepada ketua Torino saat itu, Gianmauro Borsano, untuk mengembalikan tiket langganan yang dibelinya seharga 550.000 lira atau sekitar Rp 850.000 dengan alasan pemain pujaannya, Gianluigi Lentini, pindah ke AC Milan. Padahal, Borsano waktu itu menjanjikan bahwa Lentini akan tetap bermain untuk tiga tahun lagi di Torino. Oleh pengadilan tinggi tuntutan tifosi itu kini dipenuhi.
(foto: groupon.it/zmnapoli)