Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

  • Niac Mitra vs Arsenal 2-0: Gara-gara Udara Panas dan Lapangan Buruk?

    Niac Mitra mengukir kenangan indah di depan ribuan penggemarnya di Stadion Gelora 10 November ketika sore kemarin agak di luar dugaan menaklukkan klub kenamaan Inggris, Arsenal, dengan kemenangan mutlak 2-0.

  • Mino Raiola, Antara Mulut Besar Donald Trump dan Keberingasan Al Capone

    Dalam rimba transfer internasional dunia, ketika akan terjadi deal antara pemain, agennya, dan wakil klub, biasanya pertemuan terjadi di restoran mahal tertutup, lobi hotel mewah bahkan di kamar tertutup. Namun khusus kepada orang yang satu ini sulit terlaksana.

  • Stan Kroenke: Kapitalis Pemuja Wenger

    Sosoknya kaku, irit bicara, pelit senyum apalagi sampai tertawa terpingkal-pingkal. Tak salah kalau pers Inggris menjulukinya the silent man atau si pendiam. Sorot matanya tajam, gerak-geriknya tanpa ekspresi, pikirannya selalu fokus tanda suka berpikir sesuatu yang menarik minat. Suasana hatinya dingin, barangkali sedingin darahnya, dan kelihatannya orang ini rada susah untuk dijadikan teman atau sahabat.

  • Angela Merkel: Wanita Terkuat di Dunia

    Kiprah nyonya besar yang satu ini tak sampai begitu. Tapi pelampiasannya unik. Satu gerakan moral Angela Dorothea Merkel, Kanselir Jerman sejak 2005, yang jadi hobi dan habit sebab sering dilakukan adalah nyelonong ke kamar ganti pemain!

  • Roger Daltrey: Semangat Highbury Highs

    Malam hari penghujung April 2006, Roger Harry Daltrey tak kuasa menahan kenangan masa lalu. Memori kejayaan bersama Pete Townshend, John Entwistle dan Keith Moon saat mengusung aliran progressive rock lewat band The Who di era 1970-an, kerap kali campur aduk dengan era keemasan The Old Double.

  • Persija, Inspirasi dari Soempah Pemoeda

    Berkat sejarahnya, dominasi Persija di blantika nasional tak pernah lekang dimakan waktu. Catatan fenomenal juga ditorehkan klub berlambang Monas sebagai satu-satunya klub dengan rekor tak pernah terkena degradasi sejak debut pada 1931.

  • Asal Muasal Tiqui-Taca, Sepak Bola Bergaya Geometri

    Medio 1980-an, ketika masih masa anak-anak, kata-kata yang kini dikenal dengan tiki-taka sebenarnya sudah sering dihebuskan para komentator Indonesia dalam beberapa acara siaran langsung Piala Dunia atau Piala Toyota di TVRI. Satu yang paling rajin menurut saya adalah Eddy Sofyan. Dia suka menyebutnya dengan ‘tik-tak’ yang berkonotasi umpan-umpan pendek, permainan tek-tok layaknya karambol atau ding dong.

Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan

Konspirasi Nerazzurri & Zapatista: Bermotif Minyak Bumi?

Bumi Italia sempat bergetar pada medio 2005, saat klub borjuis FC Internazionale Milano melakukan deal sosial-politik dengan Zapatista, gerakan perlawanan paling ditakuti di Meksiko. Apa yang dicari Massimo Moratti? Kenapa Javier Zanetti terlibat jauh pada urusan ini?
Konspirasi Nerazzurri & Zapatista: Bermotif Minyak Bumi?
Inter-Zapatista. Uang 5.000 dollar AS, ambulans, dan kostum asli milik Zanetti.
Futbol, bagi orang-orang Amerika Latin, adalah politico. Batas keduanya samar-samar. Selama tujuh turunan mereka dijejali stigma dan dogma ini didasari keyakinan, melalui fakta, dan menggunakan realitas bahwa dari sepak bola suatu pemerintahan bisa jatuh dan sebuah rezim bisa pula langgeng.

Sedikit contoh, rezim Jorge Videla terselamatkan dari amuk massa usai Argentina jadi juara dunia 1978. Di Brasil, pada 2002 pemerintahan Fernando Cardoso sempat digoyang lantaran sang presiden dianggap tak bisa menekan pelatih Luis Felipe Scolari untuk memanggil bintang gaek kesayangan rakyat, Romario Faria, menjelang Piala Dunia 2002.

Lalu ketika seorang jenius bernama Marinus Jacobus Hendricus Michels memakai prinsip itu secara praktis ke dalam strategi totaal voetbal, hasilnya juga ada. Ajax dan De Oranje dengan mutlak menguasai daratan Eropa di era 70-an. Ia dianggap jenderal beneran setelah mengucap 'sepak bola adalah perang!'

Di Inggris, ibu sepak bola modern, hingga kini falsafah supermanajer Liverpool, Bill Shankly, masih banyak dianut. "Football is more important than life and death to you and, I said, listen, it's more important than that!" katanya pada acara talk show Live from Two di Granada Television, 1981.

Setelah dilanda tekanan selama 90 menit lebih, emosi Sir Alex Ferguson langsung tumpah dengan berkata, 'Football, bloody hell!' Ia marah tapi gembira melihat gol Teddy Sheringham dan Ole-Gunnar Solskjaer baru tiba di menit ke-91 dan 93 pada Battle of Camp Nou, Mei 1999 kontra Bayern Muenchen.

Jauh sebelumnya, Inggris pernah kena imbas dahsyat politisasi sepak bola. Lima hari usai Inggris tersingkir di Piala Dunia Meksiko, kekuasaan PM Harold Wilson roboh. Rakyat tak mengampuni mengingat sebagai juara bertahan Inggris kalah 2-3 dari Jerman, si musuh besar, pada perempatfinal di Estadio Guanajato, Leon, 14 Juni 1970.

Bisa jadi, bersandar dari gumpalan sejarah tadi, seorang Javier Zanetti mencoba merajut mimpi besar di masa depan: jadi politikus. Karena ia salah satu orang berpengaruh di klub, il capitano Inter, ia rada leluasa menggapai obsesinya. Tak ada yang tahu bahwa lelaki berzodiak Leo kelahiran 10 Agustus 1973 ini seorang yang berjiwa revolusioner.

Emosi Zanetti terganggu setelah markas Zapatista diserbu tentara Meksiko, April silam, lewat pertempuran sengit yang memakan banyak korban. Bayangkan, tanpa sungkan ia mengupas tragedi itu pada beberapa rekan senegaranya di kamar ganti Stadion Giuseppe Meazza.

Kiprah Moratti
Konspirasi Nerazzurri & Zapatista: Bermotif Minyak Bumi?
Javier Zanetti dan istri mengedepankan sosio-kultur.
Selang beberapa hari, pria berjulukan El Pupi ini menyuruh istrinya, Paula, mengirim wesel sebesar US$2.500 untuk membantu rehabilitasi Villa Zinacantan yang hancur lebur. Zanetti juga minta dukungan moral pada Esteban Cambiasso, Kily Gonzalez, dan Julio Cruz, yang sepaham dengannya.

"Kami percaya pada dunia yang lebih baik, yang tak tersentuh globalisasi, yang kaya akan perbedaan budaya dan adat-istiadat semua orang. Itulah mengapa kami mendukung anda yang terus berjuang mempertahankan akar budaya dan idealisme," begitu isi pernyataan yang juga dipaketkan.

Kasak-kusuk empat Argentina ternyata diendus Bruno Bartolazzi, seorang petinggi Inter. Bila orang ini tahu, berarti keputusan si bos besar tinggal menunggu waktu. Benar saja. Usai musim 2004/05, Moratti memanggil Zanetti untuk menyampaikan hasratnya. Yang terjadi kemudian, biasa terjadi. Ide dari anak buah, namun reputasi milik si bos.

Juni 2005, rombongan Bartolazzi dan Zanetti yang ditemani istri masing-masing bertolak ke Meksiko. Dalam sebuah seremoni kecil di Caracol de Oventic, Inter dan Zapatista memulai kerja samanya. Selain uang 5.000 dollar AS, sebuah ambulans, dan kostum asli milik Zanetti bernomor 4, kubu Nerazzurri juga membawa plakat yang ditandatangani Moratti. Namun, yang paling menarik bagi para pejuang Zapatista adalah paket peralatan sepak bola dari bola kaki sampai kostum.

"Kami membaca serangan ini dari koran-koran Meksiko. Bantuan ini tak seberapa, yang lebih penting adalah atensi kami pada anda semua. Pokoknya Inter tak hanya main di PlayStation atau komputer," tutur Bartolazzi dalam pesan untuk Subcomandante Insurgente Marcos, orang yang paling dicari-cari pemerintah Meksiko.

"Kami telah katakan pada mereka, masyarakat di Eropa dan belahan dunia lainnya, agar mendukung demokrasi dan Zapatista. Seperti di sepak bola, seringkali yang kecil mampu mengalahkan yang besar," lanjut Bartolozzi, yang ucapan terakhirnya ini kelak akan diolah Marcos, sang komandan.

Subcomandante Marcos adalah julukan untuk capo kelompok Ejercito Zapatista de Liberacion Nacional (EZLN), yang memperjuangkan hak-hak otonomi, wanita, demokrasi kaum Indian, penduduk asli Meksiko melawan neoliberalisme ekonomi dunia yang secara membabi buta mengeksploitasi sumber daya bumi Meksiko.

"Saudara-saudara Italia-ku, semoga kalian mencapai sukses besar dalam kampanye olah raga seperti ini," balas Marcos dalam sebuah surat yang dibacakan utusan EZLN. Perkembangan yang menarik adalah saat ia melakukan korespondensi dengan Moratti secara panjang lebar. Siapa sesungguhnya Marcos?

Berlusconi dan Bush
Konspirasi Nerazzurri & Zapatista: Bermotif Minyak Bumi?
Hasil dari paket bantuan Inter kepada anak-anak Indian Zapatista.
Menurut sumber intelijen Meksiko, dia adalah Rafael Sebastian Guillen Vicente, seorang profesor filsafat dari Universidad Nacional Autonoma de Mexico (UNAM). Ia dikenal juga sebagai penulis puisi dan orator ulung serta berciri khas selalu merokok dengan pipa. Wajahnya tak pernah terlihat jelas karena selalu memakai balaclavas, penutup muka, dan selalu menyandang senapan serta tinggal di hutan-hutan.

Karena dia orang pintar, maka strateginya pun pasti oke punya. Banyak media-media di Meksiko disinyalir pro-Marcos. EZLN punya network dengan sejumlah oposan terkenal untuk melawan kapitalisme dan antiglobalisasi seperti IRA dan Basque. Namun, jalinannya dengan kapitalis Moratti bikin orang bertanya-tanya. Siapa menggunakan siapa?

"Dunia sepak bola terus berevolusi. Namun, suatu saat nanti ia tak lagi jadi industri atau perusahaan, tapi akan kembali ke sebuah permainan memikat yang pernah dibuat untuk mengikuti perasaan anda," kata Marcos dalam suratnya pada Don Massimo. "Sepak bola telah menjadi sarana penting untuk tujuan penting. Ia seperti melawan kemapanan, dipenuhi kejutan. Setiap revolusi dimulai dari kotak penalti sendiri dan diakhiri di gawang lawan," balas Moratti, setengah berfilsafat.

Marcos dan Moratti setuju Inter dan Zapatista akan melakukan dua kali pertandingan persahabatan. Di Italia, Marcos minta digelar di Roma, sedang di Meksiko ia telah menyiapkan Stadion UNAM. "Wah, saya senang sekali. Saya siap main di sini atau di sana," komentar Zanetti waktu itu.

Yang lucu dari isi surat tersebut adalah permintaan Marcos agar Inter jangan lupa membawa banyak bola lantaran bola yang ada sudah pecah semua akibat sepatu-sepatu lars kami. Il Coomandante Marcos juga ingin Moratti setuju dengan penunjukan Diego Maradona jadi wasit, Jorge Valdano dan Javier Aguirre, eks pelatih nasional Meksiko, sebagai asisten wasit serta legenda Brasil, Socrates, sebagai wasit cadangan.

Walau misinya jelas, mendirikan kampus sepak bola Inter di Meksiko, namun terus terang gerakan Moratti ini sempat meresahkan deputi kantor PM Italia Silvio Berlusconi. Si pemilik AC Milan ini memegang nota kerja sama ekonomi dan terikat beberapa pakta bisnis antara pemerintah Italia dan Meksiko. Di sisi lain publik Italia pun tahu Moratti adalah baron minyak numero uno.

Serunya lagi, memang perut bumi Chiapas, di selatan Meksiko itu, dikenal berisi kandungan minyak yang potensial selama puluhan tahun! Media massa di Italia pun merasa kecolongan. Namun kehebohan akbar menerpa pemerintah Meksiko dan AS setelah majalah The Christian Science Monitor memuat artikel It Will All Be Made Clear in the Next Zapatista Memo pada 2 Agustus 2005.

Lewat investigasi langsungnya, Hugh Dellios, juga menulis artikel Masked Rebel Leader Has a New Cause in Mexico di koran Chicago Tribune pada 14 Agustus 2005 seraya memuat isi surat Moratti kepada komandan Marcos yang bocor. Konon Presiden George Walker Bush, yang moyang keluarganya pengusaha minyak, merasa tersinggung, sampai-sampai dia membahas khusus aksi Inter, Moratti, dan Zanetti di Meksiko dengan Berlusconi dan Presiden Vicente Fox. Tidak di mana-mana, asal ada bau duit, orang-orang penting pun mendekat dan mengendus.

(foto: laaficion/sempreinter/inter)

Share:

Jose Mourinho di Israel: Promosi Gratis dan Meraih Reputasi Baru

“Shalom lekulam, Salam alekom… I am not a man of lectures. I am a man of the field...,” begitu beberapa patah kata pembuka pria bernama Jose Mario dos Santos Mourinho Felix pada kumpulan orang terpandang di Hotel Dan, Tel Aviv, suatu hari di akhir Maret 2005.
Jose Mourinho di Israel: Promosi Gratis dan Meraih Reputasi Baru
Paling jago tebar pesona.
Bermodalkan pressao alta sebagai beautiful game, sistem ciptaannya yang kini dimainkan Chelsea, jelas sekali Jose Mourinho datang ke Israel dengan kepala tegak, percaya diri. Ia telah siap memberi perlawanan sengit kepada FA dan UEFA, yang terus memusuhinya belakangan ini. Juga kepada semua orang yang tak menyukai Chelsea. Sebuah kampanye gratis.

Dia paham benar bahwa anjangsana-nya ke Tel Aviv itu telah diketahui bahkan didukung Sekjen PBB Kofi Annan serta mantan Presiden AS Bill Clinton. Kedua tokoh dunia itu bilang mungkin hanya dengan memakai isu olahraga perdamaian di Tanah Suci bisa disatukan kembali. Untuk itu, Mourinho pun tahu harus berterima kasih kepada siapa.

Manajer dengan gaji termahal di dunia itu diundang oleh Shimon Peres, yang mengetuai Peres Centre for Peace, sebuah organisasi sosial yang dikreasi oleh eks PM Israel tersebut. Brand Chelsea yang membubung ke Timur Tengah — berkat sepak terjang hebat Pini Zahavi si anak Tel Aviv dan Roman Abramovich si Yahudi Rusia — menjadikan manajer paling terkenal dan paling kontroversial di dunia itu sekalian berpromosi gratis sebagai peacemaker, tokoh perdamaian.

Mimpi Peres adalah menyatukan anak-anak Palestina dan Israel dalam satu wadah di mana pada suatu saat di bawah satu panji olah raga, terutama sepak bola, bisa mencairkan ketegangan 'ribuan tahun' antara Yahudi dan Arab. Boleh jadi dia beruntung bisa mengundang orang yang klop, dikenal piawai bermain konflik, yakni Mourinho, agar upayanya kedengaran dunia dan lebih nendang. Seberapa besar imbal baliknya tentu sudah dipikirkan. Ini gaya Yahudi.

Maka tanpa basa-basi, di depan pers Peres mempromosikan sekaligus merekomendasikan pria yang dibayar 5 juta pound per tahun oleh Chelsea itu. Yang jelas tokoh politik Yahudi yang 'agak adem' itu menyebut kerjasamanya dengan Mourinho sebagai “a beautiful project”. “Pengalaman dan keterampilan diplomatiknya membuat hasrat saya untuk melibatkan dia di proyek ini semakin besar,” papar Wakil PM Ariel Sharon itu.

“Mourinho adalah figur internasional yang penting dan idenya untuk datang ke sini mengilhami kami untuk menolong perkembangan anak-anak kami,” timpal Dr. Ron Pundak, Direktur Peres Centre yang juga sejarawan bidang regional, tanpa tedeng aling-aling.

Soal Chelsea

Jose Mourinho di Israel: Promosi Gratis dan Meraih Reputasi BaruDi Tel Aviv Mourinho melakukan banyak aktivitas lain. Bermain a five-a- side football, singgah di Stadion Vinter di Ramat Gan untuk memotivasi 200-an anak-anak Palestina dan Israel, serta memberi kuliah umum. Dengan pede-nya yang terkenal itu, Mourinho berpidato di depan tokoh-tokoh Israel dan Palestina. Momen ini diliput oleh lebih dari 100 media cetak dan elektronik dari seluruh dunia. Seperti ciri khasnya, Mourinho segera bicara tajam, langsung, dan obyektif. Ia membeberkan rahasia kesuksesan tanpa sungkan dan pretensi. Mengajari orang dengan segala cara untuk mencapai sukses, bicara soal keberanian atau perdamaian, dan keinginannya di kala tua. Berikut petikannya:

“Awal kesuksesan pada saat membangun sebuah tim adalah Anda harus memikirkan apa pun secara mendetail. Kesuksesan bukan saja soal keberuntungan, tetapi juga soal bagaimana kesiapan untuk sukses. Setiap aku baru menangani sebuah klub, yang saya dahulukan adalah membangun organisasinya.

“Memang klub besar seperti Chelsea sudah terorganisasi dengan baik. Namun, saya tetap menginginkan kejelasan posisi saya di sana, harus tahu wewenang dan akses-akses langsung saya. Saya tak akan menjadi manajer hebat tanpa orang-orang hebat di sekitar saya.

“Semua harus merasakan ambisi yang sama. Tim yang menjadi bintang, bukan pemain. Jika Anda tidak bisa mengomunikasikan ambisi pada para pemain, Anda tidak akan bisa membawa filosofi Anda pada mereka, pada tim. Di Chelsea, kami punya pemain dari 13 negara berbeda. Beda budaya, beda bahasa, namun kami tetap punya komunikasi spesial melalui sepak bola.

“Kreasilah filsafat Anda sendiri. Tentunya ini bisa dipelajari dari para pelatih. Dengarkanlah, dapatkan informasi itu, namun saya ingatkan; jangan meniru semuanya. Ambilah beberapa yang baik, lalu kreasikanlah filosofi Anda sendiri. Kehebatan para pemain bukan karena mereka bekerja dengan saya, tapi karena mereka merealisasikan prinsip-prinsip tadi. Itulah esensi sepak bola.

Soal Perdamaian

“Sepak bola yang bagus bisa datang dari kalangan bawah, grass roots. Tempat lahirnya street football misalnya. Dari mana munculnya bakat-bakat hebat seperti Pele, Eusebio, Ronaldo? Dari jalanan. Dengan mudah kita bisa mengambilnya untuk dipadukan ke dalam pengembangan di sebuah klub. Kendala yang datang dari situ biasanya adalah soal kepercayaan diri. Namun, kami bisa mengatasinya sebatas pemain itu adalah para pemain muda.

“Ini adalah kunjungan saya yang pertama ke Israel dan saya telah menemukan keindahan dan sebuah tempat spiritual. Kadang, sepak bola acapkali memakai terminologi ‘pertempuran’ untuk menggambarkan permainan di lapangan.

Jose Mourinho di Israel: Promosi Gratis dan Meraih Reputasi Baru"Kita bicara kepahlawanan, perjuangan, keberanian; semua itu menjadi kesan saat datang ke sebuah tempat seperti Israel. Meski terdengar mengerikan atau sebagiannya benar, namun membuat kita jadi merendah karena ketidakpantasan bahasa itu. Faktanya kesuksesan Israel bisa menahan seri Irlandia (di Pra Piala Dunia 2006) karena tim itu diperkuat oleh beberapa pemain berdarah Arab. 

"Ini bukti bahwa kerja sama untuk tujuan utama didapat melalui perdamaian dan ketenangan. Biarlah itu menjadi pelajaran kita semua. Keberanian adalah usaha membawa perdamaian ke dalam sebuah komunitas yang hubungannya ringkih. Ini milik Anda yang ada di sini semua, bukan saya. Oleh sebab itu proses pembangunannya sedapat mungkin dimulai sejak kanak-kanak. Apabila bisa dicapai melalui olah raga, hal ini sangatlah hebat di kemudian hari.

“Kekuatan yang kita miliki untuk mengubah dunia melalui sepak bola tidak bisa diremehkan. Walaupun sudah kembali lagi ke Inggris, saya akan tetap memikirkan Anda semua yang bekerja di sini. Saya berterima kasih pada (PM) Shimon Peres untuk kunjungan ke Tel Aviv ini dan untuk pekerjaan pada organisasi hebat ini.

“Pekerjaan (sosial) seperti ini amatlah berbeda pada dunia olah raga yang saya geluti. Di dunia saya, kita merasa menjadi orang-orang yang penting. Namun, pada kenyataannya orang-orang seperti Anda inilah yang jauh lebih penting. Di sini, sepak bola telah digunakan sebagai alat sosial yang baik. Ini jauh lebih penting ketimbang sepak bola itu sendiri dan saya berharap akan diundang ke sini lagi suatu saat karena saya sudah menyatu dengan pekerjaan ini.

“Akhir kata, proyek ini mampu membuat saya memikirkan ulang lagi kehidupan saya di sepak bola setelah berakhir. Saya ingin sekali terlibat dengan hal seperti ini di kemudian hari, di semua tempat yang berbeda di seluruh dunia.”


SEKILAS JOSE MOURINHO


👉 Lahir 26 Januari 1963 di Setubal

👉 Ayahnya, Jose Manuel Mourinho Felix, adalah seorang kiper yang pernah bermain 143 kali untuk Vitoria Setubal dan 131 kali untuk Belenenses, serta sekali membela tim nasional Portugal pada 1972.

👉 Dijuluki Tradutor (penerjemah)

👉 Bergaji 5 juta pound atau 7,5 juta euro di Chelsea

👉 Mourinho adalah bintang iklan kartu kredit American Express Co. Menurut France Football, Mourinho kehilangan bonus besar setelah Chelsea disingkirkan Liverpool di semifinal Liga Champion 2004/05.

👉 Empat orang terpenting di sekitarnya adalah rekan-rekan lamanya di FC Porto: Baltemar Brito, tangan kanannya merangkap asisten; Rui Faria, pelatih kebugaran; Andre Villas, kepala pencarian bakat; dan Silvino Louro, pelatih kiper.

👉 Prinsip utama Mourinho di sepak bola adalah pressao alta atau high pressure alias menekan lawan seketat mungkin.

(foto: bc.net/telegraph/cyc.net)

Share:

Wajib Militer: Banyak Manfaatnya Kok!

Hubungan sepak bola dan militer dianggap bak simbiosis-mutualisma, sebuah disiplin yang berkaitan dan kebutuhan dalam berkerjasama membela negara, mungkin ada benarnya. Buktinya hingga kini dunia masih mementaskannya meski lakonnya berbeda-beda dan terkesan pro-kontra.


Wajib Militer: Banyak Manfaatnya Kok!
Jendral yang terobsesi sepak bola atau pelatih yang senang berteori militer sama banyaknya. Di sini, Benito Mussolini atau Kim Il-sung, mungkin sejajar dengan Ferenc Puskas atau Rinus Michels. Ini realita sejarah. Jangan heran jika konsep militerisme masih awet digunakan di sepak bola.

Di mata mereka, relasi sepak bola dan militer lebih dari sekadar disiplin atau ketahanan fisik. Ia juga menjadi ajang pengejahwantahan dari taktik dan strategi. Konsep membela negara pasti mirip. Ada negara yang mencantumkan wajib militer sebagai syarat utama menjadi pemain nasional. Bedanya, kalau dulu jalannya diawali dari barak ke stadion, maka kini kebalikannya. Dari stadion kembali ke barak.

Caranya? Dengan military service atau national service alias wajib militer! Conscription, kata orang Inggris, atau Leva kata orang Italia. Dan jangan salah. Di milenium baru seperti sekarang, fenomena ini tetap ada di beberapa negara maju. Bahkan tak haram menerpa pesepak bola top-nya. Wajib militer dianggap menguntungkan masa depan si atlit sendiri.

Para pemain temperamental dan berpotongan militer seperti Craig Bellamy atau Joey Barton, amat mujur bisa lolos skrining wajib militer atau wamil lantaran syarat di United Kingdom tak seketat Italia, yang jumlah para pemain bola profesionalnya juga salah satu terbanyak di Eropa.

Bayangkan Alessandro Del Piero atau Fabio Cannavaro pun tak luput dari perekrutan leva. Pada 1995, keduanya kena wamil bersama-sama Emiliano Bigica, Fabio Galante dan Marco Delvecchio serta atlet lainnya. Mereka menjadi penghuni barak militer di Napoli beberapa lama. Memang, Italia adalah negara Eropa terdepan yang paling ketat mewajibkan para bambino-nya masuk barak militer begitu memasuki usia 18 tahun.


Wajib Militer: Banyak Manfaatnya Kok!
Hebohnya, tak ada perkecualian buat para pesohor Serie A-nya. Di setiap periode pasti terdapat deretan pemain top yang ikutan leva, wajib militer. Pada 1986, Alberigo Evani dan Roberto Baggio, yang masih berusia 19 tahun, diketahui satu angkatan masuk barak militer. Begitu juga Bernardo Corradi, Ciro Ferrara, dan Gianluca Vialli.

Seorang jurnalis dari Inggris, James Richardson, amat terkejut saat mendapat kesempatan meliput peristiwa unik itu. "Mereka tinggal bersama di sebuah barak dengan ranjang susun, genjotan fisik yang berat dan latihan menembak.Tapi karena klub-klubnya ikut campur, mereka punya kesempatan keluar markas seminggu sekali," ujar koresponden The Guardian tadi.

Mereka disebar pada Angkatan Darat (Esercito Italiano-EI), Angkatan Laut (Marina Militare-MMI), Angkatan Udara (Aeronautica Militare-AMI), dan Kepolisian (Corpo dei Carabinieri-CC). "Perlahan-lahahan konsep wamil mulai dihapuskan. Tapi karena tentara Italia punya tim nasional sendiri, mereka jadi bagian dari tradisi itu," ungkapnya lagi.

Pro dan Kontra

Di Korea Selatan, hukum menyatakan setiap pria dan wanita usia antara 20-30, berbadan sehat dan tidak cacat, diwajibkan wamil untuk masa 24-28 bulan. Bagi seorang atlit cuma ada satu cara menghindari ini, minimal ia bisa meraih perunggu di ajang Asian Games atau Olimpiade.

Kasus yang menerpa Seol Ki-hyeon sempat marak menjelang Piala Dunia 2002. Saat itu gelandang yang kini main di Wolverhampton Wanderers harus masuk barak. Setelah para lawyer membelanya, beruntung Ki-hyeon cuma menjalani sebulan. Itupun usai kejuaraan. Walau menempati urutan keempat, tapi prestasi Korea memang fenomenal.

Isu wamil di Israel paling menarik. Para pemain bola di sini justru ingin memulai kariernya dari pembinaan militer. Mereka berlomba-lomba memenuhi persyaratan. Kenapa bisa demikian? Itu karena tingginya standar militer Israel. Jujur saja, banyak atlit muda yang tak memenuhi syarat. Padahal impian ingin menjadi pemain nasional sudah setinggi langit.

Bek kiri Maccabi Haifa, Haim Migarashvilly, sampai menampik panggilan tim nasional lantaran ia tak pernah kena wajib militer. Sebuah status bergengsi jika berasal dari sana, sebagai golongan istimewa," papar Ronny Merhav, seorang analis militer Israel. Tak semua, memang, senang hawa militer. Beberapa diantaranya malah bisa dibilang desersi, melarikan diri, dari kewajiban. Salah satunya, John-Arne Riise (28 tahun), left-winger kesohor yang main di Liverpool. Alasan pria Norwegia berbadan atletis itu terbilang klasik di era profesional.

"Selama Anda bekerja atau bermain bola di luar negeri, secara otomatis Anda akan terhindar dari wamil. Saya yakin pihak militer akan buang-buang waktu jika menunggunya. Dan setelah Anda merantau sampai berumur 25 tahun, mereka akan mencoret nama Anda," kata Einar Baardsen, agen Riise yang sejak usia 18 sudah melanglang ke AS Monaco, sebelum bergabung di Anfield pada 2001.

Setali tiga uang juga dilakukan oleh Shefki Kuqi, striker kekar Blackburn Rovers yang juga adalah pemain nasional Finlandia. Atas jasa agennya sejak bermain di MP Mikkeli, HJK Helsinki dan FC Jokerit, pria berdarah Kosovo kelahiran 10 November 1976 ini luput menjadi tentara dadakan.

"Beruntung agen saya mengakalinya, yang membuat saya tak harus pulang. Saya kabur bersamanya dan tinggal di luar negeri," ucap bomber yang kariernya di Inggris dimulai di Stockport County, Sheffield Wednesday dan Ipswich Town itu. Jika Kuqi disebut beruntung, maka rekan senegaranya, Teemu Taino (26), malah buntung. Pasalnya gelandang Tottenham Hotspur ini menjadi pesepak bola paling sial yang kena bidikan wamil.
Wajib Militer: Banyak Manfaatnya Kok!
Bayangkan, pada usia 16 tahun seharusnya ia sudah bergabung di Manchester United. Tapi apa daya, ayahnya justru memanggilnya pulang karena lebih menginginkan Tainio digembleng dulu lewat ketentaraan! Diantara negara-negara Skandinavia, Finlandia dan Norwegia memang yang paling ketat mewajibkan setiap lelakinya menjalani wajib militer.


Wajib Militer: Banyak Manfaatnya Kok!
Tidak pandang bulu. Apakah dia artis, keturunan raja, atau pesohor olah raga. Pembalap top Formula 1 seperti Kimi Raikkonen dan Heikki Kovalainen tidak luput terkena asevelvollisuus alias wajib militer. Dua pesepak bola top yang juga pemain nasional Finlandia, Petri Pasanen (Ajax Amsterdam) dan Mikael Forssell (Chelsea) belum lama juga digembleng tentara dan harus mondok di barak berbulan-bulan.

Kebanyakan mereka beralasan lebih baik mengikuti selagi muda, badan masih bugar, ketimbang nanti baru ikut saat muka sudah peyot. Benar juga! Bakalan repot soalnya. Duh, kalau begitu beruntungnya ya para pria muda di Indonesia.

(foto: deejay.it/sputniknews/itasanomat/twitter)

Share:

Ketika Sepp Blatter Membela Afrika

Menjelang undian kualifikasi grup Piala Dunia 2006, Desember 2003 silam di Frankfurt, pria berkuasa yang menguasai bahasa Inggris, Spanyol, Prancis, Italia, plus Jerman ini tiba-tiba mengecam perilaku “orang-orang Eropa” pada orang-orang Afrika di depan elite UEFA. Waw, ada apa dan mengapa dia sampai nekat bertindak begitu?

Ketika Sepp Blatter Membela Afrika
Konkretnya, Sepp Blatter geram dengan kelakuan klub top Eropa yang mencomot bakat-bakat Afrika secara serampangan. “Saya lihat ada yang tidak sehat, kalau tak pantas disebut kekejian, ketika klub kaya mengirim pencari bakat untuk cari pemain di Afrika, Amerika Selatan, dan Asia dengan cara memberi harapan. Setelah dilatih serius, mereka memainkan (politik) uang saat pemain tadi tertimpa kesulitan,” jelas Blatter berapi-api.

Yang paling banyak jadi korban, siapa lagi kalau bukan Benua Hitam. Tak terhitung berapa anak-anak Afrika yang dieksploitasi besar-besaran oleh agen-agen yang berstatus unscrupulous, tak bermoral. Dalam kolomnya di The Financial Times, pria kelahiran 10 Maret 1936 ini berani menyebut frasa Football Slavery alias perbudakan sepak bola (oleh Eropa)!

Buat negara-negara dunia ketiga, Blatter adalah pahlawan mereka. Dia punya moto “Football for All, All for Football”. Visinya adalah tiada hari tanpa modernisasi sepak bola, dan tentu saja keadilan untuk semua manusia. Kapasitas jabatannya melebihi seorang pemimpin negara mana pun karena sebagai capo di cappi tutti (bos dari segala bos), dia adalah presiden dari 204 negara sejagat. Jadi kekuatan dan kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengubah keadaan amat mumpuni. Ironisnya, realitanya tidak begitu.

Ketika Sepp Blatter Membela Afrika

Joseph “Sepp” Blatter (68) mengaku saban hari selalu menemukan permasalahan di sepak bola yang juga menjadi misinya. Dan orang Swiss ini tampak pro anti-kemapanan. Perkembangan sepak bola di Monserrat atau Ethiopia, wasit yang curang, klub yang tak membayar gaji pemainnya, transfer terselubung, kasus doping Rio Ferdinand, sampai kasus kematian pesepak bola. Karena harus terus berada di tengah-tengah, jika ombak ada di kiri ia harus membanting kapal (FIFA) ke kanan dan sebaliknya, akhirnya Blatter rentan dimusuhi segala pihak mulai orang per orang, pelatih, bos klub, perusahaan, bahkan negara!

Bahkan dengan UEFA, dia tidak akur. Blatter sering bersilat lidah dengan Presiden Lennart Johansson. Maklum, konotasi UEFA adalah profesional, kapitalis, uang alias cari untung. Sementara itu, FIFA condong amatir, penyamarataan, mengarah ke sosialisme. Itulah yang membuat Blatter - suksesor Dr. Joao Havelange sejak 8 Juni 1998 - lebih populer di kalangan proletar ketimbang borjuis.

“Istilah perbudakan sepak bola adalah gambaran seorang pemain bola yang di akhir karier jatuh miskin dan tak punya cukup uang untuk membiayai kehidupannya yang jauh dari Tanah Air-nya,” papar eks pesepak bola Liga Amatir Swiss di era 1948-71 itu. Blatter menuduh klub kaya Eropa telah memperkosa hak-hak sosial dan ekonomi para pemain Afrika dengan berbungkus membangun dunia untuk bakat dan hiburan atau industri. Jika terlalu berorientasi market, kehormatan, dan integritas berada di ujung tanduk.

Munculnya tarik-ulur antara klub Eropa dan negara-negara Afrika menjelang Piala Afrika 2004 membuktikan teori Blatter benar. Tunisia harus berterima kasih pada bos besar FIFA ini yang mengancam akan menghukum klub-klub Inggris jika tak melepas pemain Afrika untuk membela negaranya. “Kelakuan klub-klub kaya Eropa itu seperti neokolonialis, penjajahan baru, yang merampok warisan dan budaya munculnya pemain-pemain hebat di belahan dunia. Jika tak waspada, sepak bola akan menjadi sebuah permainan ketamakan. Saya akan lawan itu sekuat tenaga,” janji Blatter.

Identitas Eropa

Andaikata Anda adalah bagian dari sebuah klub yang begitu digdaya, maka Anda tentu saja bangga dan puas. Perasaan lain akan muncul jika anda berada di pihak yang disetir uang. Ingat kasus Kaka, yang tidak boleh dijamah tim nasional Brasil oleh AC Milan? Pekerjaan rumah Blatter tampaknya masih menumpuk.

Memang sudah seharusnya Eropa, dan juga sebagian Amerika Latin, tak boleh menyepelekan Afrika. Banyak fakta tersaji bahwa kehebatan beberapa negara di dua kontinen itu didongkrak oleh putra-putra Afrika. Siapa yang paling berpengaruh menjadikan Prancis juara dunia pertama kalinya pada 1998? Zinedine Zidane ‘kan? Dari mana dia? Aljazair, negara di Afrika Utara.

Lalu masih ingatkah anda akan gol emas Basile Boli, yang mengantar Olympique Marseille sebagai klub pertama Prancis yang menjuarai Liga Champion edisi perdana pada 1992/93? Boli adalah bek kenamaan Les Bleus asal Pantai Gading. Siapa yang melesatkan reputasi Benfica, bahkan tim nasional Portugal di era 1960-an? Jelas Eusebio Ferreira. Legenda hidup Portugis ini diadopsi langsung dari tanah leluhurnya, Mosambik, yang berada di pusat Benua Hitam.

Di pentas Liga Champion 1961/62, dua gol terakhir Eusebio menamatkan perlawanan klub 'bule' Real Madrid 5-3 di Amsterdam, 2 Mei 1962. Di Piala Dunia 1966, Portugal mencatat prestasi sempurna dalam penyisihan grup. Hongaria disikat 3-1, Bulgaria 3-0, dan Brasil 3-1! Lalu ia bikin empat gol beruntun dan menang 5-3 atas Korea Utara. Akhirnya, satu gol Eusebio ke gawang Lev Yashin (Uni Soviet) di final tiga-empat memberi titel terbaik Portugal sampai sekarang.

Kalau mau jujur, kehebatan Brasil sampai sekarang juga berkat Afrika. Sebagai jajahannya, Portugal mendatangkan budak-budak dari koloninya di Afrika seperti Mozambik atau Angola. Dari moyang mereka, lahirlah Pele, Leonidas, Garrincha, dan seterusnya. Di era modern, pemain ber-DNA Afrika makin bertebaran. Marcel Desailly misalnya yang asli orang Ghana. Tapi, dialah pemegang cap terbanyak Les Bleus, 112 kali (terakhir 18/2 vs Belgia), ketimbang putra asli Prancis yang juga menjadi kapten, Didier Deschamps (103).

Banyak alasan mereka sampai menukar kewarganegaraan. Ada yang dibajak seperti Eusebio Ferreira dulu sampai yang termuda, Freddy Adu, anak Ghana berumur 14 tahun yang digaet Amerika Serikat. Tapi, dalih terbanyak adalah profesionalitas dan gengsi, yang ujung-ujungnya soal persamaan hak. Jika ingin maju, ingin lebih sukses, ingin punya kesempatan dan hak apa saja, bermainlah dan jadilah warga Eropa!

Ketika Sepp Blatter Membela AfrikaTapi tak semua anak Afrika bersikap sama. Frederic Kanoute memulangkan paspor Prancis dan menerima Mali sebagai negara yang harus diabdinya. Luar biasa. Tapi di masa depan, kisah Kanoute hanya jadi cerita langka.

Yang ada malah kebalikannya. Di kemudian hari bakal semakin banyak anak-anak Afrika akan dipaksa, atau terpaksa, harus ber-KTP Eropa. Menyanyikan lagu kebangsaan negeri baru, mengenakan simbol yang tidak cocok di seragam sampai berlagak-lagu ala bule. Untuk keberlangsungan hidup atau memuja passion, mereka akan begitu. Menjual identitas lama demi identitas baru. Apa mau dikata, bukankah mereka lebih meyakini hukum ‘terkuat’ di bumi, hak asasi manusia?

EROPANISASI AFRIKA

ALJAZAIR: Zinedine Zidane (Prancis); AFRIKA SELATAN Sean Dundee (Jerman); SENEGAL Patrick Vieira (Prancis), Ibrahim Ba (Prancis), David Bellion (Prancis); KONGO Claude Makelele (Prancis), Peguy Luyindula (Prancis), Blaise N'Kufo (Swiss), Emile Mpenza (Belgia), Mbo Mpenza (Belgia), Kiki Musampa (Belanda), Ali Maboula Lukunku (Prancis), Gaby Mudingayi (Belgia), Patrick Dimbala (Belgia), Vincent Kompany (Belgia); GHANA Freddy Adu (AS), Gerald Asamoah (Jerman), Marcel Desailly (Prancis), George Boateng (Belanda), Eric Ofori Okyere (Belgia), Daniel Ofori Okyere (Belgia); NIGERIA Emmanuel Olisadebe (Polandia), Okonkwo Digger Ifeani (Malta), Shola Ameobi (Inggris), Ugo Chukwu Ehiogu (Inggris), Ade Akinbiyi (Inggris), George Ndah (Inggris); PANTAI GADING Olivier Kapo (Prancis), Djibril Cisse (Prancis); KAMERUN Jean Alain Boumsong (Prancis), Charles Itanje (Prancis), Bruno N'Gotty (Prancis), Pascal Nouma (Prancis); TUNISIA Sabri Lamouchi (Prancis); MESIR Rami Shabaan (Swedia); SIERRA LEONE Carlton Cole (Inggris); SOMALIA Fabio Liverani (Italia); ETHIOPIA Youssouf Hersi (Belanda); ZAMBIA Robert Earnshaw (Wales); MOZAMBIK Abel Xavier (Portugal); MAROKO Yassine Benajiba (Belgia); GAMBIA John Alieu Carew (Norwegia).

(foto: swiss.info/news.yahoo/sofoot)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini