Inter-Zapatista. Uang 5.000 dollar AS, ambulans, dan kostum asli milik Zanetti. |
Sedikit contoh, rezim Jorge Videla terselamatkan dari amuk massa usai Argentina jadi juara dunia 1978. Di Brasil, pada 2002 pemerintahan Fernando Cardoso sempat digoyang lantaran sang presiden dianggap tak bisa menekan pelatih Luis Felipe Scolari untuk memanggil bintang gaek kesayangan rakyat, Romario Faria, menjelang Piala Dunia 2002.
Lalu ketika seorang jenius bernama Marinus Jacobus Hendricus Michels memakai prinsip itu secara praktis ke dalam strategi totaal voetbal, hasilnya juga ada. Ajax dan De Oranje dengan mutlak menguasai daratan Eropa di era 70-an. Ia dianggap jenderal beneran setelah mengucap 'sepak bola adalah perang!'
Di Inggris, ibu sepak bola modern, hingga kini falsafah supermanajer Liverpool, Bill Shankly, masih banyak dianut. "Football is more important than life and death to you and, I said, listen, it's more important than that!" katanya pada acara talk show Live from Two di Granada Television, 1981.
Setelah dilanda tekanan selama 90 menit lebih, emosi Sir Alex Ferguson langsung tumpah dengan berkata, 'Football, bloody hell!' Ia marah tapi gembira melihat gol Teddy Sheringham dan Ole-Gunnar Solskjaer baru tiba di menit ke-91 dan 93 pada Battle of Camp Nou, Mei 1999 kontra Bayern Muenchen.
Jauh sebelumnya, Inggris pernah kena imbas dahsyat politisasi sepak bola. Lima hari usai Inggris tersingkir di Piala Dunia Meksiko, kekuasaan PM Harold Wilson roboh. Rakyat tak mengampuni mengingat sebagai juara bertahan Inggris kalah 2-3 dari Jerman, si musuh besar, pada perempatfinal di Estadio Guanajato, Leon, 14 Juni 1970.
Bisa jadi, bersandar dari gumpalan sejarah tadi, seorang Javier Zanetti mencoba merajut mimpi besar di masa depan: jadi politikus. Karena ia salah satu orang berpengaruh di klub, il capitano Inter, ia rada leluasa menggapai obsesinya. Tak ada yang tahu bahwa lelaki berzodiak Leo kelahiran 10 Agustus 1973 ini seorang yang berjiwa revolusioner.
Emosi Zanetti terganggu setelah markas Zapatista diserbu tentara Meksiko, April silam, lewat pertempuran sengit yang memakan banyak korban. Bayangkan, tanpa sungkan ia mengupas tragedi itu pada beberapa rekan senegaranya di kamar ganti Stadion Giuseppe Meazza.
Kiprah Moratti
Javier Zanetti dan istri mengedepankan sosio-kultur. |
"Kami percaya pada dunia yang lebih baik, yang tak tersentuh globalisasi, yang kaya akan perbedaan budaya dan adat-istiadat semua orang. Itulah mengapa kami mendukung anda yang terus berjuang mempertahankan akar budaya dan idealisme," begitu isi pernyataan yang juga dipaketkan.
Kasak-kusuk empat Argentina ternyata diendus Bruno Bartolazzi, seorang petinggi Inter. Bila orang ini tahu, berarti keputusan si bos besar tinggal menunggu waktu. Benar saja. Usai musim 2004/05, Moratti memanggil Zanetti untuk menyampaikan hasratnya. Yang terjadi kemudian, biasa terjadi. Ide dari anak buah, namun reputasi milik si bos.
Juni 2005, rombongan Bartolazzi dan Zanetti yang ditemani istri masing-masing bertolak ke Meksiko. Dalam sebuah seremoni kecil di Caracol de Oventic, Inter dan Zapatista memulai kerja samanya. Selain uang 5.000 dollar AS, sebuah ambulans, dan kostum asli milik Zanetti bernomor 4, kubu Nerazzurri juga membawa plakat yang ditandatangani Moratti. Namun, yang paling menarik bagi para pejuang Zapatista adalah paket peralatan sepak bola dari bola kaki sampai kostum.
"Kami membaca serangan ini dari koran-koran Meksiko. Bantuan ini tak seberapa, yang lebih penting adalah atensi kami pada anda semua. Pokoknya Inter tak hanya main di PlayStation atau komputer," tutur Bartolazzi dalam pesan untuk Subcomandante Insurgente Marcos, orang yang paling dicari-cari pemerintah Meksiko.
"Kami telah katakan pada mereka, masyarakat di Eropa dan belahan dunia lainnya, agar mendukung demokrasi dan Zapatista. Seperti di sepak bola, seringkali yang kecil mampu mengalahkan yang besar," lanjut Bartolozzi, yang ucapan terakhirnya ini kelak akan diolah Marcos, sang komandan.
Subcomandante Marcos adalah julukan untuk capo kelompok Ejercito Zapatista de Liberacion Nacional (EZLN), yang memperjuangkan hak-hak otonomi, wanita, demokrasi kaum Indian, penduduk asli Meksiko melawan neoliberalisme ekonomi dunia yang secara membabi buta mengeksploitasi sumber daya bumi Meksiko.
"Saudara-saudara Italia-ku, semoga kalian mencapai sukses besar dalam kampanye olah raga seperti ini," balas Marcos dalam sebuah surat yang dibacakan utusan EZLN. Perkembangan yang menarik adalah saat ia melakukan korespondensi dengan Moratti secara panjang lebar. Siapa sesungguhnya Marcos?
Berlusconi dan Bush
Hasil dari paket bantuan Inter kepada anak-anak Indian Zapatista. |
Karena dia orang pintar, maka strateginya pun pasti oke punya. Banyak media-media di Meksiko disinyalir pro-Marcos. EZLN punya network dengan sejumlah oposan terkenal untuk melawan kapitalisme dan antiglobalisasi seperti IRA dan Basque. Namun, jalinannya dengan kapitalis Moratti bikin orang bertanya-tanya. Siapa menggunakan siapa?
"Dunia sepak bola terus berevolusi. Namun, suatu saat nanti ia tak lagi jadi industri atau perusahaan, tapi akan kembali ke sebuah permainan memikat yang pernah dibuat untuk mengikuti perasaan anda," kata Marcos dalam suratnya pada Don Massimo. "Sepak bola telah menjadi sarana penting untuk tujuan penting. Ia seperti melawan kemapanan, dipenuhi kejutan. Setiap revolusi dimulai dari kotak penalti sendiri dan diakhiri di gawang lawan," balas Moratti, setengah berfilsafat.
Marcos dan Moratti setuju Inter dan Zapatista akan melakukan dua kali pertandingan persahabatan. Di Italia, Marcos minta digelar di Roma, sedang di Meksiko ia telah menyiapkan Stadion UNAM. "Wah, saya senang sekali. Saya siap main di sini atau di sana," komentar Zanetti waktu itu.
Yang lucu dari isi surat tersebut adalah permintaan Marcos agar Inter jangan lupa membawa banyak bola lantaran bola yang ada sudah pecah semua akibat sepatu-sepatu lars kami. Il Coomandante Marcos juga ingin Moratti setuju dengan penunjukan Diego Maradona jadi wasit, Jorge Valdano dan Javier Aguirre, eks pelatih nasional Meksiko, sebagai asisten wasit serta legenda Brasil, Socrates, sebagai wasit cadangan.
Walau misinya jelas, mendirikan kampus sepak bola Inter di Meksiko, namun terus terang gerakan Moratti ini sempat meresahkan deputi kantor PM Italia Silvio Berlusconi. Si pemilik AC Milan ini memegang nota kerja sama ekonomi dan terikat beberapa pakta bisnis antara pemerintah Italia dan Meksiko. Di sisi lain publik Italia pun tahu Moratti adalah baron minyak numero uno.
Serunya lagi, memang perut bumi Chiapas, di selatan Meksiko itu, dikenal berisi kandungan minyak yang potensial selama puluhan tahun! Media massa di Italia pun merasa kecolongan. Namun kehebohan akbar menerpa pemerintah Meksiko dan AS setelah majalah The Christian Science Monitor memuat artikel It Will All Be Made Clear in the Next Zapatista Memo pada 2 Agustus 2005.
Lewat investigasi langsungnya, Hugh Dellios, juga menulis artikel Masked Rebel Leader Has a New Cause in Mexico di koran Chicago Tribune pada 14 Agustus 2005 seraya memuat isi surat Moratti kepada komandan Marcos yang bocor. Konon Presiden George Walker Bush, yang moyang keluarganya pengusaha minyak, merasa tersinggung, sampai-sampai dia membahas khusus aksi Inter, Moratti, dan Zanetti di Meksiko dengan Berlusconi dan Presiden Vicente Fox. Tidak di mana-mana, asal ada bau duit, orang-orang penting pun mendekat dan mengendus.
(foto: laaficion/sempreinter/inter)