Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

  • Niac Mitra vs Arsenal 2-0: Gara-gara Udara Panas dan Lapangan Buruk?

    Niac Mitra mengukir kenangan indah di depan ribuan penggemarnya di Stadion Gelora 10 November ketika sore kemarin agak di luar dugaan menaklukkan klub kenamaan Inggris, Arsenal, dengan kemenangan mutlak 2-0.

  • Mino Raiola, Antara Mulut Besar Donald Trump dan Keberingasan Al Capone

    Dalam rimba transfer internasional dunia, ketika akan terjadi deal antara pemain, agennya, dan wakil klub, biasanya pertemuan terjadi di restoran mahal tertutup, lobi hotel mewah bahkan di kamar tertutup. Namun khusus kepada orang yang satu ini sulit terlaksana.

  • Stan Kroenke: Kapitalis Pemuja Wenger

    Sosoknya kaku, irit bicara, pelit senyum apalagi sampai tertawa terpingkal-pingkal. Tak salah kalau pers Inggris menjulukinya the silent man atau si pendiam. Sorot matanya tajam, gerak-geriknya tanpa ekspresi, pikirannya selalu fokus tanda suka berpikir sesuatu yang menarik minat. Suasana hatinya dingin, barangkali sedingin darahnya, dan kelihatannya orang ini rada susah untuk dijadikan teman atau sahabat.

  • Angela Merkel: Wanita Terkuat di Dunia

    Kiprah nyonya besar yang satu ini tak sampai begitu. Tapi pelampiasannya unik. Satu gerakan moral Angela Dorothea Merkel, Kanselir Jerman sejak 2005, yang jadi hobi dan habit sebab sering dilakukan adalah nyelonong ke kamar ganti pemain!

  • Roger Daltrey: Semangat Highbury Highs

    Malam hari penghujung April 2006, Roger Harry Daltrey tak kuasa menahan kenangan masa lalu. Memori kejayaan bersama Pete Townshend, John Entwistle dan Keith Moon saat mengusung aliran progressive rock lewat band The Who di era 1970-an, kerap kali campur aduk dengan era keemasan The Old Double.

  • Persija, Inspirasi dari Soempah Pemoeda

    Berkat sejarahnya, dominasi Persija di blantika nasional tak pernah lekang dimakan waktu. Catatan fenomenal juga ditorehkan klub berlambang Monas sebagai satu-satunya klub dengan rekor tak pernah terkena degradasi sejak debut pada 1931.

  • Asal Muasal Tiqui-Taca, Sepak Bola Bergaya Geometri

    Medio 1980-an, ketika masih masa anak-anak, kata-kata yang kini dikenal dengan tiki-taka sebenarnya sudah sering dihebuskan para komentator Indonesia dalam beberapa acara siaran langsung Piala Dunia atau Piala Toyota di TVRI. Satu yang paling rajin menurut saya adalah Eddy Sofyan. Dia suka menyebutnya dengan ‘tik-tak’ yang berkonotasi umpan-umpan pendek, permainan tek-tok layaknya karambol atau ding dong.

Tampilkan postingan dengan label Tim Nasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tim Nasional. Tampilkan semua postingan

Perasaan Kurniawan Pun Kecewa dan Gembira

Banyak penonton yang kecewa melihat penampilan tim PSSI Pra-Olimpiade ketika melawan Hong Kong, Selasa lalu, di Stadion Utama Senayan. Serangan gencar ke gawang Hong Kong gagal diselesaikan dengan baik oleh penyerang-penyerang kita. Tim anak muda kita cuma menang 1-0.

Perasaan Kurniawan Pun Kecewa dan GembiraTapi ada yang merasa lebih kecewa lagi, yaitu bintang kita, pencetak satu-satunya gol ke gawang Hong Kong, Kurniawan Dwi Yulianto. "Asep Dayat terlalu banyak menggiring bola. Indriyanto diturunkan terlambat!" kata Ade, panggilan Kurniawan. "Saya ndak tahu, kenapa teman-teman main gugup dan tergesa-gesa. Padahal kita bisa menang besar," lanjutnya lagi tanpa mau menganalisis lebih dalam. Melihat penampilan Indonesia melawan Hong Kong, lagi-lagi kelemahan yang paling mencolok adalah penyelesaian akhir. "Bahkan waktu lawan Korea, serangan kita monoton," ujar pengamat bola Andi Darussalam.


Namun lepas dari rasa kecewa, kita kini boleh bangga punya Kurniawan. Golnya ke gawang Hong Kong merupakan kecerdikannya melihat posisi kiper lawan. Ketepatan dan kecepatan tendangan jarak jauhnya membuahkan gol. "Ia berjanji akan mencetak gol ke gawang Hong Kong. Katanya sebagai hadiah ulang tahun kakaknya," ujar Budi Riyanto SH, ayah Kurniawan. Kakak yang dimaksud adalah Dian Ekariani yang tidak bisa datang ke Jakarta karena harus mengikuti ujian di sekolahnya.

Berat Tersendat

Maka dengan hanya menang 1-0 atas Hong Kong dan sebelumnya kalah dari Korea Selatan 1-2, ambisi kita untuk lolos ke Olimpiade Atlanta 1996 makin berat tersendat. Apalagi Korea yang sebelum menang atas Indonesia, menang pula atas Hong Kong dengan angka mencolok 5-0. 

Terlebih lagi, dua pertandingan sisa yang dihadapi tim Ginseng akan berlangsung di kandang mereka sendiri, 19 Agustus melawan Hong Kong, dan 22 Agustus kontra Indonesia. Kurniawan cs sendiri bakal bertanding di Hong Kong pada 26 Agustus 1995.

Artinya, jika di Seoul nanti Korea mengalahkan Hong Kong, maka mereka hanya membutuhkan hasil imbang dari Indonesia. Kalau saja itu tercapai, Korea akan melaju ke putaran kedua bersama tujuh juara grup zona Asia kualifikasi Olimpiade 1996 lainnya.

Walau demikian, kita tetap harus optimistis mencuri kesempatan sekecil apa pun. Caranya, ya harus menang dalam dua pertandingan sisa itu. Maka memanfaatkan waktu menuju bulan Agustus adalah yang terbaik. Waktu mesti diisi dengan latihan untuk menutupi kekurangan, misalnya kekompakan bermain, dan menyusun penyerangan.

Sayangnya, di saat latihan akan dimulai lagi pada 6 Juni di Tavarone, Italia, dan dua pemain inti yang diduga akan telat bergabung, yaitu Kurniawan dan Anang Ma'ruf. Apakah para penanggungjawab tim nasional kita memang masih kurang lihai dalam memilih skala prioritas untuk si pemain?

Perlu ada jawaban kongkrit, apakah tim Pra Olimpiade yang dilatih oleh Tord Grip (Swedia) cermat mengambil keputusan melihat jadwal dan kesempatan yang didapat para pemain. Kedua pemain tampaknya tidak ada waktu untuk beristirahat. Di saat pemain-pemain lain pulang mudik, begitu usai mengalahkan Hong Kong, mereka justru mesti pergi lagi Rabu siang. Kurni balik ke Swiss untuk memperkuat FC Luzern, sedangkan Anang diminta manajer Sven-Goran Eriksson mengikuti tur Sampdoria ke Asia Timur.

Satu kabar yang cukup menggembirakan datang dari Kurniawan sebab kontraknya dengan Luzern dilanjutkan. "Ya, ceritanya memang begitu. Kontrak saya diperpanjang setahun. Tapi saya belum bertemu presiden FC Luzern," tukas Kurniawan singkat ketika ditemui di kamar 824 Hotel Kartika Chandra, Jakarta.

Uniknya, pihak Luzern ternyata sudah menghubungi Budi Riyanto dengan telepon. Dalam konteks ini, jelas, di mata klub Swiss itu sang ayah bisa dianggap sebagai agen Kurniawan. "Bahkan mereka mengirim faks pemberitahuan ke Kurniawan di hotel. Setahu saya, dia akan dibayar sekitar Rp 10 juta sebulan. Kontraknya akan segera ditandatangani setelah Kurniawan sampai di Swiss," papar Budi di sela-sela melepas anaknya di Bandara Soekarno-Hatta, Rabu siang.

Bagaimana perasaan Kurniawan mengetahui perpanjangan kontraknya? "Jelas gembira, tapi saya sebenarnya masih kangen, ingin pulang ke Magelang. Ingin kumpul dengan keluarga barang sebentar. Tapi bagaimana lagi?" kata anak muda kelahiran Magelang, 13 Juli 1976 ini.

Bintang Tamu

Sementara itu, Anang akan menjadi pemain tamu Sampdoria yang melakukan tur ke Hong Kong, Cina, dan Korea Selatan. Kiprah Anang menapaktilasi Kurniawan tahun lalu ketika didaulat menjadi bintang tamu Il Samp saat tur di Indonesia. "Senang, Mas, dapat bermain satu tim dengan pemain tenar macam Ruud Gullit dan David Platt. Mudah-mudahan saya bisa bermain lagi dalam tur Sampdoria nanti," kata jejaka kelahiran Surabaya 18 Mei 1976 yang dikenal pemalu itu.

Anak sulung pasangan Miskan dan Murti ini amat mengidamkan kesempatan merumput bersama Sampdoria bisa membuka peluangnya bermain di Eropa. "Kalau ada kesempatan sekalian saja main di Eropa, tak perlu balik dulu ke Indonesia," kata mantan kapten Persebaya junior yang dari raut mukanya tampak amat berharap.

Satu kabar khusus lagi datang dari Aples Tecuari. Menurut Romano Matte, pelatih tim nasional PSSI SEA Games, ia telah memasukkan stopper klub Pelita Jaya itu ke dalam persiapan timnya menghadapi pesta olah raga negara-negara ASEAN, Desember mendatang. "Sebenarnya ada dua atau tiga pemain, tapi nantilah lihat perkembangan," tukas pria Italia ini. Selalu ada hikmah di balik kekalahan. Selamat buat Kurniawan, Anang, dan Aples atas kesempatan yang kalian dapat. Siapa lagi menyusul?

(foto: stefan)

Share:

PSSI Pra Olimpiade: Menang Tapi Kecewa

Banyak penonton yang kecewa melihat penampilan tim nasional PSSI Pra Olimpiade ketika melawan Hong Kong, Selasa lalu, di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Serangan gencar ke gawang Hong Kong kebanyakan gagal diselesaikan dengan baik oleh penyerang-penyerang kita. Ujung-ujungnya Kurniawan Dwi Yulianto dkk. cuma menang 1-0.

PSSI Pra Olimpiade: Menang Tapi KecewaBahkan ada yang merasa lebih kecewa lagi, yaitu Kurniawan sendiri. Meskipun gol satu-satunya lahir dari kakinya, namun hal itu tidak membuatnya puas. “Asep Dayat terlalu banyak menggiring bola, Indriyanto diturunkan terlambat,” celetuk Ade, panggilan bintang muda Indonesia yang bermain di FC Luzern itu. “Bahkan waktu melawan Korea, serangan kita lebih monoton,” kata Andi Darussalam Tabussala, pengamat sepak bola nasional yang diminta pendapatnya tentang anak-anak muda yang dilatih Danurwindo dan Tord Grip itu. Namun lepas dari rasa kecewa, kita kini boleh bangga mempunyai Kurniawan. Golnya ke gawang Hong Kong merupakan kecerdikannya melihat posisi kiper lawan. Ketepatan dan kecepatan tendangan jarak jauhnya membuahkan gol.

“Dia telah berjanji akan mencetak gol ke gawang Hong Kong lho. Katanya sebagai hadiah ulang tahun kakaknya,” ujar Budi Riyanto SH, ayah Kurniawan. Kakaknya yang dimaksud adalah Dian Ekariani yang tidak bisa datang ke Jakarta karena masih mengikuti ujian di sekolahnya.

Makin Berat

Maka dengan hanya menang 1-0 atas Hong Kong dan sebelumnya kalah 1-2 dari Korea Selatan, ambisi kita untuk lolos ke Olimpiade Atlanta 1996 makin berat tersendat. Apalagi Korea yang sebelum menang atas Indonesia, sudah mengalahkan Hong Kong 5-0.

Peluang makin menciut mengingat dua laga berikut yang akan dilakoni Negeri Ginseng itu digelar di kandang sendiri. Pada 19 Agustus menjamu Hong Kong, dan tiga hari kemudian giliran Indoneisa. Sementara Kurniawan dan kawan-kawan baru dijamu Hong Kong pada 26 Agustus.

Artinya jika Korea nanti menang atas Hong Kong, maka mereka tinggal butuh bermain seri saja dengan Indonesia. Beberapa pengamat juga sudah yakin Korea akan menjuarai grup ini untuk bergabung dengan tujuh juara grup lainnya untuk memperebutkan dua tiket ke Olimpiade.

Walau demikian kita mesti memelihara sikap optimis. Kesempatan sekecil apa pun harus dimanfaatkan. Caranya gampang: mengalahkan Korea dan menang atas Hong Kong! Masih ada waktu sekitar tiga bulan untuk mempersiapkan target penting tersebut.

PSSI Pra Olimpiade harus mengisi waktunya dengan latihan keras untuk menutupi kekurangan, misalnya kekompakan pemain dan menyusun serangan lebih baik. Sayangnya di saat latihan pada 6 Juni nanti di Tavarone, Italia, ada dua pemain inti yang diperkirakan akan telat bergabung, yaitu Kurniawan dan Anang Ma’ruf. Kita memang masih kacau dalam memilih skala prioritas.

Secara umum dia tidak merasa puas. “Saya ndak tahu, kenapa teman-teman bermain begitu gugup dan tergesa-gesa. Padahal (kalau tenang) sebenarnya kita bisa menang besar,” katanya lagi. Melihat penampilan Indonesia melawan Hong Kong, lagi-lagi kelemahan yang paling mencolok adalah saat penyelesaian akhir. 

(foto: stefan sihombing)

Share:

PSSI Pra-Olimpiade: Di Dada Mereka Ada Optimisme

Ada secercah perkembangan baru pada anak-anak muda Indonesia yang kini sedang berlatih keras di Italia, tidak lain adalah semangat dan harapan baik juga sikap optimis. Beberapa diantaranya bahkan sudah tidak sabar untuk segera merumput membela nama bangsa. Aples Gideon Tecuari, stopper PSSI Pra-Olimpiade mengaku tidak gentar menghadapi Korea Selatan dan Hong Kong.

“Korea bagus, mereka cepat dan postur tubuhnya tinggi-tinggi,” tuturnya. Ia dan rekan-rekannya telah menyaksikan pertandingan Korea Selatan saat mengalahkan La Spezia 1-0. “Tapi kita tak khawatir, di sini pun kita menghadapi pemain Italia yang tak kalah jangkung tubuhnya,” tegas Aples.

PSSI Pra-Olimpiade: Di Dada Mereka Ada OptimismeIa mengaku tak tahu pola apa yang akan dijalankan pelatih Tord Grip untuk melawan Korea Selatan. Yang jelas, untuk tim PSSI Pra-Olimpiade kini telah dipersiapkan tiga pola, 3-5-2, 4-4-2, dan yang terakhir 4-3-3. Korea sendiri menurut pengamatan Aples bermain dengan pola 4-4-2. “Kalau menurut saya, pola yang tepat menghadapi Korea adalah 4-4-2,” katanya. Alasannya, dengan memakai pola 4-4-2 pertahanan akan lebih kokoh dan tak riskan bila melakukan duel-duel di udara.

“Tapi biar bagaimanapun semua tergantung pelatih. Beliau pasti lebih jeli menilai permainan,” kata Aples yang dihubungi per telepon Rabu pagi lalu. Perhatian memang lebih ditujukan pada Korea Selatan yang dinilai lebih berat dibanding Hong Kong, calon lawan lainnya. “Pak Rahim (Soekasah) bilang, Hong Kong tak sekuat Korea Selatan,” tutur Aples.

Duet Ujung Tombak

Sementara itu, target-man di depan, Indriyanto Nugroho pun mengaku siap berpasangan dengan siapapun. “Dengan Kurniawan atau Asep Dayat, bagi saya tak ada masalah. Keduanya sama-sama cepat,” tutur Indri. Kurniawan sempat berlatih sekali bersama tim Pra-Olimpiade saat ia liburan Paskah ke Italia. “Kurniawan terlihat makin matang, ia makin profesional,” puji Indriyanto.

Duet Indriyanti dan Kurniawan berpisah selama 7 bulan. Mereka telah bersama-sama sejak 1,5 tahun sebelum Kurniawan bermain untuk Luzern. Sedang bersama Asep Dayat, dia baru berduet selama empat bulan. Indri tak khawatir duetnya dengan Kurniawan akan kehilangan kekompakan walau mereka telah berpisah cukup lama. “Kami sudah saling mengenal karakter permainan masing-masing,” aku Indri yang kerap dipanggil juga dengan nama Nunung itu.

Jika Tord Grip menerapkan pola 4-3-3, maka ketiga penyerang muda itu akan tampil bersama menyerbu pertahanan lawan. “Saya akan berusaha menembus pertahanan Korea. Mereka bagus, mainnya penuh semangat,” kata Indriyanto. Ia pun tak tahu pelatih akan menerapkan pola apa.

Kurniawan, bintang masa depan sepak bola Indonesia, ketika dihubungi terpisah di Luzern mengaku lebih senang dengan pola 3-5-2. “Pola ini lebih tajam dan dinamis. Soal pasangan tak masalah bagi saya. Indriyanto atau Asep Dayat sama saja,” kata Kurni, panggilan akrabnya kini.

Kurni kini berkonsentrasi penuh untuk Pra-Olimpiade setelah klubnya Luzern kalah dari Young Boys dalam perempatfinal Piala Swiss. Prinsip saya, pertandingan yang di depan itulah yang menjadi perhatian utama. Kini konsentrasi saya penuh untuk Pra-Olimpiade,” ungkapnya. Sebelum menghadapi Korsel dan Hong Kong, tim nasional junior Indonesia melakukan dua pertandingan ujicoba di Singapura dan Johor.

Agenda PSSI Pra-Olimpiade

4 Mei   Berangkat dari Italia
5 Mei   Berada di Singapura
10 Mei Ujicoba vs tim Pra-Olimpiade Singapura
13 Mei Ujicoba vs FC Johor
17 Mei Berada di Jakarta
19 Mei Ujicoba vs Hercules
25 Mei Bertanding vs Korea Selatan
30 Mei Bertanding vs Hong Kong
5 Juni  Kembali berlatih di Italia
22 Agt Bertanding vs Korea Selatan di Seoul
26 Agt Bertanding vs Hong Kong di Hong Kong

(foto: stefan sihombing)

Share:

PSSI Pra-Olimpiade: Stamina Belum Mendukung

Meski sudah dibina dua tahun lebih, masalah stamina pemain PSSI Pra-Olimpiade 1996 agaknya masih jadi hambatan pelatih Tord Grip untuk memaksimalkan pola permainan. Secara jujur, ia mengakui bahwa teknik permainan para pemain sudah mendekati standar tim junior di Eropa.

Pelatih asal Swedia ini tak mau mengungkap banyak tentang peluang PSSI pada babak penyisihan di Jakarta, 25 dan 30 Mei 1995 mendatang, jika dilihat dari segi kondisi fisik mereka. "Jujur saja, anak-anak sudah menunjukkan permainan sepak bola dengan baik. Tapi, masih ada kelemahan di sana sini. Yang utama adalah perlu dukungan stamina yang lebih tinggi lagi. Ini yang memberatkan saya berbicara soal peluang PSSI,” ungkap Grip di markas tim Primavera di Campo Sportivo Tavarone, Genova.

Selanjutnya ia menambahkan bahwa terlalu mengharap dari mereka juga akan merusak suasana mental pemain yang rata-rata berusia 19,5 tahun itu. Ini disebabkan mereka terbentuk tidak dari masa kanak-kanak. Padahal, katanya lagi, rata-rata di Eropa seorang pesepak bola terbentuk sejak usia 8 tahun.

Makanya dengan kerendahan hati, ia meminta pada masyarakat Indonesia agar melihat faktor positif yang telah didapat para pemain. Penyisihan Pra-Olimpiade bukankag hal yang menentukan karier mereka. “Apakah kalau gagal, bakal kiamat sepak bola Anda?” ujar Grip lagi. Dari pengamatan langsung, baik Grip maupun Danurwindo atau Harry Tjong tampak sering resah melihat kesiapan fisik para pemain.

Namun masih ada waktu, meski mepet. Yang terpenting adalah menggenjot fisik agar mereka bisa berdaya untuk melakoni strategi permainan dan pematangan tim. “Kami mematangkan sistem 3-5-2 dan mengutamakan pressing dan zona marking yang telah menjadi standar di Italia. Makanya, fisik mereka harus siap,” lanjut pelatih yang menggantikan Romano Matte ini.

Kekecewaan Bersama

Mengenai dua calon lawan – Korea Selatan dan Hong Kong – mantan asisten pelatih tim nasional Swedia itu lebih memperhatikan kiprah negeri ginseng. Secara kebetulan, akhir Maret lalu, mereka berkunjung ke Italia dan menggelar latih-tanding dengan tim setempat, hanya 30 km dari markas Primavera.

“Lihatlah postur dan kemampuan fisik mereka. Sudah menyamai tim-tim Eropa. Apalagi teknik mereka juga bagus,” tambahnya. Beruntung ia bersama Danurwindo dan Harry Tjong mengintip uji coba itu sekaligus merekamnya melalui video. Secara bersamaan mereka menganggap Korea Selatan sebagai lawan terberat.

Grip juga memuji penampilan Kurniawan yang sempat berujicoba dengan rekan-rekannya. Baginya, pemain FC Luzern di Liga Swiss itu sudah mempunyai kemampuan standar Eropa baik secara tim maupun individu. 
PSSI Pra-Olimpiade: Stamina Belum Mendukung
Indriyanto Nugroho.
“Indriyanto juga mulai menunjukkan permainan yang memukau,” katanya lagi memuji pasangan Kurniawan di lini depan itu. Yang membesarkan hati adalah tekad para pemain yang rata-rata bermotivasi tinggi untuk memberikan hasil terbaik. “Kami lebih siap menghadapi Pra-Olimpiade ini dibanding Piala Asia. Saya telah menyaksikan rekaman penampilan mereka ketika ujicoba di sini,” tutur kapten tim Bima Sakti mewakili seluruh rekan-rekannya.

Tekad mereka tekad kita juga. Harapan publik sepak bola tentu harapan para pelatih juga. “Saya pun punya perasaan kecewa kalau gagal, sama seperti mereka yang di Tanah Air. Apalagi, mengingat saya sudah meninggalkan anak dan istri selama dua tahun. Saya lebih merasakannya lagi,” ucap Danurwindo, manajer tim PSSI Pra Olimpiade.


Tim PSSI Pra-Olimpide

Manajer: Danurwindo
Pelatih: Tord Grip
Asisten Pelatih: Harry Tjong
Dokter: Dr. James Tangkudung
Psikolog: Jo Rumeser
Masseur: Drs. Widodo
Pembantu Umum: Sanusi Marjuki
Pemain: Kurnia Sandy, Ari Supriarso (Kiper); Eko Purjianto, Anang Ma’ruf, Yeyen Tumena, Gusnaedi Adang, Frido Yuwanto (Belakang); Alexander Pulalo, Aples Tecuari, Bimasakti Tukijan, Ismayana Arsyad, Supriyono, Ilham Romadhona, Nurul Huda, Chrislow Yarangga (Tengah); Indriyanto Nugroho, Haryanto Prasetyo, Kurniawan Dwi Yulianto, Albert Yorn, Asep Dayat (Depan).

(foto: stefan sihombing)

Share:

Kejuaraan Pelajar Asia 1994: Menang Lagi Atas Korsel?

Dari empat semifinalis yang akan berlaga sore ini hanya Indonesia yang belum menunjukkan kebolehannya, terutama soal mencetak gol. Juara bertahan Muangthai, juga Korea Selatan dan Cina telah merobek gawang lawan lebih dari sepuluh kali. sementara kita baru lima gol.

Melawan Korea Selatan nanti tampaknya akan menjadi jalan terberat bagi Indonesia. Pertarungan ini akan menjadi arena balas dendam Korsel. Tahun lalu, Kurniawan Dwi Yulianto dkk yang mewakili Indonesia menang di semi-final dari Korsel. "Anak-anak masih belum bisa tenang di kotak penalti," kata pelatih Teguh Andi, dengan jujur.

Kejuaraan Pelajar Asia 1994: Menang Lagi Atas Korsel?

"Masih banyak yang harus dibenahi, tidak hanya lini depan tapi juga tengah dan belakang," sergah pelatih lain, Eddy Santoso. Dari pengamatan kedua pelatih itu, langkah terberat Indonesia memang pada pertarungan hari ini. Walaupun pernah menang atas pasukan Ginseng muda, Korsel bukan lawan sembarangan.

"Tapi, hari ini kita akan berjuang habis-habisan untuk paling tidak ke final seperti tahun lalu," cetus Andi. Para pemain juga demikian. "Kita sepakat untuk berkonsentrasi di semifinal dulu," ujar Tugiyo. Pemain yang memakai nomor punggung 10 warisan Kurniawan ini sebenarnya adalah ujung tombak.

Pape Sang Peramal

"Tapi, ia masih terlihat demam panggung," tutur Andi lagi. Hal lain yang menguatkan pernyataan itu adalah gagalnya Tugiyo mengambil tendangan penalti ketika jumpa India. Sementara itu kiper Andi Iswantoro berjanji untuk mempertahankan setiap jengkal gawangnya. "Berat memang, tapi dengan bantuan barisan belakang. saya yakin kita akan berbuat yang terbaik," kilahnya.

Bukhard Pape, pelatih Muangthai yang pernah melatih kesebelasan pelajar Indonesia berjanji akan menampilkan permainan lebih impresif. "Lihat saja sore ini melawan Cina kami akan bermain lebih menawan," janji orang Jerman ini. Selanjutnya dia meramalkan bahwa yang akan maju ke final adalah timnya dan Korsel. "Bukan asal ngomong. Lihat saja bagaimana kedua tim ini membuat gol demi gol," ucapnya yang sebenarnya mau menggambarkan produktivitas gol.

Menurut pelatih yang mengantarkan Indonesia juara pelajar pada 1984 dan 1985 itu, Cina juga dinilai lumayan. "Tapi mereka tak akan ke final," tambah Pape bak peramal ulung. Apapun yang diramal orang, bola tetap bulat dan peluit semifinal belum lagi dibunyikan. Karenanya, boleh saja kita berharap agar prestasi tim pelajar Indonesia lebih baik dari tahun lalu yang hanya menjadi runner-up. Dengan demikian, impian akan menjadi kenyataan. Semoga!

PENYISIHAN GRUP

Grup A: Indonesia vs Brunei 3-0; Singapura vs India 0-0; Indonesia vs Singapura 1 -0; Cina vs Brunei 6-0; Cina vs India 2-1; Singapura vs Brunei 3-0; Indonesia vs India 1 -0: Cina vs Singapura 5-0: Indonesia vs Cina 0-0: India vs Brunei 6-0.

KLASEMEN AKHIR
Cina4310(13-1)7
Indonesia4310(5-0)7
India4112(7-3)3
Singapura4112(3-6)3
Brunei4004(0-18)0
Grup B: Muangthai vs Srilangka 8-0; Malaysia vs Hong Kong 0-0: Muangthai vs Malaysia 3-0; Korsel vs Srilangka 7-0; Korsel vs Hong Kong 1 -0; Malaysia vs Srilangka 5-2; Korsel vs Malaysia 4-1; Muangthai vs Hong Kong 4-1; Hong Kong vs Srilangka 3-1; Korsel vs Muangthai 2-0.

KLASEMEN AKHIR
Korsel4400(14-1)8
Muangthai4301(15-3)6
Hong Kong4112(4-6)3
Malaysia4112(6-9)3
Srilangka4004(3-23)0
SEMIFINAL (28 Oktober 1994)
16.00 Cina vs Muangthai (Senayan)
18.00 Korsel vs Indonesia (Senayan)
FINAL (30 Oktober 1994)
16.00 Perebutan Tempat III (Senayan)
18.00 Final (Senayan)

(foto: tjandra)

Share:

Romano Matte Stres Mencari Formula Menang

PSSI Primavera? "Ini tim masa depan. Pergerakan dan kecepatan pemain serta keterampilan individu, semua menyatu menuju kemenangan. Gaya sepak bola mereka atraktif. Kalau boleh disebut kami beruntung bisa menahan imbang tim Anda. Jujur saja, kami banyak ditekan, dan tim Anda punya begitu banyak peluang. Tapi itulah sepak bola."

Romano Matte Stres Mencari Formula MenangSiapa yang mengatakannya barangkali membuat Anda sedikit terkejut. Humberto Redes, orang Brasil yang mengepalai kepelatihan di tim nasional junior Qatar. Namun di saat berlainan, entah mengapa Romano Matte, pelatih PSSI Primavera yang asal Italia itu, sulit diajak berbicara. Ketika ditemui sedang menyaksikan partai Irak vs Suriah, pandangannya tertuju hanya ke lapangan hijau. Ups, begitu seriusnya.

Ini sangat kontras jika sedang melatih Primavera. Di lapangan dia banyak mengumbar kata-kata, bahkan suka menggelegar. Di luar urusan, diam lebih dipilihnya. Stres? Kelihatannya begitu. Ia merasa bebannya bertambah berat usai hasil imbang 1-1 melawan Qatar. Melihat animo dan harapan masyarakat Indonesia yang tinggi pada Kurniawan Dwi Yulianto dkk, mau tidak mau ia terus berputar otak untuk menemukan formula kemenangan.

Seperti tipikal sepak bola Italia yang memuja kemenangan di atas segala-galanya, di mana main buruk namun menang lebih dipilih dari main bagus tapi tidak menang, agaknya Don Romano sepakat. Ada sedikit persamaan persepsi antara sepak bola Indonesia dan di negaranya. Untuk itulah, dia mengorbankan waktu untuk sebanyak-banyaknya mengintai calon musuh demi menemukan formula baru kemenangan.

Kurang Menekan

Siapa sebenarnya Romano Matte? Pria bersuara keras dan berkumis tebal ini lahir di Verona, Italia Utara, pada 17 Januari 1939. Usia yang cukup disebut veteran di sepak bola. Mister Matte mengawali karier sebagai pelatih sejak 1962 di klub amatir Fiumeler Verona. Sebelum melatih Primavera, dia adalah seorang director di klub kondang Sampdoria.

Lalu kerjasama klub itu dengan PSSI, ketika memfasilitasi infrastruktur dan instruktur untuk tim Primavera saat berlatih di Tavarone pada 1994, membawa pria yang sebenarnya suka bercanda ini berkelana ke Indonesia, yang sama sekali tidak pernah diimpikan untuk didatangi. Kini dia menjadi pelatih kepala PSSI Primavera.

Sejak di Tavarone dia memang sudah menjadi instruktur PSSI Primavera, sebuah tim yang dipersiapkan sebagai skuad andalan Indonesia di masa depan. Matte punya dua asisten yang siap menerjemahkan permainan maupun komunikasi di diri Danurwindo dan Harry Tjong. Berapa Don Romano dibayar? Menurut Rahim Soekasah, dia digaji 100 ribu dolar AS per tahun, sekitar Rp 17 juta per bulan. Cukup murah untuk ukuran sebuah tanggung jawab besar.

Soal melatih, Romano memang dikenal keras. "Begitulah dia, selalu terlihat seperti orang sedang marah-marah. Tapi mereka sudah terbiasa. Ini berdampak baik. anak-anak langsung kena shock-therapy, karena harus bisa, harus bisa!" komentar Harry Tjong, yang bertugas khusus sebagai pelatih kiper. "Saya senang dilatih oleh Mister Romano. Disiplinnya luar biasa. Bagus untuk kekompakan kami di lapangan," aku Kurnia Sandy, kiper utama PSSI Primavera.

Akhirnya Romano Matte menjelaskan aksi bisunya selama ini. Memang, penyebabnya tidak jauh-jauh dari hasil mengecewakan Indonesia di laga pembukaan. Di benak Romano, rupanya ada yang tidak berjalan semestinya. Dia menyayangkan penampilan lini tengah kita kurang melakukan pressure ketat pada lawan. "Juga terlalu cepat melepas bola ke depan meski hanya ada Kurniawan sendirian. Mereka lupa dengan pola yang sudah direncanakan," kritiknya.

Ditanya bagaimana kekuatan lain di Grup A, dia mengaku tak punya gambaran utuh. Namun secara umum, Romano memperhitungkan tim-tim Arab. "Yang terbaik? Saya lihat baru Irak dan Suriah," tukasnya tanpa memerinci lebih panjang. Rupanya, itulah kenapa tadi dia banyak melongo dan serius menonton laga mereka.

Jika Romano terkesan stres, hal kebalikan dirasakan malah Kurniawan Dwi Yulianto. Kiprah anak Magelang ini tampak prospektif usai bikin satu-satunya gol lawan Qatar. "Kepercayaan diri saya mulai membaik, juga mental saya. Semoga bisa bikin gol lagi melawan Kazakhstan," katanya sambil menyeringai. Ya, semoga Kur! Pasti Mister Romano akan tertawa lagi.

(foto: tjandra)



Share:

PSSI U-19: Empat Andalan Berbicara

Indonesia juara Piala Asia junior. Sungguh? Sayang, itu 33 tahun lalu. Tempatnya di Bangkok, tepatnya tahun 1961. Ketika itu di final, Indonesia bermain imbang tanpa gol dengan Burma (kini, Myanmar), untuk kemudian menjadi juara bersama. 
PSSI U-19: Empat Andalan Berbicara
Searah jarum jam: Bima, Indri, Yeyen, Sandy.
Kini di Piala Asia U-19 ke-29 yang akan dipentaskan selama 15 hari di Stadion Utama Senayan, Jakarta, bagaimana peluangnya? Apakah Indonesia, yang diwakili anak-anak PSSI Primavera, bisa merealisasi target ke final, yang artinya akan lolos ke Piala Dunia junior di Nigeria 1995? Berikut beberapa keyakinan tersebut.

KURNIA SANDY (Kiper)

Ini dia kiper terbaik pelajar Asia. Pernah mengenyam latihan langsung dari pelatih kiper AC Milan. Sandy punya reaksi bagus, dan meski bertubuh besar namun badannya lentur. Kemampuannya?

Sudah teruji di Italia, minimal menghadapi bola-bola atas dan pemain yang tinggi besar. Kazakhstan, misalnya, pasti punya penyerang macam itu. Ia merasa kekompakan tim cukup padu. Soal calon lawan, ia berkilah, itu tak terlalu penting dipikirkan. "Pembuktian ada di lapangan!" tandas pemuda kelahiran 24 Agustus 1975 itu dengan singkat.

YEYEN TUMENA (Belakang)

Anak muda kelahiran Indarung, Sumbar, ini mengaku sama sekali tidak memikirkan lawan yang akan dihada pi. Mau dibilang kuat atau lemah, baginya tak masalah. Yang penting, katanya dan rekan-rekannya akan bermain semaksimal mungkin.

"Saya tak banyak tahu kekuatan tim lawan. Paling Qatar, tapi itu pun dari bacaan," tandas Yeyen, pemain asal Semen Padang Pratama ini seadanya. Makanya ia bertekad pertandingan pertama harus dimenangkan. Ia juga punya pesan: dukunglah kami secara positif.

BIMASAKTI TUKIJAN (Gelandang)

Wibawanya sebagai leader tim boleh juga. Tak salah ia dipercaya memegang ban kapten. Pengagum Franco Baresi - karenanya ia kerap memakai nomor punggung 6 - ini tak gentar dari kekuatan tim lawan. Pasalnya kekompakan dan pengalaman bertanding mereka sudah teruji dalam waktu cukup lama.

"Tapi saya menganggap Qatar dan Irak sebagai lawan paling berat di grup kami," ujarnya. Ke final? Bima optimis. Kalau target tercapai, ia menganggap sebagai balas budi tim pada pengurus PSSI dan masyarakat sepak bola.

INDRIANTO NUGROHO (Depan)

Ganteng, nyentrik dan klimis. Namun Indri tiba-tiba menjadi 'binal' setiap masuk kotak penalti lawan. Biasanya diduetkan bersama Kurniawan di depan. Boleh menaruh harapan pada pemuda asal Solo ini. Karena dari dialah gol-gol diharapkan. "Semua tim berat. Kami akan lebih keras berjuang," tandas Indri.

Diakuinya kekuatan lawan masih samar. Tapi, jika rekaman video lawan sudah datang, dari situlah dia berharap dapat mengetahui kelemahan pertahanan lawan. "Bagi saya itu penting jadi tahu karakter dan kebiasaan pemain belakangnya."

(foto: tjandra)

Share:

Indriyanto Nugroho: Duet Sejoli Kurniawan

Inilah komentar Danurwindo soal Indriyanto Nugroho. "Ia maju pesat. Dia kini lebih berani, lebih percaya diri," ungkap Mister, sapaan anak-anak Primavera pada Danurwindo. Pelatih PSSI Primavera itu mengaku sedikit heran karena selama berlatih di Italia, Nunung - sapaan akrab Indriyanto - biasa-biasa saja.

Indriyanto Nugroho: Duet Sejoli Kurniawan

Menaiknya grafik permainan Nunung terbukti ketika pemuda berkumis itu memainkan peran yang begitu sentral sewaktu bertarung melawan Qatar dalam partai perdana Ahad lalu. Manuvernya berbahaya, intersepsinya juga tajam. Nunung juga jago membuka ruang gerak untuk tandemnya, Kurniawan 'Ade' Dwi Yulianto. Tetapi saat itu Nunung hanya sanggup main 75 menit. Dia harus keluar lapangan sambil terpincang-pincang. "Paha saya ketarik, Mas," kata Indriyanto Nugroho, pemuda kelahiran Sukoharjo dan lulusan SMAN Ragunan itu.

Pengaruh Nunung untuk tim lumayan kuat. Buktinya usai dia diganti Dian Irsandy, barisan depan PSSI Primavera tidak seatraktif sebelumnya, terlihat agak kehilangan 'darah'. Kurniawan, ujung tombak tajam yang tampil belum maksimal itu, tampak kehilangan betul teman duet sehatinya. Dia nekat untuk mencoba semuanya secara one man show. Mulai dari membuka ruang gerak, aksi meloloskan diri, sampai beraksi menembus jantung pertahanan lawan.

Dian Irsandy, anak Bogor yang menggantikan Indriyanto, terlihat belum begitu padu, dan tidak nyetel dengan Kurniawan. Di mata Sinyo Aliandoe, hal ini dianggap membahayakan karena bisa menutup potensi peluang dan gol untuk Indonesia. "Jangan biarkan Kurniawan sendirian!" katanya.

Dian, mantan PSSI U-16 yang belum lama pulang dari menimba pengalaman bertanding di Teheran, dan baru sebulan terakhir bergabung dengan PSSI Primavera, dalam 15 menit terakhir melawan Qatar itu tampak tidak memanfaatkan banyaknya perhatian bek-bek Qatar pada Kurni. "Mungkin karena saya masih baru bekerja sama dengan dia," timpal Kurni coba menetralisir pertanyaan.

Tampaknya, jika salah satu dari Kurniawan atau Indriyanto tidak tampil, Romano Matte dan Danurwindo mesti lebih mengoptimalkan lagi kinerja Dian Irsandy dalam latihan-latihan. Atau, mengembalikan kepercayaan pada anak Malang yang sebetulnya lebih enerjik, yakni Ferry Taufik Budiman.

Duet Sejoli

Duo Kurniawan dan Indriyanto, menurut sejumlah pengamat, dinilai amat menggetarkan nyali lawan. Mereka tampak serasi, saling mengisi dan 'berkorban' untuk sesamanya. Hal ini mengundang pujian. Belum lagi kalau bicara dukungan dari dua gelandang sayap, Supriono (kanan) dan Nurul Huda (kiri) yang agresif. "Mereka duet sayap terbaik dari semua tim di kejuaraan ini," puji Fuad Hassan, manajer tim Bahrain.

Lepas dari itu, banyak yang tidak tahu, ketika barisan depan PSSI Primavera kehilangan Indry, Kurni pun sering kehilangan sentuhan prima, dan mau tak mau dia harus bekerja lebih keras. Inilah masalahnya. 

Dengan membiarkan Kurniawan bertarung sendirian di jantung pertahanan lawan, tampaknya menjadi tugas duet Romano-Danur untuk mencari solusinya. Diperkirakan dan tentunya diharapkan, dalam bertemu Kazakshstan Sabtu besok, Indriyanto sudah pulih, lebih segar dan kembali prima.

"Mudah-mudahan, Mas," cetus pemuda yang memiliki tinggi 170 cm dan berat 61 kg itu. Indry, di mata Sinyo, adalah tipikal tombak yang pintar mencari dan membuka ruang paling dimengerti Kurniawan. Jelajahnya pun bagus, dan dia berani turun sampai 'ke dalam'.

Kurni pun merasa amat pas berpasangan dengannya. "Nunung memang pasangan yang cocok buat saya. Dia mengerti apa yang harus diperbuat jika saya sedang menguasai bola atau ditempel lawan," katanya dengan lugas. Oke kalau begitu, kita tunggu aksi mereka melawan anak-anak Kazakhstan.


(foto: stefansihombing)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini