Toyota tetap bakal kena hukuman walau mengajukan banding. |
Yang lebih parah, sejak seri terakhir kejuaraan dunia, Reli RAC di Inggris dan sepanjang tahun 1996, tim yang berkantor di Koeln, Jerman itu harus absen dari pentas reli dunia. Para pereli tim ini sekarang, Juha Kankkunen (Finlandia), Didier Auriol (Prancis), dan Armin Schwarz (Jerman), boleh tampil. Syaratnya mereka harus membela tim lain, bukan Toyota.
Oleh Presiden FIA Max Mosley, yang memimpin sidang istimewa kasus tersebut dan mengumumkan sendiri hasilnya, pihak Toyota diberi waktu seminggu untuk banding. Saat yang benar-benar mepet itu dimanfaatkan benar oleh fabrikan asal Jepang tersebut. Dan untuk menghadapi sidang dan mengolah alasan untuk banding, kabarnya, mereka telah menyewa seorang pengacara ulung.
Sementara itu di Palembang pada saat bersama sedang bergulit seri terakhir Kejuaraan Nasional Reli. Berita itu lantas menjadi pedebatan menarik baik di antara sesama pereli maupun para wartawan peliput. Sekilas, perkembangan seputar siapa juara reli nasional agak terabaikan.
Ini bisa dimaklumi karena bila Toyota absen tahun depan, akibat hukuman dari FIA, berarti kota Medan di Sumatera Utara akan rugi. Kota yang akan menjadi penyelenggara seri ketiga kejuaraan dunia reli itu bakal kehilangan banyak pereli dari fabrikan juara dunia 1994 itu. "Benar, kalau larangan tampil itu berlaku bagi Toyota, reli Medan tahun depan akan kehilangan greget, walau pasti masih ramai," jelas juara nasional Tony Hardianto.
Membandingkan F1
"Selama 30 tahun berkecimpung di dunia otomotif, baru kali ini saya menemui alat canggih yang sayangnya ilegal itu," jelas Mosley. Turbo model apa sih yang dipermasalahkan? Toyota, menurut FIA, memakai bukaan 34 mm yang bisa menyebabkan tambahan udara 25 persen bagi kekencangan turbo kendaraan mereka. Dalam peraturan sendiri lubang itu seharusnya 3 mm saja.
Dari pihak Toyota, manajer tim Ove Andersson angkat bicara. Katanya, kalau saja timnya dihukum setahun akibat dinyatakan bersalah sangatlah tidak adil. "Di Formula Satu saja paling hanya satu atau dua kali larangan tampil. Nilainya puntak dipotong semua," cetus Andersson dengan sengit.
Carlos Sainz, kandidat juara dunia 1995 bersama tim Subaru dan selama tiga tahun sejak 1996 akan membela Toyota, juga bersungut-sungut. "Biarkan reli diurus oleh orang-orang yang mengerti dunianya. Baiknya memang para petinggi manajemen FIA harus terpisah dari mereka yang mengutus lombanya," tutur pereli berjulukan Si Matador itu.
Larangan pada Toyota tampaknya akan tetap berlaku. Banding yang diajukan Toyota paling hanya bisa mengurangi hukuman. Jika ini terjadi, ujung-ujungnya, reli Medan akan terancam tak dari persaingan dan animo penonton. Betul nggak?
(foto: car throttle)