Anda pernah dengar Hakan Sukur? Kalau ya, syukurlah. Tapi kalau belum, ada informasi menarik dari pemain nasional Turki itu yang dikabarkan akan ditransfer ke Torino musim 1995/96 mendatang.
Sayangnya rencana ini tak mendapat antusias dari tifosi Granata (julukan Torino) dan beberapa pemainnya, kecuali seorang yakni Abedi Pele, striker beragama Islam asal Ghana. Mantan pemain Olympique Marseille ini amat gembira mendengarnya. Bahkan sudah merencanakan niat yang mulia.
"Begitu bertemu dengannya nanti, saya akan ajak dia ke rumah saya dan memperlihatkan musala yang khusus saya bangun di dalamnya. Menjelang pertandingan hari Minggu, kami akan salat berjamaah lebih dulu, lalu berdoa agar kami diberi kemenangan," tandas Pele, seorang muslim taat yang juga seorang ayah dari dua putra hasil perkawinan dengan wanita Prancis. Kalau memang jadi, Sukur merupakan pemain Turki ketujuh yang pernah bermain di Serie A sejak 1950.
Spanduk-spanduk dan kaos bertuliskan nada optimistis banyak terlihat. Satu diantaranya berbunyi, "AC Milan, kami datang!" Lho, kok kubu Milan dibawa-bawa?
Rupanya akibat 'ulah' klub berjuluk Rossoneri itu pada musim 1993/94 silam, Piacenza kadi kena degradasi. Bagaimana caranya? Saat itu, anak-anak Milanello tanpa diduga menyerah pada Reggiana, pesaing Piacenza untuk kandidat degradasi. Kemenangan Reggiana menyelamatkan mereka bertahan di Serie A namun di satu sisi menendang Piacenza jatuh ke Serie B. Tapi sudahlah, roda 'kan terus berputar.
Kini di akhir musim 1994/45 ini, Reggiana yang mengalami degradasi ke Serie B. Sementara Piacenza yang di Serie B hampir pasti promosi lagi ke Serie A. Adil 'kan?
Berat? Rata-rata pemain Juventus 78,7 kg, sedang Parma 73,8 kg. Pemain terberat adalah Angelo Peruzzi (Juve) dan Fernando Cuoto (Parma). Yang paling ringan, lagi-lagi, Baggio dan Zola. Data-data perbandingan juga mencakup segi teknis. Produktivitas Juve selama musim 1994/95, baik nasional maupun internasional, rata-rata 1,8 gol tiap laga (90 gol/50 laga), sedangkan Parma 1,6 (80 gol/50 laga).
Kebintangan itu kian nyata karena dalam enam partai terakhir Milan, Lentini mencetak lima gol. Sayang, pelatih Fabio Capello terlambat menurunkannya saat Milan dikalahkan Ajax 0-1 pada final Liga Champion di Wina, Austria, Rabu pekan lalu.
(foto: rascojet/zmnapoli)
Sayangnya rencana ini tak mendapat antusias dari tifosi Granata (julukan Torino) dan beberapa pemainnya, kecuali seorang yakni Abedi Pele, striker beragama Islam asal Ghana. Mantan pemain Olympique Marseille ini amat gembira mendengarnya. Bahkan sudah merencanakan niat yang mulia.
"Begitu bertemu dengannya nanti, saya akan ajak dia ke rumah saya dan memperlihatkan musala yang khusus saya bangun di dalamnya. Menjelang pertandingan hari Minggu, kami akan salat berjamaah lebih dulu, lalu berdoa agar kami diberi kemenangan," tandas Pele, seorang muslim taat yang juga seorang ayah dari dua putra hasil perkawinan dengan wanita Prancis. Kalau memang jadi, Sukur merupakan pemain Turki ketujuh yang pernah bermain di Serie A sejak 1950.
AC Milan, Kami Datang!
Kompetisi Serie A Liga Italia hampir usai. Sang juara pun telah diketahui. Begitu juga di Serie B. Meski sang juara belum ketahuan, tapi tim-tim yang akan promosi ke Serie A, sudah kentara. Salah satunya yang 'hampir pasti' adalah Piacenza. Keyakinan pun menerpa para tifosi mereka.Spanduk-spanduk dan kaos bertuliskan nada optimistis banyak terlihat. Satu diantaranya berbunyi, "AC Milan, kami datang!" Lho, kok kubu Milan dibawa-bawa?
Rupanya akibat 'ulah' klub berjuluk Rossoneri itu pada musim 1993/94 silam, Piacenza kadi kena degradasi. Bagaimana caranya? Saat itu, anak-anak Milanello tanpa diduga menyerah pada Reggiana, pesaing Piacenza untuk kandidat degradasi. Kemenangan Reggiana menyelamatkan mereka bertahan di Serie A namun di satu sisi menendang Piacenza jatuh ke Serie B. Tapi sudahlah, roda 'kan terus berputar.
Kini di akhir musim 1994/45 ini, Reggiana yang mengalami degradasi ke Serie B. Sementara Piacenza yang di Serie B hampir pasti promosi lagi ke Serie A. Adil 'kan?
Beda Juve dan Parma
Selain jadi musuh bebuyutan pada musim ini, Juventus dan Parma ternyata memang punya banyak perbedaan. Berikut beberapa diantaranya. Usia rata-rata pemain Juve 27,3 tahun, sedangkan Parma 26,3 tahun. Tinggi rata-rata pemain Juve 1,80 m dan Parma 1,78 m, dengan rincian yang tertinggi Fabrizio Ravanelli (Juve), Dino Baggio (Parma) dan Lorenzo Minotti (Parma). Sedang yang terpendek adalah Roberto Baggio (Juve) dan Gianfranco Zola (Parma).Berat? Rata-rata pemain Juventus 78,7 kg, sedang Parma 73,8 kg. Pemain terberat adalah Angelo Peruzzi (Juve) dan Fernando Cuoto (Parma). Yang paling ringan, lagi-lagi, Baggio dan Zola. Data-data perbandingan juga mencakup segi teknis. Produktivitas Juve selama musim 1994/95, baik nasional maupun internasional, rata-rata 1,8 gol tiap laga (90 gol/50 laga), sedangkan Parma 1,6 (80 gol/50 laga).
Bintang Lentini
Benar dugaan orang bahwa Gianluca 'Gigi' Lentini tidak sengaja mencetak gol ke gawang AS Roma pada laga yang digelar pada 15 Mei silam. "Sama sekali tidak disangka menjadi gol. Tadinya bola itu maksudnya akan diumpan ke Massaro, makanya saya tidak begitu gembira. Tahu diri dong," ucap pemain yang mulai menemukan kebintangannya lagi setelah cedera panjang akibat kecelakaan mobil, akhir 1994 lalu.Kebintangan itu kian nyata karena dalam enam partai terakhir Milan, Lentini mencetak lima gol. Sayang, pelatih Fabio Capello terlambat menurunkannya saat Milan dikalahkan Ajax 0-1 pada final Liga Champion di Wina, Austria, Rabu pekan lalu.
(foto: rascojet/zmnapoli)