Wawancara dibantu Shin-Ichiro Kaneko, seorang fotografer yang jadi teman lama penulis, lantaran Kazu tidak menguasai bahasa Inggris dengan baik. Pemain yang pernah membela Genoa (kini anggota Serie B Italia), ternyata berwawasan luas, ramah dan rela meluangkan waktu dan kesempatan. Berikut petikannya.
Anda kenal Indonesia?
Sangat kenal, karena di sini, Indonesia menjadi tujuan wisatawan Jepang nomor satu di Asia. Kalau ada kesempatan saya juga ingin berlibur ke Bali.
Bagaimana dengan sepak bolanya?
Tidak begitu kuat. Saya bisa tahu dari klub-klub Indonesia yang pernah bermain ke sini. Begitu juga untuk tim nasionalnya, saya dengar masih kalah dari Muangthai di kawasan Asia Tenggara. (Kazu agak kaget, ketika diberitahu tim Indonesia sedang berlatih di Italia).
Oke, sekarang dengan tim nasional Anda. Bagaimana peluang Jepang di UAE nanti menurut Anda?
Agak ketat dan bakal berlangsung seru karena semua tim yang tampil pasti sudah mempersiapkan diri dengan baik. Namun dari yang ada, saya respek terhadap Korsel dan Cina. Kami saling mengalahkan jika bertemu. Saya pikir Jepang akan mampu ke final walau tidak mudah.
Apa perasaan Anda sebagai seorang bintang di Jepang, bahkan di Asia?
Sangat sulit. Maksud saya dalam hal menjaga citra dan reputasi. Kadang ini menjadi beban buat saya karena kurangnya kebebasan. Saya harus membalas kebaikan publik dan terus mempertahankan penampilan di atas lapangan.
Bisa ceritakan sedikit kesan-kesan Anda ketika main di Italia?
Ya itu saat paling penting dalam hidup saya, walau berlangsung singkat. Saya banyak belajar di sana dari bintang-bintang dunia. Suatu saat saya ingin mengulanginya lagi.
Ada lagi yang lainnya?
Sebelum ke sana saya banyak menerima surat dan telepon dari penggemar yang meminta agar saya jangan berangkat ke Italia. (sambil tersenyum). Namun setelah saya katakan ini bukan saja berharga buat saya, tapi juga buat mereka, buat persepakbolaan Jepang, mereka akhirnya mengerti dan mendukung saya. Setiap kali saya bermain, ada puluhan warga dan wartawan Jepang yang datang langsung dari Jepang ke stadion di Genova.
Saya pernah mendengar Anda pernah ingin gantung sepatu. Kenapa?
Ternyata tidak semudah itu. Saya masih menyayangi penggemar saya. Lagipula ada hal yang terpenting dalam hidup yang tengah saya kejar, yakni ingin membawa Jepang tampil di Piala Dunia 1998. Ini untuk pertama kalinya. Saya pikir kami berpeluang meraih tiket ke Prancis kali ini. Saya merasa pada usia saya yang ke-30 atau 31 saya makin matang.
Oke, terima kasih banyak atas waktunya Kazu San. Semoga ke depan Anda makin sukses!
(Tersenyum ramah). Saya juga mengucapkan terima kasih pada Anda (seraya mempersilakan penulis untuk foto bersama).
(Yokohama, Desember 1996. foto: Shin-Ichiro Kaneko)