Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

  • Niac Mitra vs Arsenal 2-0: Gara-gara Udara Panas dan Lapangan Buruk?

    Niac Mitra mengukir kenangan indah di depan ribuan penggemarnya di Stadion Gelora 10 November ketika sore kemarin agak di luar dugaan menaklukkan klub kenamaan Inggris, Arsenal, dengan kemenangan mutlak 2-0.

  • Mino Raiola, Antara Mulut Besar Donald Trump dan Keberingasan Al Capone

    Dalam rimba transfer internasional dunia, ketika akan terjadi deal antara pemain, agennya, dan wakil klub, biasanya pertemuan terjadi di restoran mahal tertutup, lobi hotel mewah bahkan di kamar tertutup. Namun khusus kepada orang yang satu ini sulit terlaksana.

  • Stan Kroenke: Kapitalis Pemuja Wenger

    Sosoknya kaku, irit bicara, pelit senyum apalagi sampai tertawa terpingkal-pingkal. Tak salah kalau pers Inggris menjulukinya the silent man atau si pendiam. Sorot matanya tajam, gerak-geriknya tanpa ekspresi, pikirannya selalu fokus tanda suka berpikir sesuatu yang menarik minat. Suasana hatinya dingin, barangkali sedingin darahnya, dan kelihatannya orang ini rada susah untuk dijadikan teman atau sahabat.

  • Angela Merkel: Wanita Terkuat di Dunia

    Kiprah nyonya besar yang satu ini tak sampai begitu. Tapi pelampiasannya unik. Satu gerakan moral Angela Dorothea Merkel, Kanselir Jerman sejak 2005, yang jadi hobi dan habit sebab sering dilakukan adalah nyelonong ke kamar ganti pemain!

  • Roger Daltrey: Semangat Highbury Highs

    Malam hari penghujung April 2006, Roger Harry Daltrey tak kuasa menahan kenangan masa lalu. Memori kejayaan bersama Pete Townshend, John Entwistle dan Keith Moon saat mengusung aliran progressive rock lewat band The Who di era 1970-an, kerap kali campur aduk dengan era keemasan The Old Double.

  • Persija, Inspirasi dari Soempah Pemoeda

    Berkat sejarahnya, dominasi Persija di blantika nasional tak pernah lekang dimakan waktu. Catatan fenomenal juga ditorehkan klub berlambang Monas sebagai satu-satunya klub dengan rekor tak pernah terkena degradasi sejak debut pada 1931.

  • Asal Muasal Tiqui-Taca, Sepak Bola Bergaya Geometri

    Medio 1980-an, ketika masih masa anak-anak, kata-kata yang kini dikenal dengan tiki-taka sebenarnya sudah sering dihebuskan para komentator Indonesia dalam beberapa acara siaran langsung Piala Dunia atau Piala Toyota di TVRI. Satu yang paling rajin menurut saya adalah Eddy Sofyan. Dia suka menyebutnya dengan ‘tik-tak’ yang berkonotasi umpan-umpan pendek, permainan tek-tok layaknya karambol atau ding dong.

Tampilkan postingan dengan label Catur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catur. Tampilkan semua postingan

Menanti Kejutan 2U dari Armenia

Tak salah kalau Grandmaster Drs. Utut Adianto sampai dianugerahi penghargaan Lencana Parama Krida Utama 1995 dari pemerintah, tepat pada HUT RI ke-50, Agustus lalu. Sebab hasil yang dicapainya, dua tahun belakangan membuat harum nama Indonesia, khususnya di atmosfir catur dunia. Siapa menyusul?

Catur, olah raga otak, ternyata lebih bisa mengangkat nama bangsa ketimbang olah raga fisik yang prestasinya lebih diharapkan. Siapa lagi orangnya kalau bukan Utut, pecatur nomor satu di negeri ini yang menjalankan tugas negara dengan baik.

"Hasil yang saya capai membuktikan bahwa bangsa kita juga bisa main catur dengan baik seperti orang Eropa," kata sarjana FISIP lulusan Universitas Padjadjaran, Bandung ini setelah penghargaan tertinggi bagi seorang atlet Indonesia, disematkan langsung oleh Presiden Soeharto.

Prestasi yang digapai Utut pada 1994 dan 1995 lalu memang patut dibanggakan. Setelah menjuarai Turnamen Catur Biel Terbuka untuk kategori festival di Swiss pada 1994, beberapa minggu kemudian ia terbang ke London, Inggris, dan mencetak hasil bagus di Turnamen Catur Lloyd's Bank.

Di tahun 1995, ia mengulangi langkahnya lebih manis. Puncaknya adalah ketika ia meraih gelar grandmaster super - satu kelompok pecatur elite dunia yang mempunyai elo rating tertentu dan hanya berjumlah sekitar 60 orang - saat menjuarai Turnamen Catur Interzona Asia Pasifik Sub 3.2 di Genting Highland, Malaysia.

Dunia catur Indonesia geger, karena Utut menjadi orang Indonesia pertama yang menembus rating 2.600, batas minimal seseorang menjadi Grandmaster Super. Ia juga berprestasi cantik di Turnamen Biel Master Invitational 1995 dengan meraih posisi ketiga melampaui sejumlah pecatur kelas dunia macam GM Boris Gelfand atau GM Jan Timman.

Lebih Fenomenal
Menanti Kejutan 2U dari Armenia
Utut Adianto dan Upi Darmayana.
Sekolah Catur Enerpac Roxy Jakarta, tempat yang dianggap sebagai kawah Candradimuka percaturan di Indonesia, juga tak sedikit andilnya. Melalui pemiliknya, Ir. Eka Wirya Putra, sekolah yang diresmikan pada 1 Juli 1993 ini membuat keputusan gemilang yakni mengontrak Utut secara profesional dengan gaji Rp. 2 juta perbulan plus anggaran Rp. 100 juta untuk menanggung segala fasilitas (transportasi dan akomodasi) yang diperlukan. 

"Kenapa Utut? Fisik dan mentalnya yang paling siap. Ia juga masih muda. Melihat begini, saya kian bersemangat menjadikan Utut sebagai pecatur profesional," kata Eka Wirya memberikan alasan.

Memasuki 1996, Enerpac juga akan menerbitkan pecatur putri untuk go international kepada MN Upi Darmayana Tamin, 25 tahun. Dia telah dipersiapkan untuk mengikuti jejak Utut. Ia sejak Oktober 1995 lalu, Upi digodok oleh para pecatur andal GM Edhie Handoko, FM Ruben Gunawan, dan juga Utut. Upi, pecatur dengan rating 2.135 ini, menurut rencana akan dihadapkan pada grandmaster asal Georgia, Nana Alexandria, yang telah lima kali menjadi penantang juara dunia, sekitar Februari atau Maret depan.

Semoga Enerpac sukses mengelola prestasi Dua-U. Lalu bagaimana dengan rencana Utut sendiri di tahun 1996? Setelah tahun 1995 dilalui dengan gemilang, duet Utut-Eka Wirya dengan Enerpac-nya kini tengah membidik satu sasaran yang lebih fenomenal, yakni Kejuaraan Catur Antarzona di Yerevan, Armenia, April mendatang. Mengapa fenomenal?

Sebab inilah batu loncatan sesungguhnya bagi karier catur Utut. Tempat di mana ia bisa mewujudkan impian seluruh rakyat Indonesia: menjadi penantang juara dunia catur yang kini masih dipegang oleh GM Anatoly Karpov (Rusia). Sekitar 70-an pecatur terbaik dunia berkumpul di situ, bermain dengan sistem Swiss 11 babak.

"Ini tantangan terbesar yang pernah saya hadapi," jelas Utut usai menjalani dwitarung dengan pecatur kenamaan Inggris, GM Nigel Short, akhir Desember 1995 lalu. Kalau begitu berkonsentrasilah di situ, wahai putra negeri!

(foto: Rizal Syahisa)

Share:

Bidak Adalah Jiwa Permainan Catur

Kalimat di atas merupakan pernyataan Francois-Andre Danican Philidor, seorang pecatur Prancis sekaligus komposer musik yang hidup di abad ke-17. Bagi para pecatur modern, hingga kini ucapan Les pions sont l'ame du jeu yang jadi judul bukunya ini ternyata masih berlaku, dan masih diyakini kebenarannya.

Bidak Adalah Jiwa Permainan Catur
Philidor, lahir 7 September 1726 di Dreux dan wafat di London pada 31 Agustus 1795, memberi inspirasi abadi buat pecatur baik yang amatir maupun profesional mengenai pentingnya posisi dan kondisi pion atau bidak. Dalam sebuah pertarungan, dari awal hingg akhir, pion selalu menentukan. Salah memainkan pion di awal (pembukaan) berakkibat fatal. Begitu juga kurang lihai memanfaatkan bidak di akhir laga, peluang menang bisa terbuang.

Dalam permainan akhir, para pecatur biasanya ngotot memaksakan kemenangan meskipun jumlah bidaknya sama. Begitu juga buat saya. Sebelumnya saya tidak percaya. Apalagi saya pernah tiga kali harus menerima tawaran resmi akibat permainan tinggal menyisakan sejumlah bidak.

Namun pada Olimpiade Catur Moskow 1994 lalu, saya memberanikan diri untuk mendobrak tradisi itu, asli dari pemikiran saya sendiri. Inspirasi lebih besar datang dari keberanian lawan saya dari Peru, MI Filemon Cruz di babak kesepuluh. 

Gaya Cruz adalah terus merangsek dan membandel hingga ke permainan akhir. Sebenarnya selama karier sebagai grandmaster, saya pernah memakai berbagai ragam dan variasi permainan dengan gempuran bidak. Akan tetapi tidak pernah sedramatis seperti berikut ini.

Babak 10 Olimpiade Moskow 1994

Putih: MI Filemon Cruz (Peru) 
Hitam: GM Yasser Seirawan (AS) 
Pembukaan: Hindia Menteri

1.d4 Kf6 2. Kf3 e6 3. c4 b6 4. g3 Gb7 5. Gg2 c6 6. 0-0 d5 7. Kc3 Kbd7 8. cxd5?! cxd5 9. Gf4 a6 10. Bc1 Bc8 11. Mb3?! Ge7 12. Bfd1? 0-0?! 13. a4! Kh5 14. Gd2 Gd6 15. Ka2 Me7 16. Gb4 Khf6 17. Ke5!? Gxb4 18. Kxd7! Kxd7 19. Kxb4? a5! 20. Kd3 Ga6 21. e3 Bc4! 22. Gf1 Bfc8 23. Bc3 Bxc3 24. Bxc3 Gc4 25. Mb2....

Sampai posisi di atas, saya yakin bermain baik. Namun tiba-tiba saya membuat kesembronoan berantai.

25...Md6 26. Ke5 Kxe5? 27. dxe5 Mb8! 28. Gxc4 Bxc4 29. Bd4! Bc5? 30. e4! dxe4 31. Md2 Bc8 32. Bd7! Bf8 33. Md4 b5 34. axb5 Mxb5 35. c4! Mb1+ 36. Rg2 Md3 37. Mxd3 exd3 38. Bxd3?! Bc8 39. Rf3 g5! 40. Bc3 a4 41. Re3 a3 42. Rd4?! Ba8 43. Bc1 g4! 44. Ba1 Rf8 45. Ba2?! Re7 46. Rx3?! Ba5 47. Rb4 Bxe5 48. Rxa3....

Di sini saya bingung, mengapa Putih tidak mengambil remis? Mengapa ia tak mau main 48. Bxa3 Be2 dan Putih harus membuktikan bahwa bidak c3-nya yang bebas mampu bikin remis. Saya sampai berpikir selama 25 menit untuk itu. Dan dengan mengkalkulasi 21 langkah ke depan, saya bertindak!

48...Ba5+!! 49. Rb3 Bxa2 50. Rxa2....

Cruz terheran-heran dengan langkah ini, sementara rekan-rekan saya langsung meninggalkan meja pertandingan sambil memvonis bahwa hasil akhir adalah remis.

50....Rd6 51. Rb3 Rc5 52. Rc3 e5 53. Rd3 f5 54. Rc3 c4 55. Rb3 h6! 56. Rc3 h5

57. Rb3 f4! Gempuran maut. 58. Gxf4 e3 59. fxe3 h4 Inilah kuncinya. Salah satu bidak Hitam akan promosi, tapi masalahnya Putih juga akan berbuat demikian.

60. f5 Rd6! Langkah satu-satunya. 61. Rb4 Re5!! Putih menyerah.

Analisis Akhir:

Langkah kejutan yang tidak disangka Putih! Karena sebelum promosi, Hitam mencegat bidak f5. Putih menyerah setelah melihat 62. c5 Rxf5! 63. c6 Re6 64. Rb5 g3 65. hxg3 h3! 66. Rb6 h2 67. c7 Rd7 68. Rb7 h1 (M) dan menang.

(foto: delmarvalife). Disarikan dari Inside Chess oleh GM Yasser Seirawan

Share:

Moskow dan Sosok Babushka Ex Machina

Terpilihnya Moskow menjadi tuan rumah Olimpiade Catur ke-31, Desember 1994 lalu tak lain akibat desakan federasi catur Rusia yang merampas kesempatan Yunani yang semula terpilih menjadi penyelenggara. Catur telah dirasuki kekuatan politik.

Moskow dan Sosok Babushka Ex Machina
Sesuai komitmen yang disepakati sebelumnya, pihak FIDE (federasi catur dunia) menentukan bahwa Yunani harus menjadi tuan rumah kejuaraan empat tahunan itu. Menurut jadwal, olimpiade catur seharusnya diadakan di Thessaloniki. Tapi apa yang terjadi?

Akibat perang dingin FIDE (Federation Internationale des Echecs) dengan PCA (Professional Chess Association) pimpinan GM Garry Kasparov (Rusia) dan GM Nigel Short (Inggris) sejak 1993, kepastian itu menjadi transparan. Selepas Turnamen Tilburg, September 1994, banyak pemain top dunia yang hadir pun belum tahu di mana akan dipentaskan pesta catur terbesar itu. Beberapa grandmaster malah bergurau bahwa kejuaraan kemungkinan akan diadakan di Somalia, Rwanda, Haiti, bahkan Bosnia.

Dewan Eksekutif FIDE akhirnya bertemu di Graz, Austria, Oktober 1994, untuk membahas hal itu. Namun berkat lobi delegasi Rusia plus uang jaminan sebesar satu juta Swiss Franc - sesuai peraturan - negeri yang sedang kacau ekonominya itu akhirnya terpilih sebagai penyelenggara. Ada apa di balik ambisi mereka itu?

Alasan politis. Ternyata di Rusia telah berdiri pula federasi catur baru buatan juara dunia Kasparov, yang menunjuk seorang anggota parlemen Rusia (Duma), yakni Andrei Makarov sebagai ketuanya. Federasi lama yang dekat dengan Presiden FIDE asal Filipina, Florencio Campomanes, tentu saja kebat-kebit. Sekarang tinggal-lah Moskow berkonsentrasi menjadi tuan rumah. Siapkah mereka? Tidak sepenuhnya.

Dibayangi Perampokan

Bayangkan, dari 120 negara peserta bagian putra dan 80 bagian putri, yang berarti seluruh tim total berjumlah 1.000 orang lebih, panitia menempatkan semua itu pada satu penginapan, Hotel Cosmos, gedung raksasa yang berisikan 1.733 kamar! Hotel ini juga menjadi tempat pertandingan.

Ini sebenarnya menyenangkan mengingat semua peserta tinggal pada satu tempat dengan tarif yang sama, tidak seperti pada olimpiade catur sebelumnya. Berkumpul di lobi untuk saling bertukar cerita dan pengalaman dengan kontingen lain merupakan hal yang paling mengasyikkan. Para peserta juga merasakan bahwa ini merupakan olimpiade catur yang paling akrab dan terbaik.

Meski lift hotel meluncur penuh dengan goncangan sehingga menakutkan isinya, apalagi dibutuhkan waktu 15 menit dengan itu untuk sampai ke tempat pertandingan, namun semua itu mudah terlupakan. Pastinya Moskow adalah Moskow. Ia adalah kota termahal di dunia. Perbedaan antara kekayaan dan kemiskinan terlihat amat kontras. Di satu sisi, para pensiunan tidak punya uang untuk membeli roti atau keperluan sehari-hari. Sisi lainnya, Roll Royce bertebaran di bagian kota dan kegiatan bisnis berjalan amat lancar.

Yang tak terlupakan lagi, Rusia merupakan tempat gejolak sosial dan politik menjadi satu. Dan di Moskow, dua industri yang paling berkembang cepat adalah kriminalitas dengan sederet mafia serta berbagai penangkal mafia itu sendiri.

Pemain papan kedua AS yang asli Rusia, Alexander Yermolinsky, mengalami perampokan pada awal pertandingan. Masih mujur ia tidak disandera. Kehilangan 700 dolar AS tampaknya lebih baik daripada kehilangan nafas, meski mental pecatur kelahiran St.Petersburg (Leningrad) itu terpukul sekali.

Pembasmi Kejahatan

Tim Makedonia juga ketiban sial dan amat menderita. Uang saku mereka sebanyak 7.000 dolar AS yang habis diambil dari bank amblas begitu saja. Mereka dirampok dengan todongan senjata di dalam bank! Begitu juga yang dialami kapten tim Irlandia. Baru saja berjalan 50 meter dengan anak perempuannya dari gerbang hotel, ia sudah dihadang sekelompok anak muda bergajul.

Terjadi pertarungan sengit memperebutkan dompet si Irlandia itu. Tiba-tiba saja muncul sosok bayangan, lalu mengayunkan tas tangan yang dipegangnya kepada para perampok hingga cerai-berai. Di Moskow, orang ini disebut Babushka Ex Machina, atau pembasmi kejahatan.

Yang tak terlupakan lagi adalah wanita-wanita penghibur yang beroperasi siang-malam. Mereka ada di mana-man, termasuk lobi hotel. Pemandangan di Hotel Cosmos menjadi sungguh menakjubkan dengan kehadiran mereka. Bahkan jumlah wanita penghibur ini lebih banyak dari Hollywood.

Akhirnya cukup dikatakan bahwa datang ke Moskow sangat berbahaya. Maka kalau bisa: jangan sama sekali! Tapi yang paling terasa menikmati Moskow adalah saat dini hari menjelang subuh. Saat kendaraan penyapu salju membersihkan jalan-jalan, saat itu pula para pelaku kriminal sedang tertidur lelap.

(foto: tripextras)

Share:

Kurang Jam Terbang dan Sponsor

Akibat terlalu banyak ngendon di dalam negeri, dua pecatur Indonesia, GM Edhi Handoko dan FM Ruben Gunawan, menemui kegagalan dalam pertandingan internasional pertama yang mereka ikuti tahun ini. Padahal turnamen grandmaster yang berakhir 18 Februari 1995 lalu di Dhaka, Bangladesh itu hanya berkategori rendah.

Tak bisa dipungkiri lagi kurangnya jam pertandingan internasional yang dilakukan di luar negeri menjadi biang keladi permasalahan. Beberapa pecatur Indonesia, kecuali GM Utut Adianto merasakan hal ini, tanpa bisa berbuat banyak. Sudah sepantasnya PB Percasi memikirkan bagaimana cara menggilir pecatur nasional tanding keliling ke luar negeri.

Kurang Jam Terbang dan Sponsor
GM Edhi Handoko




Edhi, yang merebut gelar terhormatnya pada Kejuaraan Catur Gunadarma Internasional di Hotel Dai-Ichi, Jakarta, April tahun lalu, hanya menempati urutan keenam dengan angka 6,5 MP dari 13 babak. Edhi gagal menyelamatkan pamor dan reputasi Indonesia sebagai salah satu negara catur terkuat di kawasan Asia. "Ini sesuai dengan unggulan turnamen yang menempatkan saya di posisi keenam. Saya pikir persiapan keras yang dilakukan sudah cukup, namun mereka rupanya jauh lebih keras lagi," ujar Edhi dengan jujur.

Pencapaian pecatur tuan rumah MI Refeat Bin Satar justru lebih mengejutkan sebab berhasil menempati urutan empat. "Pokoknya (dari Bangladesh) saya dapat pelajaran berharga. Itu yang penting," ucap Edhi setengah klise. Ruben Gunawan malah lebih parah lagi. Sebagai salah satu sekondan GM Utut Adianto, hasil ini tentu mengecewakan. Boro-boro meraih target yang diberikan Percasi, prestasi Ruben malah memalukan sebab menempati urutan 13 dengan nilai 5 MP. Ada masalah apa Ben?

"Konsentrasi terganggu akibat menu makanan di sana yang tidak cocok dengan lidah saya," kata Ruben memberikan salah satu alasan kegagalannya. Oleh Percasi, Ruben awalnya dibebani target untuk meraih norma Master Internasional.

Pada kejuaraan catur yang hanya berkategori IX FIDE atau rata-rata elo rating berkisar 2.451-2.475 itu, mahkota juaranya direbut pecatur Inggris, GM Mark Hebden (2.550) dengan merenggut nilai tertinggi 11 MP. Berturut-turut di bawahnya GM Mikhail Krasenkov (Rusia, 2.575) dan GM Gregory Serper (Uzbekistan, 2.585).

Perlu Sponsor

Ketatnya peta kekuatan catur Asia sebenarmya sudah diantisipasi oleh PB Percasi. Bekerja sama dengan Sekolah Catur Enerpac, organisasi catur seluruh Indonesia ini mengirim pecatur nomor wahid Indonesia GM Utut Adianto ke Eropa dan AS. Hasilnya bisa terlihat dari masuknya Utut sebagai 100 pecatur elite dunia, tepatnya di urutan 78, setelah elo ratingnya melonjak menjadi 2.585.

Hasil lebih kompleks terlihat ketika pada Olimpiade Catur ke-31 di Moskow, awal 1995 lalu, secara mengejutkan Indonesia masuk 28 besar dunia. Posisi ini naik 12 tingkat dari dua tahun sebelumnya. "Sudah seharusnya Edhi ada yang mensponsori minimal dari BNI. Dia kan bermain di klub itu," kata Ketua bidang Luar Negeri PB Percasi, Dr. Max Arie Wotulo, menanggapi kegagalan Edhi.

"Kegagalan Edhi pada turnamen itu disebabkan oleh kurangnya persiapan yang dilakukan," tambah Sekjen Percasi, Djamil Djamal. Bagi setiap pecatur, latihan dan persiapan memang harus ada muaranya. Selain mengikuti pertandingan kategori internasional, mereka juga butuh sponsor minimal seperti yang dilakukan Enerpac pada Utut. Ayo, siapa yang berminat?

(foto: S. Hartono)

Share:

Pelajaran Berharga dari Kelapa Gading

Bagi pecatur kita, mencapai elo rating 2.600 ternyata tidak gampang. Utut Adianto telah merasakannya. Gelar GM Super yang ada di depan mata lepas begitu saja. Apa sebab? Jawabannya mudah, tapi sulit dilaksanakan, yakni persiapan matang. Ini yang jarang dilakukan oleh pecatur kita. Persiapan mereka belum sebanding yang dilakukan oleh para grandmaster elite dunia.
Pelajaran Berharga dari Kelapa Gading
GM Yasser Seirawan (AS).
Pelajaran berharga akhirnya diberikan oleh GM asal Amerika Serikat Yasser Seirawan pada Utut, yang pada partai dwitarung bertajuk Enerpac Chess Match of The Year 1994 melawan grandmaster utama Indonesia itu, berhasil menjadi juara tanpa kalah sekalipun.

Dalam empat partai dwitarung yang dinilai, Seirawan menang 3-1, hasil dari dua kali menang dan dua kali remis. Dengan hasil itu, pecatur top Amerika Serikat tersebut boleh menggondol uang lebih dari dua belas juta rupiah, plus tiket pesawat yang akan membawanya kembali ke rumahnya di Seattle, AS.

Selain itu manfaat untuk kita yang dapat diambil dari dwitarung yang digelar di Kelapa Gading Sport Club Jakarta, amat besar bagi para pecatur nasional yang akan berlaga di Olimpiade Catur Moskow, Januari 1995 alias bulan depan. Di mana seorang pecatur tingkat dunia (Seirawan pernah lolos menjadi dua kali penantang juara dunia), dengan persiapan sesingkat mungkin masih dapat mencapai hasil yang maksimal.

Apa rahasianya? Pecatur AS berdarah Palestina-Suriah itu membuktikan bahwa persiapan yang matang adalah kunci kesuksesan. Sebab semakin tinggi rating yang dimiliki justru membuat seorang pecatur lebih banyak lagi berlatih dan bertanding. "Event ini saya anggap berbobot. maka saya tetap mempersiapkan dengan serius. Itu termasuk mempelajari karakter permainan Utut (Adianto)," ungkap Seirawan, pecatur kelahiran Damaskus 34 tahun lalu ini pada penulis.

Ia mengungkapkan bahwa begitu mendapat undangan dari Enerpac, lebih dari 200-an partai ia kaji termasuk di dalam pesawat, yang membawanya ke Jakarta! Begitupun kesehariannya di kamar hotel, sampai-sampai ia membawa sendiri program Chessbase yang berisi kumpulan semua partai Utut. Bagi dia bemodalkan tekad dan kemauan saja belumlah cukup. Yang penting adalah persiapan yang maksimal.

"Dwitarung ini saya anggap sebagai persiapan jangka panjang untuk Olimpiade. Selain itu untuk menambah rating saya," tutur Seirawan yang kini mempunyai elo-rating 2615. Dari delapan kali pertemuan resmi keduanya, yang dimulai di Bali 1983, Seirawan sementara unggul total 5-3 atas Utut.

Lemah Pembukaan

Lebih lanjut pecatur nomor tiga AS ini mengungkapkan bahwa Utut masih bisa berkembang lagi. Menurutnya ditilik dari tingkat permainan, Utut cukup potensial, kreatif dan mempunyai gaya permainan yang condong lebih menyerang, namun kurang variatif. "Untuk itu ia harus menambah lagi jam terbangnya," saran Seirawan dengan bijak.

Kebanyakan gaya permainan pecatur Indonesia pada umumnya, lebih menitikberatkan pada intuisi dan imajinasi kuat daripada penguasaan pembukaan. Pecatur kita memang lebih kuat di babak pertengahan. Padahal mengandalkan feeling semata, biasanya belum cukup untuk mencapai kemenangan.

Ini masih terjadi, ketika Utut memperagakan hampir semua partainya dalam dwitarung itu dengan menggunakan pembukaan favoritnya: Gambit Menteri (langkah awal d2-d4). Altematif Iain yang biasa disukai Utut adalah pembukaan Caro-Kann.

Bagi Seirawan hal itu mudah diantisipasi, karena ia sendiri adalah pecatur taktis yang lebih mengutamakan teoritis ketimbang spekulasi. "Saya sudah menghadapi varian ini lebih dari ratusan kali," aku penerbit Inside Chess, majalah catur terkemuka di dunia, tanpa bermaksud sombong.

Utut sendiri kelihatannya tidak begitu terpukul, meski ratingnya turun lima poin gara-gara kekalahan di Kelapa Gading. "Saya masih mempunyai kesempatan di Moskow nanti," katanya singkat penuh optimisme. Ya, bulan depan di ibukota Rusia itu akan dilangsungkan Piala Dunia-nya catur, yakni Olimpiade Catur ke-31.

Menurut Wakil Ketua Umum PB Percasi, Cholid Ghozali para pecatur Indonesia yang diturunkan adalah GM Utut Adianto, GM Edhi Handoko, MI Nasib Ginting, MI Cerdas Barus, MF Salor Sitanggang, dan pecatur harapan, MF Nathanael Ivan Situru.

Berbicara soal target, Ketua Umum Percasi, Akbar Tandjung, mengharapkan mereka minimal dapat memperbaiki posisi sebelumnya yaitu peringkat ke-40 di Manila 1992. "Kini kita berusaha masuk 10 besar dunia," tekad Ghozali. Dapatkah? Jika setiap pecatur dapat mengambil hikmah yang ada dari dwitarung Utut vs Seirawan, tampaknya bukan sesuatu yang mustahil. Ya. mengapa tidak?

(foto: Arief Natakusumah)

Share:

Olimpiade Catur 1994: Indonesia 32 Besar Dunia!

Buat Percasi, naiknya peringkat tim catur putra Indonesia ke peringkat 28-32 dari 124 negara pada Olimpiade Catur Moskow, Rusia, (30 November-17 Desember), yang baru berakhir Minggu lalu, menjadi hadiah di pengujung tahun. Ini adalah buah dari kegiatan catur di Tanah Air, yang marak oleh berbagai turnamen internasional. Maka, wajarlah kalau pengurus Percasi menganggap prestasi tim putra itu cukup memuaskan.

"Hasil ini cukup bagus mengingat persiapan kita kurang," kata pimpinan tim Indonesia, Cholid Ghozali, saat tiba di Tanah Air. Lebih-lebih mengingat jumlah peserta semakin bertambah, dengan masuknya pecahan-pecahan Uni Soviet, yang berjumlah 15, Yugoslavia (5), dan Cekoslowakia (2).
Olimpiade Catur 1994: Indonesia 32 Besar Dunia!
IGM Artur Yusupov dan IGM Garry Kasparov.
Kebetulan urutan tiga besar olimpiade kini dipegang tim-tim pecahan Uni Soviet. Rusia I, yang di dalamnya terdapat juara dunia GM Garry Kasparov (2.805), menjadi juara pertama disusul oleh Bosnia Herzegovina dan Rusia II. Terlepas dari itu, bisakah prestasi tim putra ini disebut sebagai hasil maksimal? Soalnya, jika dibandingkan dengan dua tahun lalu di Manila, hasil ini mengalami kenaikan 12 tingkat.

Tampaknya tidak. "Kalau pemain kita merata, masuk dua puluh besar bukan hal yang mustahil. Cina saja yang baru terdengar, malah di urutan ke-12," kata pemain papan pertama Indonesia, GM Utut Adianto. Tapi hal itu tidaklah mudah. Paling tidak Percasi harus mencetak pecatur-pecatur tangguh yang ditempa lewat berbagai turnamen internasional.

"Melihat kondisi kita sekarang, ditambah pesatnya perkembangan catur, jangankan ke-28 di peringkat 50 pun masih bagus," tambah Utut. Seperti diketahui, posisi akhir tim catur Indonesia lumayan mengejutkan dunia. Dengan mengumpulkan 31 victory point, Utut dkk. meraih hasil akhir di peringkat 28-32 bersama negara kuat catur Denmark, Republik Ceko, Slowakia, dan Swiss!

Salah satu kejutan terhebat Indonesia, tiada lain saat menahan Inggris, peringkat keempat turnamen! Inggris, yang saat itu rata-rata elo ratingnya 2.615 serta disarati oleh empat grandmaster kenamaan dunia, tanpa diduga dibendung oleh kuartet Merah Putih yang rata-rata elo ratingnya hanya 2.463, dengan skor 2-2!

Di papan pertama, Utut (2.520) sukses menahan remis GM Nigel Short (2.655). Di papan kedua, GM Edhi Handoko (2.510) menyerah kalah dari GM Jonathan Speelman(2.600). Super kejutan ada di papan ketiga ketika MN Ivan Situru yang elo ratingnya 2.415, menumbangkan raja GM John Nunn (2.625)! Muka tim Inggris benar-benar merah padam tatkala pemain papan terakhirnya, GM Julian Hodgson (2.580), juga tak mampu mengalahkan MI Cerdas Barus (2.405) dan harus puas dengan hasil remis.

Perlu Pemerataan

Menurut Utut, memang tidak meratanya pemain membuat kita mengalami kesulitan dalam menghadapi pertandingan beregu. "Makanya hal ini juga sebagai tantangan Percasi untuk lebih meningkatkan pembinaan dan regenerasi agar pada Olimpiade mendatang kita bisa lebih merata. Apa hanya terus mengandalkan saya dan Edhi Handoko?" tutur Utut.

Maka beruntunglah Percasi bisa bekerjasama dengan pihak swasta dan institusi pendidikan dengan mulus untuk menggiatkan kembali olah raga otak ini. Belakangan pihak swasta pun turun tangan. Misalnya Sekolah Catur Enerpac dan institusi pendidikan semacam Gunadharma.

Enerpac-lah yang mengirim GM Utut Adianto ke pelbagai turnamen di Eropa dan AS. Sedangkan Gunadharma dalam setahun sudah dua kali menyelenggarakan turnamen internasional. Bukan itu saja, pecatur pun mempunyai keyakinan untuk hidup dari catur. Utut misalnya, menjelang awal tahun sudah mempunyai program yang jelas sebagai persiapan mengikuti berbagai turnamen internasional.

"Januari mendatang saya akan terjun pada turnamen di Jenewa, Swiss. April di New York, AS. Dan sebagai target utama adalah turnamen Biel di Swiss. Saya 'kan juara bertahan di situ," ungkap Utut yang juga salah satu pengajar di Sekolah Catur Enerpac  sambil tersenyum.

Indonesia Di Olimpiade Catur Moskow 1994

#   Putra               Putri
01 Haiti 4–0         Dominika 3–0
02 Bulgaria 1–3 Inggris 1,5–1,5
03 Turki 2,5–1,5 Bulgaria 0,5–2,5
04 Inggris 2–2 Venezuela 2–1
05 Rumania  1–3 Polandia 2,5–0,5
06 Tunisia  3–1 Latvia 0,5–2,5
07 Georgia 0,5–3,5 Kuba 2–1
08 Albania  2–2 Spanyol 1–2
09 Maroko  3–1 Brasil 2,5–0,5
10 Brasil 1,5–2,5         Estonia 0,5–2,5
11 Irlandia 3–1 Mongolia 2,5–0,5
12 Chile 3,5–0,5 Jerman 0–3
13 Belarusia 0,5–3,5 Argentina 2,5–0,5
14 Bangladesh 3,5–0,5 Bosnia-Herzegovina 1,5–1,5
Total VP                      31                     22,5

(foto: chess24)

Share:

Enerpac Chess Match 1994: Langkah Cepat Menciptakan GM Super

Akhir-akhir ini pembawaaan GM Utut Adianto, pecatur nomor satu Indonesia, tampaknya bertambah serius. Bertambah umurkah dia? Tidak. Bukan karena itu, tapi gara-gara dia kebanyakan berpikir dari biasanya. Enam bulan terakhir ini, Utut benar-benar dipaksa memerah atau memeras otak demi menggapai obsesinya sebagai pecatur super.

Enerpac Chess Match 1994: Langkah Cepat Menciptakan GM Super

Utut, yang baru pulang dari Prancis pada Senin, 21 November 1994 lalu, langsung berkutat lagi memelototi papan 64 kotak dalam dwitarung enam babak melawan grandmaster asal AS berdarah Suriah, Yasser Seirawan. Bertempat di Janur Room, Kelapa Gading Sport Club, Jakarta, duel bersejarah itu dibuka oleh Ketua Umum Percasi yang juga Menteri Negara Perumahan Rakyat, Ir. Akbar Tanjung dan langsung mendapat liputan luas media massa baik cetak maupun elektronik dari dalam dan luar negeri.

Dalam duel itu dipertandingkan enam babak. Dua babak awal menggunakan sistem rapid chess atau catur cepat, di mana Utut dan Seirawan hanya diberi kesempatan berpikir awal selama 20 menit. Di empat babak terakhir, sistem kembali memakai aturan reguler FIDE alias waktu penuh, yaitu 2 jam untuk 40 langkah pertama. Bagaimana peluang pecatur kebanggaan anak bangsa itu?

Jika Utut menang mutlak 4-0, maka elo ratingnya langsung meroket 20 angka. Kalau mencapai angka 3,5 poin, tambahannya 10 angka. Nilai ini juga bisa didapat Utut apabila dua sanggup meraih nilai 2,5 lebih dulu dari Seirawan. Ini berarti Utut harus mampu menang minimal dua kali dan sekali remis di tiga partai awal! Lepas dari beratnya perjalanan, namun seharusnya Utut bisa memanfaatkan momen langka.

Apalagi dwitarung bertajuk '94 Enerpac Chess Match of The Year' ini sudah mendapat restu FIDE, sehingga peluang Utut untuk bersinar lebih terang lagi seharusnya makin dilapangkan. Indonesia juga berkesempatan mencatatkan sejarahnya sebab untuk pertama kalinya bakal punya seorang pecatur berlabel super grandmaster.

Seperti diketahui, seorang pecatur baru bisa mendapat gelar bergengsi bin elite itu jika punya elo rating sedikitnya 2.600. Artinya Utut hanya butuh 10 angka lagi mengingat elo rating dia sekarang ini 2.590. Utut sendiri tentu akan menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Ia merasa ini langkah terakhir paling memungkinkan menuju gelar idaman setiap pecatur.

Karena kalau dia 'diam' saja atau pasrah, nasib pasti tidak berubah. Katakanlah, ia berkeliling dunia dengan biaya besar untuk mengikuti berbagai turnamen berstatus internasional standar FIDE, peluangnya pasti lebih kecil dibanding di Kelapa Gading ini. Faktor waktu, tempat, serta biaya yang tidak sedikit ketika berkelana akan menguras seluruh persiapan dan pelaksanaan.

"Karena di dalam negeri sebelumnya tidak ada, mau tidak mau saya harus pergi ke Eropa dan AS untuk mengikuti turnamen berkategori tinggi," ucap Utut. Bisa jadi tekad kuatnya, insya Allah, akan kesampaian. Dwitarung ini merupakan puncak perjalanan karier Utut yang sebelum itu terjun di berbagai kejuaraan di mancanegara.

Khusus untuk menghadapi 'Kelapa Gading Duel-Meet' ini Utut berguru pada GM Josip Dorfman, yang pernah menjadi trainer dan sekondan GM Super Gary Kasparov di Cannes, Prancis. Jika ditelaah lebih dalam, upaya sarjana Fisip Universitas Padjadjaran untuk mengejar impiannya yang juga menjadi harapan bangsa sepertinya tidak main-main dan patut dihargai.

Sejak akhir 1993, dia sudah melanglang buana ke Eropa dan Amerika yang mendatangkan hasil sangat lumayan dan cool, yakni mendapat ekstra poin untuk ratingnya sebanyak 70 angka. Utut berhasil memenangkan tiga turnamen top dan tradisonal di New York Open 1993, Liechtenstein Open 1993, dan Biel Open 1994. Pria yang berpembawaan santai ini juga sukses pada World Open Philadelphia dan Lloyd Bank Master London yang sering diikuti pecatur kelas kakap sedunia.

Lawan Lebih Tangguh

Menurut Ir Eka Putra Wirya, pemilik Sekolah Catur Enerpac (SCE) yang menjadi kreator utama beberapa turnamen di dalam negeri termasuk dwi tarung ini, hasrat Utut itu seiring sejalan dengan tujuan Percasi dan juga tekad Enerpac yang ingin menciptakan pecatur-pecatur nasional yang tangguh berkaliber internasional sebanyak-banyaknya.

"Kita harus mendukung kegiatan seperti ini. Karena pada dasarnya tujuan Enerpac sama dengan tujuan PB Percasi," kata Eka yang juga menjadi penyandang dana dwitarung. Menyinggung soal pemilihan lawan, menurutnya GM Seirawan juga merupakan salah satu pecatur top dunia yang terkenal cukup alot dan berat dihadapi siapa saja. Pada rencana awal, sebenarnya Utut akan dihadapkan oleh juara dunia 1957-58 asal Ukraina, GM Vassily Smyslov.

Lantaran pecatur gaek (73 tahun) itu mendadak sakit, maka dipilihlah Seirawan yang secara usia kebetulan segenerasi dengan Utut atau juara dunia Gary Kasparov. Seirawan adalah sekondan dan sparring-partner pecatur kenamaan Belanda, GM Jan Timman. "Saya ikut menyaksikan dia mengalahkan Timman 4-1 dalam duel tidak resmi. Jadi nilailah kualitas dia seperti apa?" timpal Utut yang selalu menempati papan pertama tim nasional Indonesia pada Olimpiade Catur.

Hal ini sengaja diungkap untuk menangkis anggapan bahwa Seirawan sengaja diundang karena lebih mudah dikalahkan. "Saya dan Seirawan itu berteman baik, tapi tidak jika sedang di atas papan," tegas Utut. Di kesempatan lain Eka juga mengakui sulitnya mencari lawan untuk merealisasikan target Utut dengan lawan yang jauh lebih berbobot dan terkenal.

Namun itu tidak mudah disebabkan oleh faktor jadwal yang berdekatan dengan persiapan Olimpiade Catur di Moskow, Rusia. "Semua pecatur top sedang menyiapkan diri untuk membela negara masing-masing. Untung Seirawan mau, meski waktunya juga mepet karena harus segera menyiapkan diri dengan tim catur AS," jelas Eka penuh semangat seperti biasanya.

Rp 100 Juta

Dengan adanya dwitarung antara GM Utut Adianto lawan GM Yasser Seirawan (AS), reputasi serta langkah maju Sekolah Catur Enerpac (SCE) kali ini bak mencapai puncaknya. Sebagai pemilik SCE, ambisi dan tujuan Eka Putra Wiryawan sangat jelas yaitu sebagai pelaksana atau operator dari langkah-langkah ke depan yang menjadi tujuan Percasi. Utut dipilih karena dia dianggap yang paling potensial. "Fisik dan mentalnya sangat menunjang," sebutnya dengan yakin, "dan saya sangat mendukung dia untuk menjadi pecatur profesional sejati."

Untuk merealisasikan target tersebut, Eka memang harus rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Namun semua itu bukan tanpa target, deadline atau batas waktu. Utut diprogram paling tidak sampai Juli 1995 sudah harus meraih elo rating 2.600. Ketika ditanyakan berapa biaya yang disiapkan untuk mengejar target impian itu, Eka mengaku telah mematok dana sebesar Rp 100 juta.

Jumlah ini belum termasuk tunjangan bulanan Utut yang mencapai Rp 2 juta sebulan. Angka ini tentu di luar transportasi, akomodasi serta konsumsi. Pendek kata, Utut tinggal berangkat, terbang, makan, istirahat, duduk lalu 'mikir'. Sebagai sesama profesional, faktor benefit tentu tidak akan diabaikan. Sebagai imbal balik dari sponsorship seperti itu, semua hadiah yang didapat Utut dari berbagai turnamen akan diberikan pada Enerpac.

"Dari tur Eropa dan AS kemarin, Utut berhasil mengumpulkan uang sekitar Rp 28 juta," kata Eka dengan gamblang. Antusias makin merebak mengingat keberhasilan menjadi pecatur super akan mendatangkan kesempatan bermain dan diundang di turnamen prestisius semakin besar. "Kalau dia berhasil mengalahkan Seirawan dalam dwitarung ini dan meraih titel grandmaster super, maka akan berdatangan undangan turnamen yang menyediakan hadiah lebih besar," ucap Eka menutup obrolan.

Yang juga perlu diketahui publik, khusus melakoni dwitarung di Kelapa Gading ini, Eka membayar Seirawan fee 3.000 dolar AS. Ini di luar ongkos untuk hotel dan fasilitas lainnya. Ini belum termasuk potensi hadiah senilai 3.000 dolar AS jika menang, atau setidaknya 2.000 dolar AS apabila dia dikalahkan Utut. Inilah harga yang harus dibayar untuk mencari kesempatan mencetak pecatur super pertama kalinya bagi Indonesia.

(foto: arief natakusumah)

Share:

MI Salor Sitanggang: Bersiasat Dengan Rokok

Catur, kopi, dan rokok tadinya hampir tak terpisahkan. Tidak di pojokan gang, kampung-kampung, bahkan di turnamen resmi nasional, bahkan internasional, keduanya atau sebut saja salah satunya, telah menjadi ‘perlengkapan standar’ pecatur, apalagi yang kelas tarkam.

Mereka menjadikan atau memakai nikotin dan kafein tak lain sebagai ‘doping’ untuk membendung sekaligus mengatasi menghadapi tekanan permainan. 

Namun sejak 1992, FIDE (Federasi Catur Internasional) telah mengharamkan alias melarang total kebiasaan buruk di seluruh dunia. Meski disebut olah raga otak, catur tetap saja masuk kategori permainan dalam olah raga. Masak olah raga ada pakai rokok segala, juga kopi

Bukan apa-apa, sengaja atau tidak, dari faktor asap rokok saja dapat memberi nilai plus atau senjata lain untuk memenangkan permainan. Terutama jika lawannya bukan perokok. Salah satu pecatur top dunia yang dikenal jago bermain asap bak sepur adalah GM Victor Korchnoi (Swiss), yang pernah menjadi penantang juara dunia catur GM Anatoly Karpov (Uni Soviet).

Presiden FIDE asal Filipina, Florencio Campomanes akhirnya memutuskan bahwa dalam turnamen resmi apapun yang termasuk kalender FIDE, seorang pecatur dilarang merokok. Prosesnya lumayan bersahabat sebab dilakukan secara bertahap, misalnya larangan merokok di arena pertandingan. Barangkali kalau hal ini sejak dulu diberlakukan, Korchnoi belum tentu menjadi grandmaster top.

Mengurangi Tekanan

MI Salor Sitanggang: Bersiasat Dengan RokokNah bagaimana di Tanah Air? Contoh paling gampang dicari adalah Salor Sitanggang, yang baru saja mendapat gelar Master Internasional (MI) dalam Turnamen Catur Internasional Gunadarma. Kalau GM Edhi Handoko dan GM Ardiansyah buru-buru memuaskan menghisap rokok sebelum dan sesudah memasuki arena, maka Salor masih melakukannya di gedung pertandingan, bahkan di arena permainan. Lho, bagaimana mungkin? Simpel saja. Itu dilakukan saat lawannya dapat giliran berpikir atau melangkah, maka Salor akan buru-buru keluar arena sejenak, dan melepus.  

Dengan ekspresi aneh – tegang, serius dan mata tidak berkedip – dia langsung mengepulkan asap rokok dengan penglihatan yang tidak lepas dari papan catur.  Justru di saat itulah, mengatur siasat terasa lebih nikmat. Eh, maaf, lebih fokus. Untungnya saat itu meja tempat dia bermain di dekat pintu, sehingga dia bisa memantau permainan meskipun dari jauh. Repot juga melihatnya dan terkesan agak menyiksa diri. Bagaimana jika itu terjadi di luar negeri, atau katakanlah, tidak ada pintu sama sekali?

Bagi pecatur kelahiran Pulau Samosir 4 Juni 1952 ini, merokok ketika bertanding mempakan rasa pembebasan diri menghadapi tekanan. “Terus terang saya merokok untuk melepas rasa ketegangan yang saya pikir sudah memuncak," jelasnya tanpa menjelaskan lebih dalam.

Di sisi lain, Salor setuju dengan asumsi umum bahwa seseorang mencapai gelar master atau grandmaster bukan karena bebas merokok seenaknya. Dia juga membantah jika larangan mengepulkan asap oleh FIDE dimaksudkan untuk melindungi pecatur dari masalah lebih serius. 

Maklum rata-rata tempat pertandingan memakai suhu udara khusus (AC). masalah serius bagi pecatur seperti dia. “Itu tidak benar!" sanggahnya cepat.  Biarkan sajalah, yang penting peraturannya sudah dibuat. Lama-lama juga pecatur diharuskan memilih: catur atau rokok?


(foto: arief natakusumah)

Share:

Turnamen Gunadharma: Antara Harapan, Dukungan dan Kenyataan

Belakangan ini kegiatan catur di Tanah Air sedang marak. Belum lagi usai Turnamen Catur Bulanan Enerpac yang digelar di Gedung Sekolah Catur Enerpac, Roxy, Jakarta, di kampus Kelapa Dua, Depok, STMIK Gunadarma akan mengadakan turnamen catur berskala internasional, 17 Oktober – 2 November mendatang.

Turnamen Gunadharma: Antara Harapan, Dukungan dan Kenyataan

Sebanyak 14 pecatur dari lima negara: Indonesia, Cina, Singapura, Filipina, dan Australia turut serta dalam turnamen kedua kalinya di tahun ini yang dikreasi Gunadarma. Ajang pertama digelar di Hotel Daichi, kawasan Senen, Jakarta, 13 – 27 April lalu.

Turnamen Gunadarma, yang  diakui sebagai ajang FIDE, memakai sistem Swiss 13 babak yang dibagi dalam dua babak. Putaran pertama berakhir 24 Oktober. Selanjutnya hingga 2 November memasuki putaran kedua. Siapa yang tampil di ajang ini cukup punya nama. Dari Indonesia ada GM Ardiansyah, lalu GM Herman Suradiredja, MI Andi Suhendra, FM Ruben Gunawan, MI Salor Sitanggang, FM Danny Yuswanto, FM Nathanael Situru, MN Dede Liu, dan MN Kiu Sen.

Sementara peserta dari luar negeri antara lain FM Lin Wenliang, FM Tong Yuanming (Cina); FM Terry Toh (Singapura); FM Ronald Bancod (Filipina), serta FM Leonid Sandler (Australia). Ke-14 pecatur ini akan terus berkutat di ruangan untuk memutar otak sampai Rabu mendatang.

Menurut ketua penyelenggara, Drs. Bunawan, yang juga Ketua Komite Catur Junior PB Percasi, maksud dan tujuan diadakannya turnamen ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menciptakan master-master catur sebanyak mungkin dari Indonesia seraya memberi jam terbang secara internasional. "Sayang sekali jika mereka hanya mentok pada level Master Nasional (MN) atau FIDE Master (FM). Makanya kita menciptakan peluang untuk meningkatkan prestasi mereka," ujarnya berharap.

Bagaimana hasilnya? Lumayan. Dari tujuh pecatur tuan rumah yang diharapkan, dua di antaranya telah mencapai hasil maksimal. Salor Sitanggang berhasil meraih gelar Master Internasional (MI). Ia berhasil mengumpulkan nilai 9 MP dari 13 babak putaran pertama yang diikuti, melebihi batas poin minimal untuk mencapai persyaratan MI yang ditetapkan FIDE.

Satu lagi diraih Nathanael Situru yang mengumpulkan nilai 8,5 MP. Bagaimana dengan yang lain? Keikutsertaan Grandmaster pertama yang dimiliki Indonesia, GM Herman Suradiredja, cukup menarik perhatian pencinta catur di Tanah Air. Herman meski bergelar GM namun elo ratingnya cuma 2.300. Ini jelas prestasi mengkhawatirkan. Padahal Salor sendiri, yang baru berstatus Master Internasional (MI) elo ratingnya lebih tinggi, 2.410.

Turnamen Gunadharma: Antara Harapan, Dukungan dan Kenyataan

Catur adalah permainan individual, baik secara teknis maupun bisnisnya. Keringnya ajang dan seretnya sponsor untuk membiayai pecatur dalam negeri bertanding internasional ke mancanegara menjadi kendala terbesar. Itulah kenapa GM Herman absen dalam event resmi internasional sehingga elo ratingnya menurun drastis.

Komputer Catur

Lepas dari sasaran turnamen utama itu sendiri, eksistensi dan kepedulian terhadap perkembangan catur di Indonesia, ada hal lain yang ingin ditunjukkan Gunadarma. Tidak lain adalah dibukanya Computer Chess Center Gunadarma (CCCG) oleh Ketua Umum PB Percasi, AkbarTanjung. Diletakkan dalam ruangan fully-computerized, CCCG yang diresmikan 17 Oktober lalu, dilengkapi oleh komputer catur Chess Machine Madrid yang mempunyai elo rating 2.525 dan telah mengikuti beberapa turnamen internasional yang berbobot.

Selain itu terdapat pula software pemikir lain seperti Chess Machine Task 30, Chess Base 4.0, Computer Chess Software Fritz 2, Chess Master 3000, dan Computer Chess Board. Bukan itu saja. dua klub catur yang ada, Gunadarma Lotus dan Gunadarma Paradox ikut tergabung dalam kompetisi Percaja (Persatuan Catur Jakarta).

Dua klub ini pula yang menjadi tulang punggung kota Depok meraih juara kedua dalam kejuaraan Intercity 1993 di Kuala Lumpur. Hubungan catur, matematika, dan komputer memang amat berdekatan. Paling tidak dalam solusi dan pola kerangka berpikir: bagaimana memecahkan masalah secepat dan seakurat mungkin. Inilah salah satu dari misi Gunadarma pada permainan catur. Anda setuju?

(foto: hastingchess.club)

Share:

Maria Lucia dan Upik Damayanti: Lebih Kuat Dari 39 Pria

Siapakah yang menang kalau dua wanita diadu dengan 39 pria? Jawabnya: wanita yang menang? Lho kok bisa? Ya bisa saja. Soalnya ini bukan adu otot tapi adu otak. Tepatnya di atas papan catur. Bukti tersebut terjadi di Wisma Dharmala Sakti, Jakarta, Minggu lalu.
Maria Lucia dan Upik Damayanti: Lebih Kuat Dari 39 Pria
Maria Lucia dan Upik Damayanti.
Maria Lucia dan Upik Damayanti, membuktikan kekuatannya di papan yang terdiri dari 64 kotak. Kedua wanita bergelar Master Internasional tersebut ikut meramaikan Catur Simultan Wanita pertama di Tanah Air dalam rangka ulang tahun Dharmala Group yang ke-40.

Tidak tanggung-tanggung, mereka 'dikeroyok' 40 pecatur terbaik (seorang diantaranya wanita) milik grup perusahaan yang kantor pusatnya berbentuk unik di Jalan Jenderal Sudirman itu. Dari masing-masing melawan 20 pecatur, Upik menang 16,5-3,5 dan Luci menang 18-2. Namun bukan itu saja kehebatan mereka.

Bayangkan, Luci dan Upik mampu bermain, berpikir, berdiri, lalu berjalan mondari mandir selama hampir enam jam! "Habis suasananya meriah sih, jadi nggak terasa capek," kilah Luci. Lain dengan Upik yang kelihatannya cukup letih karena enerjinya terkuras, sehingga rambut keriting spiralnya sampai basah.

Meskipun begitu dia mengaku gembira dan bangga dengan lomba yang pertama kali diadakan di Indonesia. "Hitung-hitung buat lebih memasyarakatkan catur," kata Upik, mahasiswi UPI-YAI Jakarta yang sering cuti kuliah gara-gara catur ini.

Soal bangga juga dirasakan Luci. Gadis yang kuliah di Universitas Surabaya itu ingin lomba semacam ini terus diadakan demi untuk perkembangan catur putri di Indonesia. "Tapi ada nggak yang mau menjadi sponsor?" tanyanya.

Apa obsesi mereka di dunia catur? Upik yang sudah merasa kepalang basah dengan catur nampaknya yakin akan dunia yang digelutinya ini. "Saya ingin mengejar gelar GMI (Grandmaster Internasional)," cetus peringkat pertama pecatur putri Indonesia itu.

(foto: Tjandra)





Share:

Turnamen Gunadharma 1994: Edhi Handoko Raih Grand Master

Lewat perjuangan cukup panjang, MI Edhi Handoko akhirnya meraih gelar Grandmaster setelah merebut nilai 8 dari kemungkinan 12 yang dimainkan pada Turnamen Catur Grandmaster Internasional Gunadharma, yang berakhir Rabu (6/4) di Dai-ichi Hotel, Senen, Jakarta.

Sukses Edhi dihasilkan setelah di laga terakhir bermain remis dengan MI Xu Jun dari Cina. Sukses Edhie menulari rekan senegaranya, Salor Sitanggang, yang meraih norma MIR (Master International Result) untuk kedua kali. Kedua sukses ini amat berarti. 

Sebab dengan hasil ini, Edhie menjadi GM keempat bagi Indonesia setelah Herman Suradiraja, Ardiansyah dan Utut Adianto. Sementara Edhi sebelumnya meraih GMR di Sirkuit Grandmaster Asia di Beijing dan Jakarta.

Turnamen Gunadharma 1994: Edhi Handoko Raih Grand Master
Turnamen bersejarah buat Edhi Handoko.

Sembilan pecatur luar negeri yang ikut dalam turnamen ini adalah GM Grigory Serper dari Uzbekistan, GM Ye Chuangchuan, GM wanita Xie Jun, GM Rongguang, MI Xu Jun (Cina). GM Rogelio Antonia (Filipina), GM Zbynek Hracek dan GM Pavel Blatny (Ceko), serta MI Vladislav Tkachie (Kazakhstan).

Sedangkan tuan rumah selain Edhi menurunkan GM Utut Adianto, FM Salor Sitanggang, dan Dede Liu. "Turnamen ini mempunyai arti sangat besar. Terutama untuk memberikan penambahan jam terbang pecatur, sehingga dapat memacu prestasi maksimal serta mencetak gelar Grandmaster dan Master Internasional," ungkap sekretaris panpel yang juga Ketua Lepkom STMIK Gunadharma, Bunawan.

Bagi Gunadharma kegiatan ini merupakan penyelenggaraan kedua turnamen catur bertaraf internasional setelah yang pertama 1993, yakni Sirkuit Grandmaster Asia. Uniknya, MI Edhi Handoko salah satu pecatur kuat Indonesia, mengatakan dia sebenarnya kurang persiapan dalam menghadapi turnamen ini. Sedangkan Salor Sitanggang merasa gembira bisa ikut turnamen ini.

"Saya sangat gembira bisa ikut di turnamen ini. Apalagi lawan-lawan kita juga cukup kuat. Saya harapkan turnamen seperti ini akan lebih sering diadakan. Karena buat kita akan besar manfaatnya," ujar Salor Sitanggang yang di babak kelima pada langkah ke-42 mengalahkan juara dunia wanita asal Cina GM Xie Jun.




(foto: Kristianus Liem)


Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Bola Basket (5) Bulutangkis (2) Catur (11) Olimpiade (2) Olimpik (3) Otomotif (5) Ragam (4)

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini