Buka-bukaan kostum usai mencetak gol merupakan salah satu ungkapan kegembiraan pemain. Dan itu sah-sah saja asal jangan terlalu lama. Wasit biasanya menganggap itu sebagai tindakan membuang-buang waktu yang berisiko terkena ammonito alias kartu kuning.
Pemain-pemain seperti Daniel Fonseca (Roma) atau Giuseppe Signori (Lazio) terkenal mengungkapkan ekspresi dengan cara membuka kaos dan lari ke arah pendukungnya. Mereka rela dihadiahi kartu kuning demi itu! Namun ada satu pemain yang sulit diganjar ammoniti oleh arbitri.
Siapa dia? Dia adalah Goran Vlaovic, striker asal Kroasia si ujung tombak Padova. Setelah bikin gol kedua ke gawang Reggiana di Stadion Euganeo, 14 Mei 1995, yang skor akhirnya 3-0, seperti biasa dia berlari ke arah penonton. Sampai sini tidak ada yang aneh. Seperti biasa dia melakukan selebrasi merayakan gol layaknya seorang pesepak bola.
Namun ulah sesungguhnya si eksentrik muncul juga. Vlaovic melempar kaos bernomor 9 miliknya itu ke arah tribun belakang gawang lawan. Kena kartu kuningkah dia? Ternyata tidak! Malah para penonton, pemain, termasuk sang wasit sendiri pada tertawa, setidaknya tersenyum merasa diakali namun mereka tidak berkutik sebab Vlaovic tidak melakukan kesalahan mendasar.
Lho kok bisa? Ada apa sebenarnya? Ternyata penyerang berusia 22 tahun itu punya akal cerdik. Dia menggunakan kostum rangkap dengan nomor yang sama! Di Italia, kartu kuning yang diberikan wasit kepada pemain membuka kostum yang mempertunjukkan dadanya kebanyakan karena dianggap tidak sopan. Nah, Vlaovic punya penangkalnya. Barangkali dialah satu-satunya pemain dan pertama di dunia yang melakukan itu.
Rekor Si Nyonya Besar
Perjalanan menjadi juara memang berat. Kekalahan karena beban mental bisa terjadi. Dan hal seperti itu ternyata dialami juga oleh Juventus, yang sampai kalah tiga kali secara beruntun di kandang sendiri. Pada derby 9 April, mereka ditundukkan Torino 1-2. Lalu kalah 0-1 dari Padova (23/4), dan terakhir 0-3 oleh Lazio, awal Mei, semuanya terjadi di Delle Alpi.
Namun aib ini bukanlah yang terjelek, sebab 35 tahun yang lalu La Vecchia Signora itu pernah sampai lima kali kalah, tepatnya pada musim 1961/62. Juve, yang waktu itu dilatih duet Julius Korostelev dan Carlo Parola, kalah 2-4 dari Palermo lalu 2-3 dari Bologna, 2-4 dari Milan, 0-1 dari Sampdoria dan Udinese 2-3. Alhasil mereka harus menempati urutan 12 di klasemen akhir, posisi terburuk dalam sejarahnya.
Tapi jangan salah. Meski begitu pada musim 1994/95 ini mereka justru membuat rekor khusus, yakni sebagai tim yang paling banyak menang tandang, sebanyak 11 kali! Di Italia hal seperti ini memang suka dibesar-besarkan sebab bertarung di kandang lawan kebanyakan sulit menang.
Rekor ini menyamai perolehan Inter pada 1963/64 dan 1988/89 serta Milan di 1963/64. Jika mereka bisa menang di laga terakhir tandang melawan Roma di Stadion Olimpico, sudah pasti rekor Juve makin istimewa. Potere La Signora?
Nasib Ayah Dan Anak
Nasib sial bisa menimpa anggota keluarga siapa saja. Namun kalau ayah dan anak sama-sama ketiban apes, barangkali ada apa-apanya. Mungkin harus melakukan selamatan supaya tidak sial.
Nah ini yang menimpa Mircea Lucescu, mantan pelatih Brescia yang dipecat bulan lalu. Dia kemungkinan besar akan ditarik kembali ke tempatnya semula atau, melatih Reggiana. Padahal kedua klub ini sudah terkena degradasi.
Bagi Brescia, kemerosotan prestasi itu tadinya berkat ‘andil’ Mircea. Dia pun dihujat oleh tifosi Brescia. Beruntung, kini pengurus klub mau memaafkannya. Tapi kesialan belum habis dan malah pindah pada anaknya, Razvan Lucescu, yang menjadi kiper Sportul Studentesc.
Klub divisi satu Rumania yang dibiayai oleh Departemen Pendidikan itu belakangan sering kebobolan sehingga mendudukan mereka di papan bawah klasemen. Mengapa Razvan disorot? Tidak lain berkat ‘andil’ ayahnya juga. Menurut sebuah sumber, dia sebenarnya mendapat katabelece dari Mircea agar menjadi penjaga gawang utama di Sportul.
Gara-gara terbongkar, Mircea pun dihujat habis-habisan di Rumania. Apes boleh bareng tapi rejeki tentu berbeda. Mircea bakal kembali ke Italia. Tinggallah sang anak mengadu nasib sendirian di Rumania.
(foto: padovacalcio/zmnapoli)