Di Italia, penjaga gawang sering juga disebut sebagai ‘Malaikat Pelindung’ dalam tim. Tapi, akhir-akhir ini, Sang Malaikat (yang benar-benar malaikat) tiba-tiba saja menjadi bahan pembicaraan dan diskusi serta inspirasi buat para penulis di Italia. Dengan kata lain, masalah itu sedang menjadi in di sana.
Baru-baru ini, mingguan Epoca telah memuat sebuah artikel yang isinya berbicara mengenai nama-nama dan karakter para makhluk supernatural itu. Lalu berdasarkan data-data pribadi kiper yang bersangkutan dapat diketahui siapa nama dan apa malaikat pelindungnya. Inilah rangkumannya.
Pelindung pribadi kiper Juventus, Angelo Peruzzi, konon bernama Manakel yang bersifat membantu untuk segera tidur. Tapi tentu saja, hal ini diharapkan tidak terjadi selama pertandingan! Lalu kiper lawan Juve saat itu, Sebastiano Rossi, mempunyai pelindung bernama Maheuiah yang bersifat memelihara dari bahaya pencurian dan pembunuhan. Termasuk para pencuri gol tentunya!
Kemudian kiper Roma, Giovanni Cervonne, memiliki sang pelindung Asaliah yang bersifat membimbing bagi siapa yang mencari kebenaran. Terakhir kiper Parma, Luca Bucci, dilindungi oleh Haiaiel, yang bersifat menganegerahi keberanian dan berdarah dingin dalam menghadapi bahaya.
Dengan bersenjatakan pistol, mereka mengancam kasir yang masih ada di loket. Setelah sukses, dengan mengendap di antara kerumunan penonton, keempatnya berhasil keluar dengan mobil yang diduga juga hasil curian.
Nasib serupa juga dialami oleh Napoli saat menjamu Sampdoria. Kasir ditodong dan uang kas 27 lira atau 40 juta rupiah pun melayang. Namun peristiwa di Napoli ini dicurigai hasil rekayasa semata. Alhasil, Azzurro Service (agen pusat penjualan tiket untuk tim Napoli) malah menduga justru para kasir yang ‘bermain’. Polisi akhirnya menginterogasi mereka.
Pada Casarin, Asami membeberkan pujian soal Salvatore Schillaci, yang dinilainya pemain asing paling terpuji di Liga Jepang. Sebabnya adalah mantan pemain Juventus dan Inter itu dianggap sebagai ‘penasehat’ para wasit di Jepang. Sebagai penyerang, Schillaci lumrah sering jatuh di pertahanan lawan. Dan ini rupanya membingungkan para wasit Jepang. Sengaja atau benar-benar dijegal.
Tidak seperti di tanah airnya, penyerang Jubilo Iwata itu justru memberi pengertian pada wasit Jepang perihal sah atau tidaknya kejatuhan dirinya di lapangan. Ia juga memberikan referensi agar mereka berkonsultasi kepada wasit di negerinya, yang terkenal jeli.
“Kami ingin memakai wasit asing, dan Italia menjadi prioritas. Tiap tahun, dua atau tiga wasit kami butuhkan dan akan digaji sebesar 40 juta rupiah tiap tiga bulan,” ungkap Asami pada Casarin. Sebelumnya Jepang telah memakai Petrovic, wasit asal Yugoslavia, dan Tejada dari Peru. Hingga kini belum ada jawaban dari Casarin. Tampaknya hatinya masih berbunga-bunga. Ternyata kehebatan Italia bukan pada pemainnya saja, tapi juga para wasitnya. Bravi arbittro!
(foto: pinterest/laststciker/zmnapoli)
Searah jarum jam: Peruzzi, Bucci, Rossi, Cervonne. |
Pelindung pribadi kiper Juventus, Angelo Peruzzi, konon bernama Manakel yang bersifat membantu untuk segera tidur. Tapi tentu saja, hal ini diharapkan tidak terjadi selama pertandingan! Lalu kiper lawan Juve saat itu, Sebastiano Rossi, mempunyai pelindung bernama Maheuiah yang bersifat memelihara dari bahaya pencurian dan pembunuhan. Termasuk para pencuri gol tentunya!
Kemudian kiper Roma, Giovanni Cervonne, memiliki sang pelindung Asaliah yang bersifat membimbing bagi siapa yang mencari kebenaran. Terakhir kiper Parma, Luca Bucci, dilindungi oleh Haiaiel, yang bersifat menganegerahi keberanian dan berdarah dingin dalam menghadapi bahaya.
Ulah Perampok Dan Kasir
Di Serie A, AS Roma dan Napoli merupakan dua tim yang sering ketiban sial jika bertanding. Kalau tidak kecurian, malah perampokan yang diderita. Kemenangan 1-0 Roma atas Parma, 2 April lalu, ternyata harus dibayar mahal. Sebelum wasit Pierluigi Collina menuntaskan pertandingan di Stadion Olimpico itu, rupanya empat perampok bermasker berhasil memboyong uang penjualan tiket sebesar 430 juta lira atau 650 juta rupiah!Dengan bersenjatakan pistol, mereka mengancam kasir yang masih ada di loket. Setelah sukses, dengan mengendap di antara kerumunan penonton, keempatnya berhasil keluar dengan mobil yang diduga juga hasil curian.
Nasib serupa juga dialami oleh Napoli saat menjamu Sampdoria. Kasir ditodong dan uang kas 27 lira atau 40 juta rupiah pun melayang. Namun peristiwa di Napoli ini dicurigai hasil rekayasa semata. Alhasil, Azzurro Service (agen pusat penjualan tiket untuk tim Napoli) malah menduga justru para kasir yang ‘bermain’. Polisi akhirnya menginterogasi mereka.
Mentransfer Wasit
Belum lama ini, Toshio Asami, ketua perwasitan Jepang, dan beberapa stafnya telah berkunjung ke Italia untuk bertemu dengan Paolo Casarin, ketua perwasitan nasional Italia. Maksudnya untuk mempelajari organisasi perwasitan negeri itu yang terkenal saklek.Pada Casarin, Asami membeberkan pujian soal Salvatore Schillaci, yang dinilainya pemain asing paling terpuji di Liga Jepang. Sebabnya adalah mantan pemain Juventus dan Inter itu dianggap sebagai ‘penasehat’ para wasit di Jepang. Sebagai penyerang, Schillaci lumrah sering jatuh di pertahanan lawan. Dan ini rupanya membingungkan para wasit Jepang. Sengaja atau benar-benar dijegal.
Tidak seperti di tanah airnya, penyerang Jubilo Iwata itu justru memberi pengertian pada wasit Jepang perihal sah atau tidaknya kejatuhan dirinya di lapangan. Ia juga memberikan referensi agar mereka berkonsultasi kepada wasit di negerinya, yang terkenal jeli.
“Kami ingin memakai wasit asing, dan Italia menjadi prioritas. Tiap tahun, dua atau tiga wasit kami butuhkan dan akan digaji sebesar 40 juta rupiah tiap tiga bulan,” ungkap Asami pada Casarin. Sebelumnya Jepang telah memakai Petrovic, wasit asal Yugoslavia, dan Tejada dari Peru. Hingga kini belum ada jawaban dari Casarin. Tampaknya hatinya masih berbunga-bunga. Ternyata kehebatan Italia bukan pada pemainnya saja, tapi juga para wasitnya. Bravi arbittro!
(foto: pinterest/laststciker/zmnapoli)