Mau tidak mau, sekarang ini untuk menjadi pelatih bola, kemampuan berbahasa asing tampaknya menjadi aspek penting yang lain di samping kelihaian melatih itu sendiri. Apalagi semakin top klub tersebut, biasanya semakin banyak pemain asingnya. Fenomena ini bisa dilihat juga di Serie A, sebagai tolok ukur kompetisi paling menggebyar di dunia.
Untuk mendapatkan kerjasama bahkan hasil yang optimal antara pelatih dan pemain, ngoceh atau kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai bahasa, tentu menjadi semakin lebih penting lagi. Berikut gambaran umum kemampuan komunikasi para pelatih Serie A mulai dari yang hebat sampai yang kacrut. Catatan khususnya adalah mereka semua lancar berbahasa Italia. Iyalah.
Pelatih pertama yang harus disorot adalah Sven-Goran Eriksson, orang Swedia yang menukangi Sampdoria. Pengalaman internasionalnya memungkinkan dia bisa berbahasa Italia, Portugis, Inggris dengan baik selain fasih ngoceh bahasa Swedia. Eriksson juga bisa ngomong Jerman meski terpatah-patah.
Berikutnya yang paling banyak bisa ngoceh dengan banyak bahasa adalah pelatih Napoli, Vujadin Boskov. Tentu dia lancar berbahasa ibu Serbia-Kroasia. Hebatnya lagi dia juga fasih Italia, Spanyol, Belanda, dan Hongaria. Agak luar biasa diperlihatkan oleh Luigi Simoni (Cremonese) yang lancar berbahasa Inggris, Spanyol, dan Prancis.
Luigi Cagni (Piacenza) mampu bicara dalam bahasa Prancis dan Inggris. Hebat. Ini sangat lumayan buat orang Italia. Begitu juga Francesco Guidolin (Viacenza) yang berbahasa Inggris cukup baik, dan itu dipelajarinya sejak SMA dan melalui kursus. Mauro Sandreani (Padova) bisa berbahasa Inggris yang dipelajarinya di sekolah selama 8 tahun. Tak diduga bahasa Inggris Fabio Capello (Milan) tersendat-sendat, meskipun lancar berbahasa Prancis dan Spanyol.
Marcello Lippi (Juventus) hanya aktif berbahasa Prancis yang dipelajarinya sejak sekolah. Nedo Sonetti (Torino) berbahasa Spanyol dan mengaku tidak bisa berbahasa Inggris. Nevio Scala (Parma) berbahasa Jerman dengan sempurna karena istrinya orang Jerman. Alberto Zaccheroni (Udinese) pernah belajar bahasa Prancis di sekolah serta Jerman dan Inggris, sehubungan dengan kedudukannya sebagai pemilik sebuah hotel. Zdenek Zeman (Lazio) berbahasa Bohemia sebagai bahasa ibu di samping Italia dan Rusia yang digunakannya dengan Igor Kolyvanov dan Igor Shalimov sewaktu menangani Foggia.
Carletto 'Carlo' Mazzone (Roma) tidak dapat berbahasa Inggris atau Prancis. Dengan pemain Amerika Latin yang banyak menghuni klubnya, dia harus memakai bahasa Spanyol dengan sulit dan terputus-putus. Wah, pantas prestasi Roma di Serie A tidak naik-naik. Semakin ke bawah, semakin parah. Giuseppe Materazzi (Bari) mengaku tidak pernah punya waktu untuk belajar bahasa Inggris.
Bahkan Emiliano Mondonico (Atalanta) hanya tahu beberapa patah kata dalam bahasa Inggris! Akhirnya giliran Giovanni Trapattoni (Cagliari) yang tidak menjawab pertanyaan majalah Guerin Sportivo. Dia hanya mengatakan bahwa jika ingin membicarakan sesuatu dengan pemain asingnya, sering timbul salah faham. Itu resikonya. Dari data di atas bisa dikatakan, Eriksson dan Boskov merupakan pelatih yang paling universal di Serie A.
(laporan zainal muttaqien, napoli. foto: pinterest/youtube/contra-ataque.it)
Untuk mendapatkan kerjasama bahkan hasil yang optimal antara pelatih dan pemain, ngoceh atau kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai bahasa, tentu menjadi semakin lebih penting lagi. Berikut gambaran umum kemampuan komunikasi para pelatih Serie A mulai dari yang hebat sampai yang kacrut. Catatan khususnya adalah mereka semua lancar berbahasa Italia. Iyalah.
Pelatih pertama yang harus disorot adalah Sven-Goran Eriksson, orang Swedia yang menukangi Sampdoria. Pengalaman internasionalnya memungkinkan dia bisa berbahasa Italia, Portugis, Inggris dengan baik selain fasih ngoceh bahasa Swedia. Eriksson juga bisa ngomong Jerman meski terpatah-patah.
Berikutnya yang paling banyak bisa ngoceh dengan banyak bahasa adalah pelatih Napoli, Vujadin Boskov. Tentu dia lancar berbahasa ibu Serbia-Kroasia. Hebatnya lagi dia juga fasih Italia, Spanyol, Belanda, dan Hongaria. Agak luar biasa diperlihatkan oleh Luigi Simoni (Cremonese) yang lancar berbahasa Inggris, Spanyol, dan Prancis.
Luigi Cagni (Piacenza) mampu bicara dalam bahasa Prancis dan Inggris. Hebat. Ini sangat lumayan buat orang Italia. Begitu juga Francesco Guidolin (Viacenza) yang berbahasa Inggris cukup baik, dan itu dipelajarinya sejak SMA dan melalui kursus. Mauro Sandreani (Padova) bisa berbahasa Inggris yang dipelajarinya di sekolah selama 8 tahun. Tak diduga bahasa Inggris Fabio Capello (Milan) tersendat-sendat, meskipun lancar berbahasa Prancis dan Spanyol.
Marcello Lippi (Juventus) hanya aktif berbahasa Prancis yang dipelajarinya sejak sekolah. Nedo Sonetti (Torino) berbahasa Spanyol dan mengaku tidak bisa berbahasa Inggris. Nevio Scala (Parma) berbahasa Jerman dengan sempurna karena istrinya orang Jerman. Alberto Zaccheroni (Udinese) pernah belajar bahasa Prancis di sekolah serta Jerman dan Inggris, sehubungan dengan kedudukannya sebagai pemilik sebuah hotel. Zdenek Zeman (Lazio) berbahasa Bohemia sebagai bahasa ibu di samping Italia dan Rusia yang digunakannya dengan Igor Kolyvanov dan Igor Shalimov sewaktu menangani Foggia.
Carletto 'Carlo' Mazzone (Roma) tidak dapat berbahasa Inggris atau Prancis. Dengan pemain Amerika Latin yang banyak menghuni klubnya, dia harus memakai bahasa Spanyol dengan sulit dan terputus-putus. Wah, pantas prestasi Roma di Serie A tidak naik-naik. Semakin ke bawah, semakin parah. Giuseppe Materazzi (Bari) mengaku tidak pernah punya waktu untuk belajar bahasa Inggris.
Bahkan Emiliano Mondonico (Atalanta) hanya tahu beberapa patah kata dalam bahasa Inggris! Akhirnya giliran Giovanni Trapattoni (Cagliari) yang tidak menjawab pertanyaan majalah Guerin Sportivo. Dia hanya mengatakan bahwa jika ingin membicarakan sesuatu dengan pemain asingnya, sering timbul salah faham. Itu resikonya. Dari data di atas bisa dikatakan, Eriksson dan Boskov merupakan pelatih yang paling universal di Serie A.
(laporan zainal muttaqien, napoli. foto: pinterest/youtube/contra-ataque.it)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar