Buat Percasi, naiknya peringkat tim catur putra Indonesia ke peringkat 28-32 dari 124 negara pada Olimpiade Catur Moskow, Rusia, (30 November-17 Desember), yang baru berakhir Minggu lalu, menjadi hadiah di pengujung tahun. Ini adalah buah dari kegiatan catur di Tanah Air, yang marak oleh berbagai turnamen internasional. Maka, wajarlah kalau pengurus Percasi menganggap prestasi tim putra itu cukup memuaskan.
"Hasil ini cukup bagus mengingat persiapan kita kurang," kata pimpinan tim Indonesia, Cholid Ghozali, saat tiba di Tanah Air. Lebih-lebih mengingat jumlah peserta semakin bertambah, dengan masuknya pecahan-pecahan Uni Soviet, yang berjumlah 15, Yugoslavia (5), dan Cekoslowakia (2).
Kebetulan urutan tiga besar olimpiade kini dipegang tim-tim pecahan Uni Soviet. Rusia I, yang di dalamnya terdapat juara dunia GM Garry Kasparov (2.805), menjadi juara pertama disusul oleh Bosnia Herzegovina dan Rusia II. Terlepas dari itu, bisakah prestasi tim putra ini disebut sebagai hasil maksimal? Soalnya, jika dibandingkan dengan dua tahun lalu di Manila, hasil ini mengalami kenaikan 12 tingkat.
Tampaknya tidak. "Kalau pemain kita merata, masuk dua puluh besar bukan hal yang mustahil. Cina saja yang baru terdengar, malah di urutan ke-12," kata pemain papan pertama Indonesia, GM Utut Adianto. Tapi hal itu tidaklah mudah. Paling tidak Percasi harus mencetak pecatur-pecatur tangguh yang ditempa lewat berbagai turnamen internasional.
"Melihat kondisi kita sekarang, ditambah pesatnya perkembangan catur, jangankan ke-28 di peringkat 50 pun masih bagus," tambah Utut. Seperti diketahui, posisi akhir tim catur Indonesia lumayan mengejutkan dunia. Dengan mengumpulkan 31 victory point, Utut dkk. meraih hasil akhir di peringkat 28-32 bersama negara kuat catur Denmark, Republik Ceko, Slowakia, dan Swiss!
Salah satu kejutan terhebat Indonesia, tiada lain saat menahan Inggris, peringkat keempat turnamen! Inggris, yang saat itu rata-rata elo ratingnya 2.615 serta disarati oleh empat grandmaster kenamaan dunia, tanpa diduga dibendung oleh kuartet Merah Putih yang rata-rata elo ratingnya hanya 2.463, dengan skor 2-2!
Di papan pertama, Utut (2.520) sukses menahan remis GM Nigel Short (2.655). Di papan kedua, GM Edhi Handoko (2.510) menyerah kalah dari GM Jonathan Speelman(2.600). Super kejutan ada di papan ketiga ketika MN Ivan Situru yang elo ratingnya 2.415, menumbangkan raja GM John Nunn (2.625)! Muka tim Inggris benar-benar merah padam tatkala pemain papan terakhirnya, GM Julian Hodgson (2.580), juga tak mampu mengalahkan MI Cerdas Barus (2.405) dan harus puas dengan hasil remis.
Perlu Pemerataan
Menurut Utut, memang tidak meratanya pemain membuat kita mengalami kesulitan dalam menghadapi pertandingan beregu. "Makanya hal ini juga sebagai tantangan Percasi untuk lebih meningkatkan pembinaan dan regenerasi agar pada Olimpiade mendatang kita bisa lebih merata. Apa hanya terus mengandalkan saya dan Edhi Handoko?" tutur Utut.
Maka beruntunglah Percasi bisa bekerjasama dengan pihak swasta dan institusi pendidikan dengan mulus untuk menggiatkan kembali olah raga otak ini. Belakangan pihak swasta pun turun tangan. Misalnya Sekolah Catur Enerpac dan institusi pendidikan semacam Gunadharma.
Enerpac-lah yang mengirim GM Utut Adianto ke pelbagai turnamen di Eropa dan AS. Sedangkan Gunadharma dalam setahun sudah dua kali menyelenggarakan turnamen internasional. Bukan itu saja, pecatur pun mempunyai keyakinan untuk hidup dari catur. Utut misalnya, menjelang awal tahun sudah mempunyai program yang jelas sebagai persiapan mengikuti berbagai turnamen internasional.
"Januari mendatang saya akan terjun pada turnamen di Jenewa, Swiss. April di New York, AS. Dan sebagai target utama adalah turnamen Biel di Swiss. Saya 'kan juara bertahan di situ," ungkap Utut yang juga salah satu pengajar di Sekolah Catur Enerpac sambil tersenyum.
01 Haiti 4–0 Dominika 3–0
02 Bulgaria 1–3 Inggris 1,5–1,5
03 Turki 2,5–1,5 Bulgaria 0,5–2,5
04 Inggris 2–2 Venezuela 2–1
05 Rumania 1–3 Polandia 2,5–0,5
06 Tunisia 3–1 Latvia 0,5–2,5
07 Georgia 0,5–3,5 Kuba 2–1
08 Albania 2–2 Spanyol 1–2
09 Maroko 3–1 Brasil 2,5–0,5
10 Brasil 1,5–2,5 Estonia 0,5–2,5
11 Irlandia 3–1 Mongolia 2,5–0,5
12 Chile 3,5–0,5 Jerman 0–3
13 Belarusia 0,5–3,5 Argentina 2,5–0,5
14 Bangladesh 3,5–0,5 Bosnia-Herzegovina 1,5–1,5
Total VP 31 22,5
(foto: chess24)
"Hasil ini cukup bagus mengingat persiapan kita kurang," kata pimpinan tim Indonesia, Cholid Ghozali, saat tiba di Tanah Air. Lebih-lebih mengingat jumlah peserta semakin bertambah, dengan masuknya pecahan-pecahan Uni Soviet, yang berjumlah 15, Yugoslavia (5), dan Cekoslowakia (2).
IGM Artur Yusupov dan IGM Garry Kasparov. |
Tampaknya tidak. "Kalau pemain kita merata, masuk dua puluh besar bukan hal yang mustahil. Cina saja yang baru terdengar, malah di urutan ke-12," kata pemain papan pertama Indonesia, GM Utut Adianto. Tapi hal itu tidaklah mudah. Paling tidak Percasi harus mencetak pecatur-pecatur tangguh yang ditempa lewat berbagai turnamen internasional.
"Melihat kondisi kita sekarang, ditambah pesatnya perkembangan catur, jangankan ke-28 di peringkat 50 pun masih bagus," tambah Utut. Seperti diketahui, posisi akhir tim catur Indonesia lumayan mengejutkan dunia. Dengan mengumpulkan 31 victory point, Utut dkk. meraih hasil akhir di peringkat 28-32 bersama negara kuat catur Denmark, Republik Ceko, Slowakia, dan Swiss!
Salah satu kejutan terhebat Indonesia, tiada lain saat menahan Inggris, peringkat keempat turnamen! Inggris, yang saat itu rata-rata elo ratingnya 2.615 serta disarati oleh empat grandmaster kenamaan dunia, tanpa diduga dibendung oleh kuartet Merah Putih yang rata-rata elo ratingnya hanya 2.463, dengan skor 2-2!
Di papan pertama, Utut (2.520) sukses menahan remis GM Nigel Short (2.655). Di papan kedua, GM Edhi Handoko (2.510) menyerah kalah dari GM Jonathan Speelman(2.600). Super kejutan ada di papan ketiga ketika MN Ivan Situru yang elo ratingnya 2.415, menumbangkan raja GM John Nunn (2.625)! Muka tim Inggris benar-benar merah padam tatkala pemain papan terakhirnya, GM Julian Hodgson (2.580), juga tak mampu mengalahkan MI Cerdas Barus (2.405) dan harus puas dengan hasil remis.
Perlu Pemerataan
Menurut Utut, memang tidak meratanya pemain membuat kita mengalami kesulitan dalam menghadapi pertandingan beregu. "Makanya hal ini juga sebagai tantangan Percasi untuk lebih meningkatkan pembinaan dan regenerasi agar pada Olimpiade mendatang kita bisa lebih merata. Apa hanya terus mengandalkan saya dan Edhi Handoko?" tutur Utut.
Maka beruntunglah Percasi bisa bekerjasama dengan pihak swasta dan institusi pendidikan dengan mulus untuk menggiatkan kembali olah raga otak ini. Belakangan pihak swasta pun turun tangan. Misalnya Sekolah Catur Enerpac dan institusi pendidikan semacam Gunadharma.
Enerpac-lah yang mengirim GM Utut Adianto ke pelbagai turnamen di Eropa dan AS. Sedangkan Gunadharma dalam setahun sudah dua kali menyelenggarakan turnamen internasional. Bukan itu saja, pecatur pun mempunyai keyakinan untuk hidup dari catur. Utut misalnya, menjelang awal tahun sudah mempunyai program yang jelas sebagai persiapan mengikuti berbagai turnamen internasional.
"Januari mendatang saya akan terjun pada turnamen di Jenewa, Swiss. April di New York, AS. Dan sebagai target utama adalah turnamen Biel di Swiss. Saya 'kan juara bertahan di situ," ungkap Utut yang juga salah satu pengajar di Sekolah Catur Enerpac sambil tersenyum.
Indonesia Di Olimpiade Catur Moskow 1994
# Putra Putri01 Haiti 4–0 Dominika 3–0
02 Bulgaria 1–3 Inggris 1,5–1,5
03 Turki 2,5–1,5 Bulgaria 0,5–2,5
04 Inggris 2–2 Venezuela 2–1
05 Rumania 1–3 Polandia 2,5–0,5
06 Tunisia 3–1 Latvia 0,5–2,5
07 Georgia 0,5–3,5 Kuba 2–1
08 Albania 2–2 Spanyol 1–2
09 Maroko 3–1 Brasil 2,5–0,5
10 Brasil 1,5–2,5 Estonia 0,5–2,5
11 Irlandia 3–1 Mongolia 2,5–0,5
12 Chile 3,5–0,5 Jerman 0–3
13 Belarusia 0,5–3,5 Argentina 2,5–0,5
14 Bangladesh 3,5–0,5 Bosnia-Herzegovina 1,5–1,5
Total VP 31 22,5
(foto: chess24)