Catur, kopi, dan rokok tadinya hampir tak terpisahkan. Tidak di pojokan gang, kampung-kampung, bahkan di turnamen resmi nasional, bahkan internasional, keduanya atau sebut saja salah satunya, telah menjadi ‘perlengkapan standar’ pecatur, apalagi yang kelas tarkam.
Mereka menjadikan atau memakai nikotin dan kafein tak lain sebagai ‘doping’ untuk membendung sekaligus mengatasi menghadapi tekanan permainan.
Namun sejak 1992, FIDE (Federasi Catur Internasional) telah mengharamkan alias melarang total kebiasaan buruk di seluruh dunia. Meski disebut olah raga otak, catur tetap saja masuk kategori permainan dalam olah raga. Masak olah raga ada pakai rokok segala, juga kopi
Bukan apa-apa, sengaja atau tidak, dari faktor asap rokok saja dapat memberi nilai plus atau senjata lain untuk memenangkan permainan. Terutama jika lawannya bukan perokok. Salah satu pecatur top dunia yang dikenal jago bermain asap bak sepur adalah GM Victor Korchnoi (Swiss), yang pernah menjadi penantang juara dunia catur GM Anatoly Karpov (Uni Soviet).
Presiden FIDE asal Filipina, Florencio Campomanes akhirnya memutuskan bahwa dalam turnamen resmi apapun yang termasuk kalender FIDE, seorang pecatur dilarang merokok. Prosesnya lumayan bersahabat sebab dilakukan secara bertahap, misalnya larangan merokok di arena pertandingan. Barangkali kalau hal ini sejak dulu diberlakukan, Korchnoi belum tentu menjadi grandmaster top.
Mengurangi Tekanan
Nah bagaimana di Tanah Air? Contoh paling gampang dicari adalah Salor Sitanggang, yang baru saja mendapat gelar Master Internasional (MI) dalam Turnamen Catur Internasional Gunadarma. Kalau GM Edhi Handoko dan GM Ardiansyah buru-buru memuaskan menghisap rokok sebelum dan sesudah memasuki arena, maka Salor masih melakukannya di gedung pertandingan, bahkan di arena permainan. Lho, bagaimana mungkin? Simpel saja. Itu dilakukan saat lawannya dapat giliran berpikir atau melangkah, maka Salor akan buru-buru keluar arena sejenak, dan melepus.
Dengan ekspresi aneh – tegang, serius dan mata tidak berkedip – dia langsung mengepulkan asap rokok dengan penglihatan yang tidak lepas dari papan catur. Justru di saat itulah, mengatur siasat terasa lebih nikmat. Eh, maaf, lebih fokus. Untungnya saat itu meja tempat dia bermain di dekat pintu, sehingga dia bisa memantau permainan meskipun dari jauh. Repot juga melihatnya dan terkesan agak menyiksa diri. Bagaimana jika itu terjadi di luar negeri, atau katakanlah, tidak ada pintu sama sekali?
Bagi pecatur kelahiran Pulau Samosir 4 Juni 1952 ini, merokok ketika bertanding mempakan rasa pembebasan diri menghadapi tekanan. “Terus terang saya merokok untuk melepas rasa ketegangan yang saya pikir sudah memuncak," jelasnya tanpa menjelaskan lebih dalam.
Di sisi lain, Salor setuju dengan asumsi umum bahwa seseorang mencapai gelar master atau grandmaster bukan karena bebas merokok seenaknya. Dia juga membantah jika larangan mengepulkan asap oleh FIDE dimaksudkan untuk melindungi pecatur dari masalah lebih serius.
Maklum rata-rata tempat pertandingan memakai suhu udara khusus (AC). masalah serius bagi pecatur seperti dia. “Itu tidak benar!" sanggahnya cepat. Biarkan sajalah, yang penting peraturannya sudah dibuat. Lama-lama juga pecatur diharuskan memilih: catur atau rokok?
(foto: arief natakusumah)
Mereka menjadikan atau memakai nikotin dan kafein tak lain sebagai ‘doping’ untuk membendung sekaligus mengatasi menghadapi tekanan permainan.
Namun sejak 1992, FIDE (Federasi Catur Internasional) telah mengharamkan alias melarang total kebiasaan buruk di seluruh dunia. Meski disebut olah raga otak, catur tetap saja masuk kategori permainan dalam olah raga. Masak olah raga ada pakai rokok segala, juga kopi
Bukan apa-apa, sengaja atau tidak, dari faktor asap rokok saja dapat memberi nilai plus atau senjata lain untuk memenangkan permainan. Terutama jika lawannya bukan perokok. Salah satu pecatur top dunia yang dikenal jago bermain asap bak sepur adalah GM Victor Korchnoi (Swiss), yang pernah menjadi penantang juara dunia catur GM Anatoly Karpov (Uni Soviet).
Presiden FIDE asal Filipina, Florencio Campomanes akhirnya memutuskan bahwa dalam turnamen resmi apapun yang termasuk kalender FIDE, seorang pecatur dilarang merokok. Prosesnya lumayan bersahabat sebab dilakukan secara bertahap, misalnya larangan merokok di arena pertandingan. Barangkali kalau hal ini sejak dulu diberlakukan, Korchnoi belum tentu menjadi grandmaster top.
Mengurangi Tekanan
Nah bagaimana di Tanah Air? Contoh paling gampang dicari adalah Salor Sitanggang, yang baru saja mendapat gelar Master Internasional (MI) dalam Turnamen Catur Internasional Gunadarma. Kalau GM Edhi Handoko dan GM Ardiansyah buru-buru memuaskan menghisap rokok sebelum dan sesudah memasuki arena, maka Salor masih melakukannya di gedung pertandingan, bahkan di arena permainan. Lho, bagaimana mungkin? Simpel saja. Itu dilakukan saat lawannya dapat giliran berpikir atau melangkah, maka Salor akan buru-buru keluar arena sejenak, dan melepus.
Dengan ekspresi aneh – tegang, serius dan mata tidak berkedip – dia langsung mengepulkan asap rokok dengan penglihatan yang tidak lepas dari papan catur. Justru di saat itulah, mengatur siasat terasa lebih nikmat. Eh, maaf, lebih fokus. Untungnya saat itu meja tempat dia bermain di dekat pintu, sehingga dia bisa memantau permainan meskipun dari jauh. Repot juga melihatnya dan terkesan agak menyiksa diri. Bagaimana jika itu terjadi di luar negeri, atau katakanlah, tidak ada pintu sama sekali?
Bagi pecatur kelahiran Pulau Samosir 4 Juni 1952 ini, merokok ketika bertanding mempakan rasa pembebasan diri menghadapi tekanan. “Terus terang saya merokok untuk melepas rasa ketegangan yang saya pikir sudah memuncak," jelasnya tanpa menjelaskan lebih dalam.
Di sisi lain, Salor setuju dengan asumsi umum bahwa seseorang mencapai gelar master atau grandmaster bukan karena bebas merokok seenaknya. Dia juga membantah jika larangan mengepulkan asap oleh FIDE dimaksudkan untuk melindungi pecatur dari masalah lebih serius.
Maklum rata-rata tempat pertandingan memakai suhu udara khusus (AC). masalah serius bagi pecatur seperti dia. “Itu tidak benar!" sanggahnya cepat. Biarkan sajalah, yang penting peraturannya sudah dibuat. Lama-lama juga pecatur diharuskan memilih: catur atau rokok?
(foto: arief natakusumah)