Bagi pecinta fanatiknya, nama yang satu ini dipercaya bakal menjadi jaminan Gelora Dewata memenangkan pertandingan. Apa betul? Bisa jadi. Banyak orang menganggap bahwa kehadiran Vata Matanu Garcia banyak membantu klub itu sehingga menjadi salah satu kekuatan yang menakutkan di Liga Indonesia, khususnya di wilayah timur.
Dan pada Ahad lalu, lahirlah pembuktiannya. Mantan pemain klub besar di Eropa, Benfica tersebut memborong semua gol alias empat gol untuk Gelora Dewata tatkala membenamkan Persebaya Surabaya 4-1 di Stadion Ngurah Rai, Denpasar. Secara teknis Vata memang di atas rata-rata pemain lokal.
Bahkan kualitasnya masih mengungguli Abel Campos dan Jeremie Nyetam. Hal itu rasanya tak bisa dipungkiri, karena pengalamannya yang lebih panjang dibanding pemain lain. Meski usianya telah berkepala tiga, namun kebijaksanaan, jam terbang, dan pengalamannya amat dibutuhkan di tim.
“Untuk ukuran kita, pemain ini masih sangat bagus. Kami beruntung memilikinya, apalagi dia tidak rewel dan tahu diri,” kata salah satu pelatih Gelora, Suharno. “Faktor usia telah tertutupi oleh kemampuan khas dan semangat yang dimiliki. Terus terang tanpa dia Gelora akan kesulitan,” tandas pelatih lainnya, Sutrisno.
“Vata itu aset penting bagi Gelora, di dalam dan luar lapangan. Ia mengerti betul keinginan klub. Profesionalitasnya sudah dibuktikan dengan tindakannya. Lihat saja, yang lain santai, dia malah lari sore sambil mengajak anaknya,” jelas manajer tim Ir.H. Vigit Waluyo. “Wah, kalau ada dia suasana jadi gembira. Dia itu tukang cerita dan pandai melucu,” timpal salah satu pemain bek, Wayan Sukadana.
Suasana Familiar
Memang benar. Tatkala tim didera kekalahan, tampillah mantan pemain nasional Angola itu menghibur rekan-rekannya dengan cerita-cerita lucunya. Bukan itu saja, kedua anaknya pun – Edson dan Edmar – sering berbaur ke dalam tim. Aksi ini bisa terjadi di mana saja, baik di Bali maupun ketika bertandang ke tanah Jawa, Kalimantan, atau Sulawesi.
“Saya senang berada di tim ini, suasananya, sekali lagi karena suasananya yang penuh kekeluargaan dan penuh kegemiraan dari hari ke hari. Suka dan duka akan kami rasakan bersama. Amat familiar,” ungkapnya jujur.
Kelebihan khusus yang dimiliki oleh pemain plontos itu tentu saja sundulannya. Lebih dari setengah jumlah gol yang sudah dikemasnya selama ini adalah hasil dari tandukannya itu. Tidak salah jika di Bali Vata terkenal dengan sebutan ‘Si Kepala Emas’. Hingga kini tercatat sudah 11 gol yang dibuatnya sekaligus menempatkan diri sebagai top skorer sementara Liga Indonesia bersama Peri Sandria (Bandung Raya).
Senin lalu (10/4), Gelora telah memulai petualangannya dengan terbang ke Jayapura untuk bertemu Persipura (12/4) dan kemudian singgah di Ujungpandang menghadapi PSM (15/4). Akankah Vata membuktikan lagi keloyalannya pada Gelora? Waktu yang akan membuktikan.
(foto: Arief Natakusumah)
Dan pada Ahad lalu, lahirlah pembuktiannya. Mantan pemain klub besar di Eropa, Benfica tersebut memborong semua gol alias empat gol untuk Gelora Dewata tatkala membenamkan Persebaya Surabaya 4-1 di Stadion Ngurah Rai, Denpasar. Secara teknis Vata memang di atas rata-rata pemain lokal.
Bahkan kualitasnya masih mengungguli Abel Campos dan Jeremie Nyetam. Hal itu rasanya tak bisa dipungkiri, karena pengalamannya yang lebih panjang dibanding pemain lain. Meski usianya telah berkepala tiga, namun kebijaksanaan, jam terbang, dan pengalamannya amat dibutuhkan di tim.
“Untuk ukuran kita, pemain ini masih sangat bagus. Kami beruntung memilikinya, apalagi dia tidak rewel dan tahu diri,” kata salah satu pelatih Gelora, Suharno. “Faktor usia telah tertutupi oleh kemampuan khas dan semangat yang dimiliki. Terus terang tanpa dia Gelora akan kesulitan,” tandas pelatih lainnya, Sutrisno.
“Vata itu aset penting bagi Gelora, di dalam dan luar lapangan. Ia mengerti betul keinginan klub. Profesionalitasnya sudah dibuktikan dengan tindakannya. Lihat saja, yang lain santai, dia malah lari sore sambil mengajak anaknya,” jelas manajer tim Ir.H. Vigit Waluyo. “Wah, kalau ada dia suasana jadi gembira. Dia itu tukang cerita dan pandai melucu,” timpal salah satu pemain bek, Wayan Sukadana.
Suasana Familiar
Memang benar. Tatkala tim didera kekalahan, tampillah mantan pemain nasional Angola itu menghibur rekan-rekannya dengan cerita-cerita lucunya. Bukan itu saja, kedua anaknya pun – Edson dan Edmar – sering berbaur ke dalam tim. Aksi ini bisa terjadi di mana saja, baik di Bali maupun ketika bertandang ke tanah Jawa, Kalimantan, atau Sulawesi.
“Saya senang berada di tim ini, suasananya, sekali lagi karena suasananya yang penuh kekeluargaan dan penuh kegemiraan dari hari ke hari. Suka dan duka akan kami rasakan bersama. Amat familiar,” ungkapnya jujur.
Kelebihan khusus yang dimiliki oleh pemain plontos itu tentu saja sundulannya. Lebih dari setengah jumlah gol yang sudah dikemasnya selama ini adalah hasil dari tandukannya itu. Tidak salah jika di Bali Vata terkenal dengan sebutan ‘Si Kepala Emas’. Hingga kini tercatat sudah 11 gol yang dibuatnya sekaligus menempatkan diri sebagai top skorer sementara Liga Indonesia bersama Peri Sandria (Bandung Raya).
Senin lalu (10/4), Gelora telah memulai petualangannya dengan terbang ke Jayapura untuk bertemu Persipura (12/4) dan kemudian singgah di Ujungpandang menghadapi PSM (15/4). Akankah Vata membuktikan lagi keloyalannya pada Gelora? Waktu yang akan membuktikan.