Banyak penonton yang kecewa melihat penampilan tim nasional PSSI Pra Olimpiade ketika melawan Hong Kong, Selasa lalu, di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Serangan gencar ke gawang Hong Kong kebanyakan gagal diselesaikan dengan baik oleh penyerang-penyerang kita. Ujung-ujungnya Kurniawan Dwi Yulianto dkk. cuma menang 1-0.
Bahkan ada yang merasa lebih kecewa lagi, yaitu Kurniawan sendiri. Meskipun gol satu-satunya lahir dari kakinya, namun hal itu tidak membuatnya puas. “Asep Dayat terlalu banyak menggiring bola, Indriyanto diturunkan terlambat,” celetuk Ade, panggilan bintang muda Indonesia yang bermain di FC Luzern itu. “Bahkan waktu melawan Korea, serangan kita lebih monoton,” kata Andi Darussalam Tabussala, pengamat sepak bola nasional yang diminta pendapatnya tentang anak-anak muda yang dilatih Danurwindo dan Tord Grip itu. Namun lepas dari rasa kecewa, kita kini boleh bangga mempunyai Kurniawan. Golnya ke gawang Hong Kong merupakan kecerdikannya melihat posisi kiper lawan. Ketepatan dan kecepatan tendangan jarak jauhnya membuahkan gol.
“Dia telah berjanji akan mencetak gol ke gawang Hong Kong lho. Katanya sebagai hadiah ulang tahun kakaknya,” ujar Budi Riyanto SH, ayah Kurniawan. Kakaknya yang dimaksud adalah Dian Ekariani yang tidak bisa datang ke Jakarta karena masih mengikuti ujian di sekolahnya.
Makin Berat
Maka dengan hanya menang 1-0 atas Hong Kong dan sebelumnya kalah 1-2 dari Korea Selatan, ambisi kita untuk lolos ke Olimpiade Atlanta 1996 makin berat tersendat. Apalagi Korea yang sebelum menang atas Indonesia, sudah mengalahkan Hong Kong 5-0.
Peluang makin menciut mengingat dua laga berikut yang akan dilakoni Negeri Ginseng itu digelar di kandang sendiri. Pada 19 Agustus menjamu Hong Kong, dan tiga hari kemudian giliran Indoneisa. Sementara Kurniawan dan kawan-kawan baru dijamu Hong Kong pada 26 Agustus.
Artinya jika Korea nanti menang atas Hong Kong, maka mereka tinggal butuh bermain seri saja dengan Indonesia. Beberapa pengamat juga sudah yakin Korea akan menjuarai grup ini untuk bergabung dengan tujuh juara grup lainnya untuk memperebutkan dua tiket ke Olimpiade.
Walau demikian kita mesti memelihara sikap optimis. Kesempatan sekecil apa pun harus dimanfaatkan. Caranya gampang: mengalahkan Korea dan menang atas Hong Kong! Masih ada waktu sekitar tiga bulan untuk mempersiapkan target penting tersebut.
PSSI Pra Olimpiade harus mengisi waktunya dengan latihan keras untuk menutupi kekurangan, misalnya kekompakan pemain dan menyusun serangan lebih baik. Sayangnya di saat latihan pada 6 Juni nanti di Tavarone, Italia, ada dua pemain inti yang diperkirakan akan telat bergabung, yaitu Kurniawan dan Anang Ma’ruf. Kita memang masih kacau dalam memilih skala prioritas.
Secara umum dia tidak merasa puas. “Saya ndak tahu, kenapa teman-teman bermain begitu gugup dan tergesa-gesa. Padahal (kalau tenang) sebenarnya kita bisa menang besar,” katanya lagi. Melihat penampilan Indonesia melawan Hong Kong, lagi-lagi kelemahan yang paling mencolok adalah saat penyelesaian akhir.
(foto: stefan sihombing)
Bahkan ada yang merasa lebih kecewa lagi, yaitu Kurniawan sendiri. Meskipun gol satu-satunya lahir dari kakinya, namun hal itu tidak membuatnya puas. “Asep Dayat terlalu banyak menggiring bola, Indriyanto diturunkan terlambat,” celetuk Ade, panggilan bintang muda Indonesia yang bermain di FC Luzern itu. “Bahkan waktu melawan Korea, serangan kita lebih monoton,” kata Andi Darussalam Tabussala, pengamat sepak bola nasional yang diminta pendapatnya tentang anak-anak muda yang dilatih Danurwindo dan Tord Grip itu. Namun lepas dari rasa kecewa, kita kini boleh bangga mempunyai Kurniawan. Golnya ke gawang Hong Kong merupakan kecerdikannya melihat posisi kiper lawan. Ketepatan dan kecepatan tendangan jarak jauhnya membuahkan gol.
“Dia telah berjanji akan mencetak gol ke gawang Hong Kong lho. Katanya sebagai hadiah ulang tahun kakaknya,” ujar Budi Riyanto SH, ayah Kurniawan. Kakaknya yang dimaksud adalah Dian Ekariani yang tidak bisa datang ke Jakarta karena masih mengikuti ujian di sekolahnya.
Makin Berat
Maka dengan hanya menang 1-0 atas Hong Kong dan sebelumnya kalah 1-2 dari Korea Selatan, ambisi kita untuk lolos ke Olimpiade Atlanta 1996 makin berat tersendat. Apalagi Korea yang sebelum menang atas Indonesia, sudah mengalahkan Hong Kong 5-0.
Peluang makin menciut mengingat dua laga berikut yang akan dilakoni Negeri Ginseng itu digelar di kandang sendiri. Pada 19 Agustus menjamu Hong Kong, dan tiga hari kemudian giliran Indoneisa. Sementara Kurniawan dan kawan-kawan baru dijamu Hong Kong pada 26 Agustus.
Artinya jika Korea nanti menang atas Hong Kong, maka mereka tinggal butuh bermain seri saja dengan Indonesia. Beberapa pengamat juga sudah yakin Korea akan menjuarai grup ini untuk bergabung dengan tujuh juara grup lainnya untuk memperebutkan dua tiket ke Olimpiade.
Walau demikian kita mesti memelihara sikap optimis. Kesempatan sekecil apa pun harus dimanfaatkan. Caranya gampang: mengalahkan Korea dan menang atas Hong Kong! Masih ada waktu sekitar tiga bulan untuk mempersiapkan target penting tersebut.
PSSI Pra Olimpiade harus mengisi waktunya dengan latihan keras untuk menutupi kekurangan, misalnya kekompakan pemain dan menyusun serangan lebih baik. Sayangnya di saat latihan pada 6 Juni nanti di Tavarone, Italia, ada dua pemain inti yang diperkirakan akan telat bergabung, yaitu Kurniawan dan Anang Ma’ruf. Kita memang masih kacau dalam memilih skala prioritas.
Secara umum dia tidak merasa puas. “Saya ndak tahu, kenapa teman-teman bermain begitu gugup dan tergesa-gesa. Padahal (kalau tenang) sebenarnya kita bisa menang besar,” katanya lagi. Melihat penampilan Indonesia melawan Hong Kong, lagi-lagi kelemahan yang paling mencolok adalah saat penyelesaian akhir.
(foto: stefan sihombing)