Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

PSSI U-19: Empat Andalan Berbicara

Indonesia juara Piala Asia junior. Sungguh? Sayang, itu 33 tahun lalu. Tempatnya di Bangkok, tepatnya tahun 1961. Ketika itu di final, Indonesia bermain imbang tanpa gol dengan Burma (kini, Myanmar), untuk kemudian menjadi juara bersama. 
PSSI U-19: Empat Andalan Berbicara
Searah jarum jam: Bima, Indri, Yeyen, Sandy.
Kini di Piala Asia U-19 ke-29 yang akan dipentaskan selama 15 hari di Stadion Utama Senayan, Jakarta, bagaimana peluangnya? Apakah Indonesia, yang diwakili anak-anak PSSI Primavera, bisa merealisasi target ke final, yang artinya akan lolos ke Piala Dunia junior di Nigeria 1995? Berikut beberapa keyakinan tersebut.

KURNIA SANDY (Kiper)

Ini dia kiper terbaik pelajar Asia. Pernah mengenyam latihan langsung dari pelatih kiper AC Milan. Sandy punya reaksi bagus, dan meski bertubuh besar namun badannya lentur. Kemampuannya?

Sudah teruji di Italia, minimal menghadapi bola-bola atas dan pemain yang tinggi besar. Kazakhstan, misalnya, pasti punya penyerang macam itu. Ia merasa kekompakan tim cukup padu. Soal calon lawan, ia berkilah, itu tak terlalu penting dipikirkan. "Pembuktian ada di lapangan!" tandas pemuda kelahiran 24 Agustus 1975 itu dengan singkat.

YEYEN TUMENA (Belakang)

Anak muda kelahiran Indarung, Sumbar, ini mengaku sama sekali tidak memikirkan lawan yang akan dihada pi. Mau dibilang kuat atau lemah, baginya tak masalah. Yang penting, katanya dan rekan-rekannya akan bermain semaksimal mungkin.

"Saya tak banyak tahu kekuatan tim lawan. Paling Qatar, tapi itu pun dari bacaan," tandas Yeyen, pemain asal Semen Padang Pratama ini seadanya. Makanya ia bertekad pertandingan pertama harus dimenangkan. Ia juga punya pesan: dukunglah kami secara positif.

BIMASAKTI TUKIJAN (Gelandang)

Wibawanya sebagai leader tim boleh juga. Tak salah ia dipercaya memegang ban kapten. Pengagum Franco Baresi - karenanya ia kerap memakai nomor punggung 6 - ini tak gentar dari kekuatan tim lawan. Pasalnya kekompakan dan pengalaman bertanding mereka sudah teruji dalam waktu cukup lama.

"Tapi saya menganggap Qatar dan Irak sebagai lawan paling berat di grup kami," ujarnya. Ke final? Bima optimis. Kalau target tercapai, ia menganggap sebagai balas budi tim pada pengurus PSSI dan masyarakat sepak bola.

INDRIANTO NUGROHO (Depan)

Ganteng, nyentrik dan klimis. Namun Indri tiba-tiba menjadi 'binal' setiap masuk kotak penalti lawan. Biasanya diduetkan bersama Kurniawan di depan. Boleh menaruh harapan pada pemuda asal Solo ini. Karena dari dialah gol-gol diharapkan. "Semua tim berat. Kami akan lebih keras berjuang," tandas Indri.

Diakuinya kekuatan lawan masih samar. Tapi, jika rekaman video lawan sudah datang, dari situlah dia berharap dapat mengetahui kelemahan pertahanan lawan. "Bagi saya itu penting jadi tahu karakter dan kebiasaan pemain belakangnya."

(foto: tjandra)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini