Setelah penjaga gawang utama Oliver Kahn cedera, posisi kiper Bayern Muenchen secara otomatis akan digenggam Sven Scheurer. Namun sialnya kiper berambut gondrong itu diusir wasit karena menjadi ‘orang terakhir’ tatkala menjegal gelandang IFK Goteborg, Mikkael Martinsson, yang menyelonong ke kotak penalti saat putaran kedua perempatfinal.
Akhirnya terpaksa pelatih Giovanni Trapattoni memasukkan anak muda berusia 21 tahun ini. Maka untuk pertama kalinya Gospodarek melakukan debut untuk Bayern. Sebuah pengalaman yang mahal bagi Gospodarek. Meski aksinya cukup menawan di awal-awal tampil saat menghadapi tuan rumah di Stadion Ullevi, namun ketenangan Uwe Gospodarek belum maksimal alias masih kikuk, sehingga Goteborg mampu mencetak dua gol ke gawang Bayern.
Hal yang wajar mengingat dia tidak pernah memperkirakan akan tampil secepat ini. Penjaga gawang kelahiran 6 Agustus 1973 ini merupakan kiper termuda diantara empat kiper semifinalis Liga Champion 1994/95. Ia produk asli Bayern, yang kini menjadi tumpuan masyarakat Bavaria khususnya dan Jerman umumnya pada laga berikutnya di Liga Champion.
Mereka menginginkan trofi supremasi antarklub Eropa itu kembali ke bumi Jerman yang terakhir kali direnggut oleh Hamburg SV (Felix Magath dan Horst Hrubesch dkk.) pada 1983. Bermain 90 menit di pertandingan besar sama sekali tidak diperkirakan sebelumnya oleh Gospodarek. “Tapi kini saya mempunyai tanggung jawab yang sama dengan Kahn atau Scheurer dulu,” komentarnya.
Muenchen yang di perempatfinal tidak perkuat Lothar Matthaeus, Alain Sutter, Jean-Pierre Papin, dan Ollie Kahn, makin terdesak lagi dengan bakal absennya striker asal Bulgaria Emil Kostadinov. “Kami hanya mengandalkan kelebihan kepercayaan diri pemain Ajax saja, itu kesempatan bagus bagi kami. Selain itu karakter khas kami akan menjadi senjata ampuh,” kata manajer bisnis Muenchen, Uli Hoeness.
Ajax dan Muenchen adalah pemegang trofi Champion sepanjang 1971-1976. Dengan hadirnya Gospodarek membuat Bayern Muenchen sekarang semakin kaya dengan pemain muda, seperti halnya Ajax Amsterdam.
(foto: ansichtskarten-center)
Akhirnya terpaksa pelatih Giovanni Trapattoni memasukkan anak muda berusia 21 tahun ini. Maka untuk pertama kalinya Gospodarek melakukan debut untuk Bayern. Sebuah pengalaman yang mahal bagi Gospodarek. Meski aksinya cukup menawan di awal-awal tampil saat menghadapi tuan rumah di Stadion Ullevi, namun ketenangan Uwe Gospodarek belum maksimal alias masih kikuk, sehingga Goteborg mampu mencetak dua gol ke gawang Bayern.
Hal yang wajar mengingat dia tidak pernah memperkirakan akan tampil secepat ini. Penjaga gawang kelahiran 6 Agustus 1973 ini merupakan kiper termuda diantara empat kiper semifinalis Liga Champion 1994/95. Ia produk asli Bayern, yang kini menjadi tumpuan masyarakat Bavaria khususnya dan Jerman umumnya pada laga berikutnya di Liga Champion.
Mereka menginginkan trofi supremasi antarklub Eropa itu kembali ke bumi Jerman yang terakhir kali direnggut oleh Hamburg SV (Felix Magath dan Horst Hrubesch dkk.) pada 1983. Bermain 90 menit di pertandingan besar sama sekali tidak diperkirakan sebelumnya oleh Gospodarek. “Tapi kini saya mempunyai tanggung jawab yang sama dengan Kahn atau Scheurer dulu,” komentarnya.
Muenchen yang di perempatfinal tidak perkuat Lothar Matthaeus, Alain Sutter, Jean-Pierre Papin, dan Ollie Kahn, makin terdesak lagi dengan bakal absennya striker asal Bulgaria Emil Kostadinov. “Kami hanya mengandalkan kelebihan kepercayaan diri pemain Ajax saja, itu kesempatan bagus bagi kami. Selain itu karakter khas kami akan menjadi senjata ampuh,” kata manajer bisnis Muenchen, Uli Hoeness.
Ajax dan Muenchen adalah pemegang trofi Champion sepanjang 1971-1976. Dengan hadirnya Gospodarek membuat Bayern Muenchen sekarang semakin kaya dengan pemain muda, seperti halnya Ajax Amsterdam.
(foto: ansichtskarten-center)