Berakhirnya Liga Jepang 1996, langsung membuat masyarakat Jepang mengalihkan perhatian mereka ke tim nasionalnya. Itu karena putaran final Piala Asia di UEA (Uni Emirat Arab), 3-21 Desember, begitu santer digembar-gemborkan oleh media-media Jepang.
Saya menyaksikan langsung latihan terakhir mereka di Yokohama, sekitar sejam dengan kereta peluru Shinkan-sen dari Tokyo, sebelum kesebelasan negeri Matahari Terbit itu berangkat ke Roma, Italia, pekan lalu. Menurut rencana, tim nasional Jepang akan berlatih selama sembilan hari, dan diantaranya akan melakukan uji coba dengan klub Serie A Italia, AS Roma, dan klub Serie C La Borghesiana. Setelah dari Italia mereka langsung ke medan laga di Uni Emirat Arab. Berikut wawancara penulis dengan Shu Kamo, manajer pelatih tim nasional Jepang di sela-sela sesi latihan mereka di Kanagawa Prefecture 222, Yokohama, yang juga markas latihan klub Yokohama Flugels.
Halo Shu Kamo San, saya Arief Natakusumah wartawan sepak bola dari Indonesia, ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada Anda.
Apa kabarnya? Wah, Anda datang jauh dari Indonesia. Bisa sampai ke sini juga? (sambil tertawa kecil). Silakan, apa yang ingin Anda tanyakan.
Mengapa Anda membawa tim ini mengadakan persiapan terakhir di Italia?
Karena saya ingin tim ini mempertahankan gelar. Di Italia, kami mudah mencari lawan tanding yang setara, banyak bintang, yang gunanya untuk menambah pengalaman pemain-pemain kami. Selain itu, praktis, Italia lebih dekat ke UEA ketimbang dari Tokyo.
Anda yakin Jepang akan mempertahankan gelar?
Tentu saja. Keyakinan makin kuat setelah FIFA menempatkan Jepang sebagai negara yang paling tinggi kenaikan peringkatnya bulan ini. (peringkat 20 dunia - Red.).
Padahal di penyisihan saja, Jepang berada di grup keras bersama Suriah, Cina, dan Uzbekistan. Bagaimana?
Saya tetap yakin Jepang menjadi salah satu tim yang lolos ke perempatfinal, serta babak selanjutnya.
Bagaimana penilaian Anda terhadap tim kuat lainnya seperti Korea Selatan atau Arab Saudi?
Pada prinsipnya, saya bukan saja memperhitungkan mereka. Tapi juga seluruh peserta. Memang kami tak semua tahu permainan mereka, namun antisipasi tetap ada. Soal kekuatan, tuan rumah (UAE) kini juga sudah mampu mengimbangi Arab Saudi, bahkan melewati Kuwait. Cina kini juga mulai seimbang dengan kami atau Korsel. Jadi, lihat saja nanti.
Ada banyak pemain baru di tim Anda, apa yang bisa diharapkan dari mereka?
Sebenarnya tak banyak. Tiap mengadakan uji coba, kami memasukkan dua atau tiga pemain baru, yang kami pantau dalam beberapa pertandingan liga. Itu juga tidak cukup karena beberapa diantaranya ada yang cedera. Namun sekarang ke-20 pemain inilah yang paling siap menurut kami.
(Setengah bercanda, saya lalu melepaskan satu pertanyaan ini). Apa pandangan Anda pada Indonesia, yang untungnya beda grup dengan Jepang. Punya peluang?
(Tanpa terkesan meledek, Shu Kamo tersenyum deras, lalu...). Saya sama sekali buta kekuatan tim Anda. Sungguh, saya tidak tidak tahu. Namun ada satu hal yang tidak terlupakan bagi saya sampai sekarang tentang Indonesia: Anda punya stadion nasional yang besar sekali (Stadion Utama Senayan). Itu sangat mengesankan. Saya pernah main di sana, lebih dari 20 tahun lalu.
Oh, saya baru tahu. Oke, sekarang apa target tim nasional Jepang ini ke depan?
Setelah Piala Asia adalah penyisihan Piala Dunia, pada tahun depan. Kali ini kami harus lolos karena Jepang belum pernah sekalipun punya pengalaman tampil di Piala Dunia.
Oke, Shu Kamo San, terima kasih atas waktunya. Sayonara!
Haik, terima kasih!
BELAKANG: Masami Ihara, Norio Omura (Yokohama Marinos), Yutaka Akita, Naoki Soma (Kashima Antlers), Hiroshige Yanagimoto (Sanfrecce Hiroshima), Toshihide Saito (Shimizu S-Pulse), Toshihiro Hattori (Jubilo Iwata).
GELANDANG: Motohiro Yamaguchi, Masakiyo Maezono (Yokohama Flugels). Yasuto Honda (Kashima Antlers), Hiroaki Morishima (Cerezo Osaka), Hiroshi Nanami (Jubilo Iwata), Ryuji Michiki (Sanfrecce Hiroshima).
PENYERANG: Kazuyoshi Miura (Verdy Kawasaky), Takuya Takagi (Sanfrecce Hiroshima), Masayuki Okano (Urawa Reds), Shoji Jo (JEF United Ichihara).
(Yokohama, 27 November 1996. foto: Arief Natakusumah)
Saya menyaksikan langsung latihan terakhir mereka di Yokohama, sekitar sejam dengan kereta peluru Shinkan-sen dari Tokyo, sebelum kesebelasan negeri Matahari Terbit itu berangkat ke Roma, Italia, pekan lalu. Menurut rencana, tim nasional Jepang akan berlatih selama sembilan hari, dan diantaranya akan melakukan uji coba dengan klub Serie A Italia, AS Roma, dan klub Serie C La Borghesiana. Setelah dari Italia mereka langsung ke medan laga di Uni Emirat Arab. Berikut wawancara penulis dengan Shu Kamo, manajer pelatih tim nasional Jepang di sela-sela sesi latihan mereka di Kanagawa Prefecture 222, Yokohama, yang juga markas latihan klub Yokohama Flugels.
Halo Shu Kamo San, saya Arief Natakusumah wartawan sepak bola dari Indonesia, ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada Anda.
Apa kabarnya? Wah, Anda datang jauh dari Indonesia. Bisa sampai ke sini juga? (sambil tertawa kecil). Silakan, apa yang ingin Anda tanyakan.
Mengapa Anda membawa tim ini mengadakan persiapan terakhir di Italia?
Karena saya ingin tim ini mempertahankan gelar. Di Italia, kami mudah mencari lawan tanding yang setara, banyak bintang, yang gunanya untuk menambah pengalaman pemain-pemain kami. Selain itu, praktis, Italia lebih dekat ke UEA ketimbang dari Tokyo.
Anda yakin Jepang akan mempertahankan gelar?
Tentu saja. Keyakinan makin kuat setelah FIFA menempatkan Jepang sebagai negara yang paling tinggi kenaikan peringkatnya bulan ini. (peringkat 20 dunia - Red.).
Padahal di penyisihan saja, Jepang berada di grup keras bersama Suriah, Cina, dan Uzbekistan. Bagaimana?
Saya tetap yakin Jepang menjadi salah satu tim yang lolos ke perempatfinal, serta babak selanjutnya.
Bagaimana penilaian Anda terhadap tim kuat lainnya seperti Korea Selatan atau Arab Saudi?
Pada prinsipnya, saya bukan saja memperhitungkan mereka. Tapi juga seluruh peserta. Memang kami tak semua tahu permainan mereka, namun antisipasi tetap ada. Soal kekuatan, tuan rumah (UAE) kini juga sudah mampu mengimbangi Arab Saudi, bahkan melewati Kuwait. Cina kini juga mulai seimbang dengan kami atau Korsel. Jadi, lihat saja nanti.
Ada banyak pemain baru di tim Anda, apa yang bisa diharapkan dari mereka?
Sebenarnya tak banyak. Tiap mengadakan uji coba, kami memasukkan dua atau tiga pemain baru, yang kami pantau dalam beberapa pertandingan liga. Itu juga tidak cukup karena beberapa diantaranya ada yang cedera. Namun sekarang ke-20 pemain inilah yang paling siap menurut kami.
(Setengah bercanda, saya lalu melepaskan satu pertanyaan ini). Apa pandangan Anda pada Indonesia, yang untungnya beda grup dengan Jepang. Punya peluang?
(Tanpa terkesan meledek, Shu Kamo tersenyum deras, lalu...). Saya sama sekali buta kekuatan tim Anda. Sungguh, saya tidak tidak tahu. Namun ada satu hal yang tidak terlupakan bagi saya sampai sekarang tentang Indonesia: Anda punya stadion nasional yang besar sekali (Stadion Utama Senayan). Itu sangat mengesankan. Saya pernah main di sana, lebih dari 20 tahun lalu.
Oh, saya baru tahu. Oke, sekarang apa target tim nasional Jepang ini ke depan?
Setelah Piala Asia adalah penyisihan Piala Dunia, pada tahun depan. Kali ini kami harus lolos karena Jepang belum pernah sekalipun punya pengalaman tampil di Piala Dunia.
Oke, Shu Kamo San, terima kasih atas waktunya. Sayonara!
Haik, terima kasih!
Skuad Jepang Ke-Piala Asia 1996
KIPER: Nobuyuki Kojima (Bellmare Hiratsuka), Kenichi Shimokawa (JEF United Ichihara), Seigo Narazaki (Yokohama Flugels).BELAKANG: Masami Ihara, Norio Omura (Yokohama Marinos), Yutaka Akita, Naoki Soma (Kashima Antlers), Hiroshige Yanagimoto (Sanfrecce Hiroshima), Toshihide Saito (Shimizu S-Pulse), Toshihiro Hattori (Jubilo Iwata).
GELANDANG: Motohiro Yamaguchi, Masakiyo Maezono (Yokohama Flugels). Yasuto Honda (Kashima Antlers), Hiroaki Morishima (Cerezo Osaka), Hiroshi Nanami (Jubilo Iwata), Ryuji Michiki (Sanfrecce Hiroshima).
PENYERANG: Kazuyoshi Miura (Verdy Kawasaky), Takuya Takagi (Sanfrecce Hiroshima), Masayuki Okano (Urawa Reds), Shoji Jo (JEF United Ichihara).
(Yokohama, 27 November 1996. foto: Arief Natakusumah)