Sebut satu nama jika bergaul dengan masyarakat Jepang: Kazuyoshi Miura, maka siapapun akan menghormati Anda! Mitos ini ternyata berlaku untuk semua warga, baik yang suka atau kurang suka dengan sepak bola.
King Kazu, begitu sapaan intim sang bintang, ternyata mampu mempertahankan reputasinya di mata publik atau insan pers negeri Sakura, empat tahun belakangan ini. Ia mulai populer saat Jepang menjadi juara Asia 1992 di Hiroshima. "Kazu? Dia pemain kesukaan saya. Kehebatannya di atas lapangan, dan juga sifat eksentriknya itu yang saya senangi," tutur Konno Sayaita, seorang sekretaris yang anehnya justru seorang fan klub Nagoya Grampus Eight.
Bersama Ruy Ramos, Tetsuji Hashiratani, dan Tsuyoshi Kitazawa, yang kesemuanya adalah rekannya di Verdy Kawasaky, Kazu mempersembahkan juara tatkala Jepang untuk pertama kalinya tampil di ajang paling elite persepakbolaan Asia itu. "Sulit mencari figur seperti dia, walau kini banyak pemain muda yang menonjol. Apapun yang dilakukannya pasti menjadi berita," kata Michio Koyama, seorang wartawan sepak bola senior.
Dan ketika ia pergi ke Italia untuk bergabung dengan klub Genoa, awal musim kompetisi 1994/95, saat itulah titik kulminasi tertinggi perjalanan kariernya yang dimulai sejak 1985. "Kompetisi Italia adalah impian saya sejak berumur 15 tahun," kilah kapten Verdy ini, sambil tersenyum.
Tim Nasional
Walau Verdy tak mencapai hasil terbaik musim ini di Liga Jepang, sosok Kazu tetap mengusik kalbu Shu Kamo, pelatih kepala tim nasional Jepang. Alasan makin menguat mengingat dukungan publik dan simpati pers terus menebarkan aroma kredibilitas dirinya. Kamo memang memberi kepercayaan kepada Kazu memegang ban kapten. Ia akan menjadi komandan pasukan Jepang di lapangan untuk Piala Asia yang berlangsung di Uni Emirat Arab, 3-21 Desember.
"Ya, dia tetap menjadi andalan kami bukan saja di lini depan tapi juga pemimpin lapangan sebagai modal untuk mengangkat moral bertanding rekannya," ujar Kamo ketika ditanya soal keberadaan Kazu. Hal itu makin terlihat jelas, bagaimana Kazu sering memberi pengarahan pada rekan-rekannya yang lebih muda seperti Takuya Takagi atau Masayuki Okano ketika berlatih.
"Walau masih muda-muda, tapi saya yakin, berkat Kazu mereka bisa mengatasi segala kendala yang ada. Apalagi kami ingin mempertahankan gelar di UEA," kata Kamo lagi. "Beban kami berat, tapi itu harus kami tanggung dan berjuang untuk merebut kemenangan,"kata Kazu optimistis. Buktikanlah Kazu!
(Arief Natakusumah, dari Tokyo)
Tinggi/Berat: 175 cm/72 kg
Posisi: Penyerang
Klub:
1985 XV de Jau (Brasil)
1986 Santos (Brasil)
1986 Matsubara
1987 CRB Alagoas (Brasil)
1988 XV de Jau
1988 Curitiba (Brasil)
1989 Curitiba (Brasil)
1990 Santos (Brasil)
1990 Yomiuri
1991 Yomiuri
1992 Yomiuri
1993 Verdy Kawasaky
1994 Verdy Kawasaky
1995 Genoa (Italia)
1996 Verdy Kawasaky
(foto: theasahishimbun)
King Kazu, begitu sapaan intim sang bintang, ternyata mampu mempertahankan reputasinya di mata publik atau insan pers negeri Sakura, empat tahun belakangan ini. Ia mulai populer saat Jepang menjadi juara Asia 1992 di Hiroshima. "Kazu? Dia pemain kesukaan saya. Kehebatannya di atas lapangan, dan juga sifat eksentriknya itu yang saya senangi," tutur Konno Sayaita, seorang sekretaris yang anehnya justru seorang fan klub Nagoya Grampus Eight.
Bersama Ruy Ramos, Tetsuji Hashiratani, dan Tsuyoshi Kitazawa, yang kesemuanya adalah rekannya di Verdy Kawasaky, Kazu mempersembahkan juara tatkala Jepang untuk pertama kalinya tampil di ajang paling elite persepakbolaan Asia itu. "Sulit mencari figur seperti dia, walau kini banyak pemain muda yang menonjol. Apapun yang dilakukannya pasti menjadi berita," kata Michio Koyama, seorang wartawan sepak bola senior.
Dan ketika ia pergi ke Italia untuk bergabung dengan klub Genoa, awal musim kompetisi 1994/95, saat itulah titik kulminasi tertinggi perjalanan kariernya yang dimulai sejak 1985. "Kompetisi Italia adalah impian saya sejak berumur 15 tahun," kilah kapten Verdy ini, sambil tersenyum.
Tim Nasional
Walau Verdy tak mencapai hasil terbaik musim ini di Liga Jepang, sosok Kazu tetap mengusik kalbu Shu Kamo, pelatih kepala tim nasional Jepang. Alasan makin menguat mengingat dukungan publik dan simpati pers terus menebarkan aroma kredibilitas dirinya. Kamo memang memberi kepercayaan kepada Kazu memegang ban kapten. Ia akan menjadi komandan pasukan Jepang di lapangan untuk Piala Asia yang berlangsung di Uni Emirat Arab, 3-21 Desember.
"Ya, dia tetap menjadi andalan kami bukan saja di lini depan tapi juga pemimpin lapangan sebagai modal untuk mengangkat moral bertanding rekannya," ujar Kamo ketika ditanya soal keberadaan Kazu. Hal itu makin terlihat jelas, bagaimana Kazu sering memberi pengarahan pada rekan-rekannya yang lebih muda seperti Takuya Takagi atau Masayuki Okano ketika berlatih.
"Walau masih muda-muda, tapi saya yakin, berkat Kazu mereka bisa mengatasi segala kendala yang ada. Apalagi kami ingin mempertahankan gelar di UEA," kata Kamo lagi. "Beban kami berat, tapi itu harus kami tanggung dan berjuang untuk merebut kemenangan,"kata Kazu optimistis. Buktikanlah Kazu!
(Arief Natakusumah, dari Tokyo)
Data Diri
Lahir: Shizuoka, 26 Februari 1967Tinggi/Berat: 175 cm/72 kg
Posisi: Penyerang
Klub:
1985 XV de Jau (Brasil)
1986 Santos (Brasil)
1986 Matsubara
1987 CRB Alagoas (Brasil)
1988 XV de Jau
1988 Curitiba (Brasil)
1989 Curitiba (Brasil)
1990 Santos (Brasil)
1990 Yomiuri
1991 Yomiuri
1992 Yomiuri
1993 Verdy Kawasaky
1994 Verdy Kawasaky
1995 Genoa (Italia)
1996 Verdy Kawasaky
(foto: theasahishimbun)