Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Ajax, Raksasa Mati yang Hidup Kembali

Keperkasaan Ajax di Liga Belanda sungguh mengagumkan. Sampai minggu ke-21, mereka belum juga terkalahkan. Bukan tidak mungkin, sukses tahun lalu, sebagai juara Liga Belanda, kembali akan diraih tim yang dilatih oleh Louis van Gaal ini.
Ajax, Raksasa Mati yang Hidup Kembali
Era keemasan kedua Ajax Amsterdam di Eropa pada 1992-1996
Dan yang paling utama mereka mencoba merebut kembali Piala Champion yang terakhir direbut 22 tahun lalu. Pada Ahad lalu tanpa tujuh pemain intinya Ajax memukul Feyenoord 4-1 dalam lanjutan Liga Belanda. Kekuatan Ajax sungguh dahsyat. Mengingat sebagian besar pemainnya, kecuali Frank Rijkaard dan Danny Blind, merupakan pemain muda. Bayangkan rata-rata usia mereka 23 tahun.

“Membina mereka lebih mudah, lebih menguntungkan, dan lebih cepat mendapatkan hasil,” kata Van Gaal dengan yakin. Pertahanan mereka digalang rapi oleh defender nasional yang juga kapten tim, Danny Blind, dan Rijkaard serta dibantu oleh Edgar Davids, Nwankwo Kanu dan pemain nasional lainnya, Clarence Seedorf. Semuanya membentengi penjaga gawang muda Edwin van der Sar.

Kesolidan tampak pada lini tengah mereka. Jangkar Ronald De Boer dan Marc Overmars, yang telah menyatu di tim nasional, amat berpengaruh dalam pengkontribusian serangan Ajax. Duo ini yang ditambah Finidi George dan Peter van Vossen dianggap sebagai otak penyerangan Ajax yang terus mengalirkan bola pada duo bomber John van den Broem dan Patrick Kluivert.

Formasi ini adalah terbaik bagi klub yang dijagokan pada Piala Champion mendatang. AC Milan pernah merasakan betapa tajamnya pisau serangan mereka, terbukti dengan tumbangnya mereka dua kali dengan skor 0-2, di Amsterdam dan di Trieste. Begitu membicarakan klub ini, satu pertanyaan klasik pun muncul. Apa kiat Ajax sehingga para pemainnya rata-rata terampil, piawai, dan laku di pasaran?

Lambang Kekuatan
Ajax, Raksasa Mati yang Hidup Kembali
Era keemasan pertama Ajax Amsterdam di Eropa pada 1970-1973
Ajax adalah lambang kekuatan regenerasi sepak bola yang fenomenal. Setelah masa Johan Cruijff, Johnny Rep, Ruud Krol atau Johan Neeskens, yang menyambar Piala Champion tiga kali berturut-turut di 1970/71, 1971/72 dan 1972/73, dominasi kebintangan mereka diteruskan Marco van Basten, Frank Rijkaard, Aron Winter, John Bosman, Arnold Muhren, Jan Wouters, Sonny Silooy, John van’t Schip, yang kadarnya kebintangannya rada di bawah Cruijff cs.

Ajax kembali memunculkan nama-nama penyambung kedigdayaan dengan munculnya generasi awal 1990-an, Dennis Bergkamp, Wim Jonk, sampai Bryan Roy yang berlanjut pada generasi Patrick Kluivert, Clarence Seedorf, Frank De Boer, Marc Overmars, dan lain-lain.

Secara historis, selain diandalkan De Amsterdammers, hampir pasti mereka semuanya itu juga melakoni tugas sebagai pemain nasional Belanda. “Tanpa pemain Ajax, Belanda tak akan memenangi peperangan,” ucap Michael van Praag, ketua klub Ajax, tanpa bermaksud sombong. Bahkan nama besar rombongan dari PSV Eindhoven seperti Ronald Koeman, Wim Kieft atau Gerald Vanenburg awalnya dididik dulu di Jalan Middenweg Nomor 401, Amsterdam, yang notabene adalah markas besar Ajax.

Ajax, Raksasa Mati yang Hidup Kembali
Dua kapten bekas seperguruan, Danny Blind (Ajax) dan Ronald Koeman (PSV).
Prioritas Menyerang

Pada sisi lain, Ajax ternyata lebih merupakan sebuah akademi sepak bola di samping sebagai sebuah klub yang sudah mahsyur di dunia. Mereka adalah mesin yang mendewasakan teknik dan permainan sepak bola para bocah. Maka tak mengherankan para alumninya rata-rata masih berusia muda namun mempunyai teknik yang amat memukau. Ya, mengapa?

Simaklah pengakuan mantan pemain sekaligus pelatihnya, yaitu Johan Cruijff. “Kunci permainan Ajax adalah penguasaan ruang dan kontrol bola yang sebisa mungkin harus sempurna. Hanya pemain berkarakter impresif yang akan dimainkan. Oleh sebab itu mereka lebih menyukai pemain muda karena lebih cepat dan bertenaga. Dan ingat, daya serang mereka juga lebih bagus dari cara bertahannya.”

Ada lagi? “Di sini kekuatan teknik lebih diprioritaskan ketimbang fisik. Persentasenya sekitar 70-30,” ungkap mantan pelatih Ajax, Leo Beenhakker. “Saya ke sini bukan untuk bertanding tapi belajar,” tambah Jari Litmanen, yang asal Finlandia, negeri tanpa tradisi sepak bola.

Benarkah? Ya, karena ideologi Ajax Amsterdam adalah ‘pertahanan terbaik adalah menyerang’. Tak heran jika lahirnya konsep permainan radikal totaal voetbal juga berasal dari klub ini. Jangan lupa, idiom mereka bahwa sepak bola adalah seni menyerang, benar-benar diterapkan hingga kini.

DATA KLUB
Nama Asli: Amsterdamsche Football Club (AFC) Ajax
Nama Beken: Ajax Amsterdam
Julukan: De Amsterdammers, De Godenzonen (anak-anak Dewa), De Joden (Yahudi), I Lancieri (Penombak), Lucky Ajax
Berdiri: 18 Maret 1900
Stadion: De Meer (20.000)
Alamat: Middenweg 401 Postbus 41885 AV Amsterdam 1098
Sponsor: ABN-Amro Bank
Presiden: Michael van Praag
Pelatih: Louis van Gaal
Prestasi: Juara Liga Belanda (24 kali): 1917/18, 1918/19, 1930/31, 1931/32, 1933/34, 1936/37, 1938/39, 1946/47, 1956/57, 1959/60, 1965/66, 1966/67, 1967/68, 1969/70, 1971/72, 1972/73, 1976/77, 1978/79, 1979/80, 1981/82, 1982/83, 1984/85, 1989/90, 1993/94; Juara Piala Liga (12): 1916/17, 1942/43, 1960/61, 1966/67, 1969/70, 1970/71, 1971/72, 1978/79, 1982/83, 1985/86, 1986/87, 1992/93; Juara Piala Winner (1): 1986/87;  Juara Piala Champion (3): 1970/71, 1971/72, 1972/73; Juara Piala Super Eropa (2): 1971/72, 1972/73; Juara Dunia antarklub (1971/72).
Skuad 1994/95: Kiper – Edwin van Der Sar (23), Fred Grimm (29); Bek – Danny Blind (33), Frank De Boer (24), Sonny Silooy (30), Michael Reiziger (21), Mendel Witzenhausen (21), Winston Bogarde (20); Gelandang – Clarence Seedorf (18), Tarek Oulida (20), Frank Rijkaard (31), Edgar Davids (21), Olaf Lindenbergh (20), Finidi George (24); Penyerang – Ronald De Boer (24), John van den Broem (27), Peter van Vossen (26), Jari Litmanen (23), Marc Overmars (21), Clyde Wijnhard (21), Patrick Kluivert (18), Martin Reuser (19), Nordin Wooter (18).

(foto: licencetoroam.net/betweters.nl/pinterest)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini