Pepatah di atas bisa jadi sekarang sedang dilakoni Liga Amerika Serikat yang lebih kondang disebut MLS (Major League Soccer). Kompetisi tetap berjalan, walau gebyarnya disaingi berat oleh sepak bola Olimpiade. Bukti bahwa masyarakat Amerika getol menonton pertandingan olah raga tidak terbantahkan lagi.
Panggung bisnis olah raga di AS merupakan salah satu industri papan atas. Apapun yang terjadi, mau negaranya lagi perang, krisis ekonomi sampai bencana alam yang namanya olah raga jalan terus. Termasuk sepak bola, dalam hal ini Kompetisi MLS. Hebatnya lagi, klub-klub MLS seolah tidak ada masalah berarti walau sebagian pemainnya bertugas untuk negara di Olimpiade. Hasil terbagus mungkin ditoreh Tampa Bay Mutiny.
Dalam selang waktu tiga hari, mereka mampu merengkuh dua kemenangan walau dua pemain intinya, Frankie Hejduk dan Nelson Vargas, dipinjam tim nasional AS. Mutiny, yang ditunggangi kapten nasional Kolombia Carlos Valderrama dan striker asal Italia Giuseppe Galderisi, telah membuat tim tuan rumah Colorado Rapids meringis akibat disabet 3-1 dalam laga di Stadion Mile High, Senin lalu. Tiga hari sebelumnya mereka juga menuai kejayaan dengan menggulung Kansas City Wiz 3-2 di kandang sendiri.
Dua gol yang membelah gawang Rapids yang dijaga mantan kiper utama tim nasional Inggris Chris Woods, merupakan assist matang Valderrama di menit 24 dan 76, yang dimanfaatkan Roy Lassiter dan Galderisi. Sementara itu, solo run Steve Raltson di menit 72, membuat semangat 6.320 penonton tuan rumah padam kembali yang sempat bangkit setelah Matt Kmosko membuat satu gol balasan, 11 menit sebelumnya.
Roberto Donadoni
Dengan hasil ini Mutiny terus mempertahankan rekornya sebagai satu-satunya klub yang belum pernah melakukan adu penalti, alias seri di 90 menit dari 18 kali pertarungannya. Seperti diketahui, lantaran orang Amerika tidak mengenal hasil imbang dalam olah raganya, sepak bola juga terkena imbasnya. Atas seizin FIFA, MLS melakukan perhitungan poin tersendiri dengan menghapus hasil seri. Begitu laga 90 menit usai dan poinnya imbang, secara otomatis wasit akan menggelar Shoot-Out Wins (SOW), semacam adu penalti.
Hingga saat ini Mutiny yang dilatih Thomas Rongen, terus berada di posisi puncak wilayah Timur. Mereka unggul jauh dari saingan terdekatnya DC United. Yang mulai makin seru terjadi di wilayah Barat di mana saat bersamaan keperkasaan Los Angeles Galaxy - yang turun tanpa kiper asal Meksiko Jorge Campos - muncul lagi sesudah melabrak tim elite New York MetroStars di kandangnya sendiri, Stadion Giants, dengan skor telak 3-0.
Padahal saat itu tuan rumah diperkuat Tony Meola dan Tab Ramos serta bintang barunya asal AC Milan, Roberto Donadoni. Kemenangan ini bisa disebut sebagai pelipur lara Cobi Jones dkk. setelah empat hari sebelumnya 'dibakar' Dallas Burn 5-2. Perjalanan Galaxy sendiri di wilayah Barat agaknya mulai seret. Posisi mereka terus diburu oleh San Jose Clash dan Burn, yang sama-sama menuai nilai 28.
Pergelaran MLS yang dimulai 6 April lalu, memang masih panjang karena baru akan berakhir 22 September mendatang. Semua kemungkinan masih bisa terjadi. Namun satu hal yang menggembirakan, tentunya animo masyarakat yang terus terjaga, walau terganggu oleh adanya Olimpiade. Luar biasa.
KLASEMEN SEMENTARA (hingga 22/7)
(foto: sportlogos/footyfair/nytimes)
Panggung bisnis olah raga di AS merupakan salah satu industri papan atas. Apapun yang terjadi, mau negaranya lagi perang, krisis ekonomi sampai bencana alam yang namanya olah raga jalan terus. Termasuk sepak bola, dalam hal ini Kompetisi MLS. Hebatnya lagi, klub-klub MLS seolah tidak ada masalah berarti walau sebagian pemainnya bertugas untuk negara di Olimpiade. Hasil terbagus mungkin ditoreh Tampa Bay Mutiny.
Dalam selang waktu tiga hari, mereka mampu merengkuh dua kemenangan walau dua pemain intinya, Frankie Hejduk dan Nelson Vargas, dipinjam tim nasional AS. Mutiny, yang ditunggangi kapten nasional Kolombia Carlos Valderrama dan striker asal Italia Giuseppe Galderisi, telah membuat tim tuan rumah Colorado Rapids meringis akibat disabet 3-1 dalam laga di Stadion Mile High, Senin lalu. Tiga hari sebelumnya mereka juga menuai kejayaan dengan menggulung Kansas City Wiz 3-2 di kandang sendiri.
Dua gol yang membelah gawang Rapids yang dijaga mantan kiper utama tim nasional Inggris Chris Woods, merupakan assist matang Valderrama di menit 24 dan 76, yang dimanfaatkan Roy Lassiter dan Galderisi. Sementara itu, solo run Steve Raltson di menit 72, membuat semangat 6.320 penonton tuan rumah padam kembali yang sempat bangkit setelah Matt Kmosko membuat satu gol balasan, 11 menit sebelumnya.
Roberto Donadoni
Dengan hasil ini Mutiny terus mempertahankan rekornya sebagai satu-satunya klub yang belum pernah melakukan adu penalti, alias seri di 90 menit dari 18 kali pertarungannya. Seperti diketahui, lantaran orang Amerika tidak mengenal hasil imbang dalam olah raganya, sepak bola juga terkena imbasnya. Atas seizin FIFA, MLS melakukan perhitungan poin tersendiri dengan menghapus hasil seri. Begitu laga 90 menit usai dan poinnya imbang, secara otomatis wasit akan menggelar Shoot-Out Wins (SOW), semacam adu penalti.
Hingga saat ini Mutiny yang dilatih Thomas Rongen, terus berada di posisi puncak wilayah Timur. Mereka unggul jauh dari saingan terdekatnya DC United. Yang mulai makin seru terjadi di wilayah Barat di mana saat bersamaan keperkasaan Los Angeles Galaxy - yang turun tanpa kiper asal Meksiko Jorge Campos - muncul lagi sesudah melabrak tim elite New York MetroStars di kandangnya sendiri, Stadion Giants, dengan skor telak 3-0.
Padahal saat itu tuan rumah diperkuat Tony Meola dan Tab Ramos serta bintang barunya asal AC Milan, Roberto Donadoni. Kemenangan ini bisa disebut sebagai pelipur lara Cobi Jones dkk. setelah empat hari sebelumnya 'dibakar' Dallas Burn 5-2. Perjalanan Galaxy sendiri di wilayah Barat agaknya mulai seret. Posisi mereka terus diburu oleh San Jose Clash dan Burn, yang sama-sama menuai nilai 28.
Pergelaran MLS yang dimulai 6 April lalu, memang masih panjang karena baru akan berakhir 22 September mendatang. Semua kemungkinan masih bisa terjadi. Namun satu hal yang menggembirakan, tentunya animo masyarakat yang terus terjaga, walau terganggu oleh adanya Olimpiade. Luar biasa.
KLASEMEN SEMENTARA (hingga 22/7)
WILAYAH
TIMUR
Klub
|
Main
|
Menang
|
Kalah
|
SOW
|
Gol
|
Nilai
|
Mutiny
|
18
|
11
|
7
|
0
|
(38-29)
|
33
|
United
|
19
|
8
|
11
|
1
|
(34-34)
|
22
|
MetroStars
|
18
|
8
|
10
|
3
|
(21-27)
|
18
|
Revolution
|
17
|
9
|
8
|
5
|
(23-26)
|
17
|
Crew
|
19
|
5
|
14
|
2
|
(37-48)
|
11
|
WILAYAH
BARAT
Klub
|
Main
|
Menang
|
Kalah
|
SOW
|
Gol
|
Nilai
|
Galaxy
|
17
|
13
|
4
|
2
|
(36-24)
|
35
|
Clash
|
18
|
10
|
8
|
1
|
(32-27)
|
28
|
Burn
|
21
|
12
|
9
|
4
|
(33-32)
|
28
|
Wiz
|
21
|
10
|
11
|
2
|
(37-40)
|
26
|
Rapids
|
20
|
8
|
12
|
1
|
(32-36)
|
22
|
TOP-SCORER
Pemain/Klub
|
Main
|
Gol
|
Raul Diaz Arce (DC United)
|
18
|
14
|
Roy Lassiter (Mutiny)
|
17
|
13
|
Eduardo Hurtado (Galaxy)
|
14
|
12
|
Giovanni Savarese (MetroStars)
|
15
|
12
|
Cobi Preki Jones (Wiz)
|
21
|
12
|
Steve Rammel (DC United)
|
16
|
11
|
Paul Bravo (Clash)
|
17
|
11
|
Brian McBride (Crew)
|
16
|
10
|
Jason Kreis (Burn)
|
21
|
10
|
Pete Marino (Crew)
|
17
|
9
|