Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Milan vs Ajax, 26 Tahun Lalu...

Sejarah kadang terulang, demikian ucapan orang-orang bijak. Begitu juga yang terjadi pada final Liga Champion tahun ini. AC Milan, yang begitu harum di era 1990-an, sebelumnya pernah dijajal oleh Ajax Amsterdam, penguasa sepak bola Eropa awal 1970-an. 

Keduanya bertemu pada final European Cup di Santiago Bernabeu, Madrid, Spanyol, 26 tahun lalu, tepatnya Rabu, 28 Mei 1969. Menjelang tahun 1970-an, kekuatan baru klub-klub asal Belanda mencapai puncaknya seiring dengan perkembangan aplikasi baru permainan, totaal voetbal. Lewat permainan super menyerang inilah, Ajax – kekuatan baru itu – mencoba menerobos dominasi Real Madrid, Benfica, Milan, dan Internazionale atau Manchester United.

Namun apesnya, di final mereka harus bertemu Milan, yang saat itu juga sedang jaya-jayanya. Bukan itu saja, Milan juga dipenuhi pemain-pemain yang tengah mencapai golden age. Antara lain, The Italian Golden Boy waktu itu, penyerang Gianni Rivera, gelandang Giovanni Trapattoni, serta tiga pemain asing, Karl-Heinz Schnellinger (Jerman), Angelo Sormani (Brasil), dan Kurt Hamrin (Swedia), serta kiper nasional Italia, Fabio Cudicini. Berikut skuad lengkap AC Milan 1968/69.

Kiper: Pierangelo Belli (29/07/1944), Fabio Cudicini (20/10/1935), Villiam Vecchi (28/12/1948)
Bek: Angelo Anquilletti (25/04/1943), Bruno Baveni (15/12/1939), Luigi Maldera (19/01/1946), Paolo Montanari (24/09/1944), Roberto Rosato (18/08/1943), Nello Santin (03/07/1946), Karl-Heinz Schnellinger (Jerman, 31/03/1939)
Gelandang: Roberto Casone (13/02/1951), Romano Fogli (21/01/1938), Saul Malatrasi (17/02/1939), Gianni Rivera (18/08/1943), Giorgio Rognoni (26/10/1946), Nevio Scala (22/11/1947), Giovanni Trapattoni (17/03/1939)
Penyerang: Angelo Sormani (Brasil, 03/07/1939), Kurt Hamrin (Swedia, 19/11/1934), Giovanni Lodetti (10/08/1942), Desiderio Marchesi (24/07/1950), Angelo Marchi (28/02/1950), Bruno Mora (29/03/1937), Carlo Petrini (29/03/1948), Pierino Prati (13/12/1946), Silvano Villa (13/08/1951)
Pelatih: Nereo Rocco (20/05/1912)

Keduanya bertemu setelah melewati penyisihan dengan susah payah. Saat itu yang paling difavoritkan justru Benfica dan juara bertahan Manchester United. Di perempatfinal, Milan menyingkirkan Glasgow Celtic dengan 0-0 dan 1-0. Sementara Ajax menggulingkan Benfica dengan skor 3-0, hasil play-off (tarung ulang penentuan) di Stadion Parc Des Princes, Paris. Sebelumnya, kedua klub top itu saling mengalahkan 1-3 dan 3-1, baik di Lisbon maupun di Amsterdam.

Milan berhasil lolos ke final meski sempat kalah 0-2 dari Manchester United di Old Trafford. Namun kemudian mereka membalas lebih meyakinkan dengan skor 3-0 di San Siro. Hasil serupa dialami Ajax. Menang atas Spartak Trnava, juara Cekoslowakia, di kandang, dan kalah saat tandang.

Faktor Pengalaman

Pada 28 Mei 1969, sekitar 50.000 penonton di Bernabeu menjejali stadion untuk menunggu aksi bintang muda, sayap kiri berusia 22 tahun, yang dijuluki De Jong Prins bernama Johan Cruijff. Pemuda ini diramal akan menjadi bintang masa depan sepak bola Eropa. Aksi pemuda berambut gondrong ini menjadi komplit sebab pada waktu mendapat dukungan para skuad Ajax 1968/69 yang sebelumnya menjuarai Liga Belanda.

Kiper: Gert Bals (18/10/1936), Heinz Stuy (06/02/1945)
Bek: Barry Hulshoff (30/09/1946), Ruud Krol (24/03/1949), Gerrie Muhren (02/02/1946), Ton Pronk (21/05/1941), Wim Suurbier (16/01/1945), Ruud Suurendonk (09/07/1943), Theo van Duivenbode (01/11/1943), Velibor Vasoviec (Yugoslavia, 03/10/1939)
Gelandang: Johan Cruijff (25/04/1947), Inge Danielsson (Swedia, 14/06/1941), Arie Haan (16/11/1948), Bennie Muller (14/08/1938), Sjaak Swart (03/07/1938)
Penyerang: Henk Groot (22/04/1938), Piet Keizer (14/06/1943), Klaas Nuninga (07/11/1940)
Pelatih: Rinus Michels (09/02/1928)
Milan vs Ajax, 26 Tahun Lalu...
Tekling telat dari Giovanni Trapattoni pada Johan Cruijff.
Publik terkesima menyaksikan Cruijff mengoyak-ngoyak pertahanan Milan yang dikomandoi oleh Trapattoni. Pada menit ke-61, aksi individu Cruyff yang menawan itu distop Trapattoni lewat pelanggaran di kotak penalti. Akibatnya, Milan dihukum penalti oleh wasit Ortiz de Mendibil (Spanyol). Tendangan penalti sukses dieksekusi oleh kapten Ajax asal Yugoslavia, Velibor Vasoviec.

Ajax tampil memikat lewat sepak bola menyerang arahan pelatih Rinus Michels. Namun pengalaman menentukan hasil. Milan meraih akhirnya meraih kemenangan 4-1. Saat itu, klub-klub Italia terkenal memainkan sistem pertahanan yang luar biasa ketat, yang disebut dengan catenaccio. Milan pun memainkannya meski tidak sekuat klub penemunya, Inter, yang dilatih pria ber-KTP dan berdarah Argentina/Italia/Spanyol bernama Hellenio Herrera.

Catenaccio mempunyai senjata yang memusnahkan berupa serangan balik nan cepat. Faktor inilah yang membuat Ajax kalah telak, meskipun mereka menguasai permainan. Gol-gol Milan dibuat oleh hattrick Pierino Prati di menit 7, 39, dan 74, serta sebuah gol Andrea Sormani di menit 66.

Kini sejarah usang itu akan terulang kembali di Stadion Ernst Happel, Wina, Austria, pada Rabu 24 Mei mendatang. Masih dengan kondisi yang tak jauh berbeda. Faktor pengalaman tetap menjadi andalan Milan. Namun, secara teknis Ajax lebih diunggulkan. Mereka pernah membuktikan saat dua kali menggulung Milan 2-0 di babak penyisihan.

FINAL PIALA CHAMPION 1994/95

Waktu: Rabu, 24 Mei 1995
Tempat: Stadion Ernst Happel, Wina

Skuad Lengkap Ajax Amsterdam 1994/95 

Kiper: Edwin van der Sar (23 tahun), Fred Grimm (29)
Bek: Danny Blind (33), Frank de Boer (24), Sonny Silooy (30), Michael Reiziger (21), Mendel Witzenhausen (21), Winston Bogarde (20)
Gelandang: Clarence Seedorf (18), Tarek Oulida (20), Frank Rijkaard (31), Edgar Davids (21), Olaf Lindenbergh (20), Finidi George (Nigeria, 24), Jari Litmanen (Finlandia, 23)
Penyerang: Ronald de Boer (24), Nwankwo Kanu (Nigeria, 19), John van den Broem (27), Peter van Vossen (26), Marc Overmars (21), Clyde Wijnhard (21), Patrick Kluivert (19), Martin Reuser (19), Nordin Wooter (19)
Pelatih: Louis van Gaal (44 tahun)

Skuad Lengkap AC Milan 1994/95

Kiper: Sebastiano Rossi (30 tahun), Mario Ielpo (32)
Bek: Franco Baresi (35), Alessandro Costacurta (29), Marcel Desailly (Prancis, 26), Filippo Galli (32), Paolo Maldini (27), Stefano Nava (26), Alessandro Orlando (25), Christian Panucci (22), Mauro Tassotti (35)
Gelandang: Demetrio Albertini (23), Zvonimir Boban (Yugoslavia, 26), Angelo Carbone (27), Fernando De Napoli (31), Roberto Donadoni (31), Stefano Eranio (28), Gianluigi Lentini (26), Dejan Savicevic (Yugoslavia, 29), Giovanni Stroppa (27)
Penyerang: Paolo Di Canio (27), Alessandro Melli (25), Daniele Massaro (34), Marco Simone (26), Marco van Basten (Belanda, 29)
Pelatih: Fabio Capello (49 tahun)

(foto: magliarossonera/sport660/expert football/fifa/twitter)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini