Selain itu, penyisihan Piala Afrika menjadi berkah keduanya. Sebab absennya Agent Sawu, striker utama Luzern, yang harus membela Zimbabwe melawan Lesotho, membuka jalan bagi Ade untuk tampil sebagai starter untuk pertama kalinya. Penampilan perdana Kurniawan itu malah membawa berkah sebab dia sukses mengisi posisi Sawu dengan gol perdananya bagi Luzern.
Gol itu lahir berkat instingnya sebagai penyerang, posisi yang diidamkannya. Permainan Kurniawan pun jadi memukau, bahkan ia bisa dianggap sebagai bintang Luzern dalam laga berstatus big-match bagi tuan rumah itu. Bermula dari tendangan Urs Gustenberger ke gawang Basel di menit 20, bola yang diblok kerumunan pemain belakang lawan mental ke arah Kurniawan. Walau ditempel ketat bek Basel, namun secara refleks anak Magelang ini masih bisa menyundul bola liar tersebut. Cara menyundulnya pun, oleh beberapa pengamat di sana, dianggap brilian. Kurniawan menyundul bola sambil membelakangi gawang.
Hujan Pelukan
Stefan yang menyaksikan langsung momen bersejarah bagi seorang anak Indonesia dari pinggir lapangan pun setengah tak percaya. Lebih-lebih Kurniawan sendiri. Sedetik kemudian baru dia percaya bola sundulannya itu bersarang di gawang Basel. Tak ayal lagi luapan kegembiraan pun dilakukan Kurniawan. Ia meluncur ke tepi lapangan dengan kedua tangan di depan, seperti orang berenang. Beberapa rekannya juga ikut meluncur mendampinginya.
Setelah gol itu, pecah keriuhan luar biasa di Allmend. Gemuruh penonton berbaur dengan tabuhan genderang dan lambaian spanduk suporter tuan rumah. Luar biasa suasananya. Sebagian dari mereka ada yang berteriak, “Kurni! Kurni!”. Itu pasti penonton asal Indonesia. Dan sebagian lagi yang orang Swiss pendukung FC Luzern berteriak,”Yulianto!”. Bahkan ada yang menyebut, ”Indonesia! Indonesia!”
Walau beberapa menit menjelang usai ditarik keluar oleh pelatih Jean-Paul Brigger, namun hampir dipastikan malam itu menjadi malam kenangan yang tak terlupakan bagi Kurniawan. Raut mukanya terlihat kepuasan. Kebahagiaan para pemain Luzern dan juga Kurniawan kian lengkap sebab setiap pemain mendapat bonus 1.000 Franc Swiss atau sekitar Rp 1,9 juta.
Ade sangat bersyukur bisa tampil di laga melawan Basel, klub top Swiss yang mengilhami berdirinya FC Barcelona di Spanyol tersebut. Laga full house sebab disesaki 26.100 penonton sesuai kapasitas Stadion Allmend.
“Basel itu musuh bebuyutan Luzern. Makanya saat itu ada juga keributan antar suporter,” jelas Kurniawan yang bakal populer di kota itu. Ade benar, karena menurut laporan Stefan, memang banyak petasan yang sengaja dilemparkan suporter Basel ke kubu lawannya. Untungnya keributan tak melebar ke luar stadion. Tanpa diladeni, suporter Basel pun akhirnya punya musuh mendadak: polisi dan petugas keamanan.
Diwawancarai TV
Setelah pertandingan malam itu, Brigger dan presiden klub Romano Simioni menyalami dan memeluknya erat. “Bagus, bagus! Kamu main sangat bagus! Begitu seharusnya kamu bermain,” puji Brigger.
Pertandingan itu juga ternyata disiarkan langsung oleh sebuah stasiun televisi di Swiss. Oleh stasiun TV ini, Kurniawan sempat diwawancarai. Pulang pertandingan ia masih mendapat ucapan selamat dari teman-temannya. Malamnya sebelum tidur, pikiran Kurniawan menerawang jauh mengenang saat-saat indah itu.
Ia juga mengaku belum yakin apakah dirinya bakal menjadi penyerang utama Luzern. Yang pasti, rencana terdekatnya adalah mengunjungi Tavarone, Italia, untuk bergabung dengan rekan-rekannya yang sedang digodok di markas PSSI Primavera itu.
Selama di Luzern, Stefan sempat diajak jalan-jalan oleh Kurniawan menikmati kota Luzern. Makan bersama di restoran Italia, bahkan baik boat mengelilingi Danau Luzern. Dalam satu obrolan, Kurniawan sering menanyakan perkembangan Liga Indonesia. Bagaimana kecap dan sambal itu, Kur? Apakah gara-gara itu jadi bermain bagus dan mencetak gol?
“Ndak tahulah, Mas. Yang pasti sudah lama saya ingin sekali kecap manis, karena kebanyakan kecap di sini kecap manis. Karena kebiasaan masak mie instan buatan Muangthai kalau malam, eh jadi ingat kecap lalu kepengen. Terima kasih ya tas oleh-olehnya,” tutur Kurniawan sambil bergurau.
(foto: Stefan Sihombing, dari Swiss)