Bertie Vogts makin di atas angin. Setelah berhasil menahan badai goncangan yang menerpa kariernya sebagai pelatih nasional, ia makin berkarya. Vogts dianggap sukses melakukan regenerasi pada tim nasional Jerman.
Banyak pengamat yang mengatakan bahwa hal itu, lagi-lagi, telah mengubur dendam publik atas kegagalannya di Piala Eropa 1992 dan Piala Dunia 1994 lalu. Piala Eropa 1996 adalah kesempatan ketiga bagi mantan bek kanan Jerman Barat 1967-1978 itu untuk mengukir prestasi nyata. Bisa jadi inilah kesempatan terakhirnya. Berhasilkah dia?
“Membangun tim nasional itu jauh lebih sulit daripada membangun klub. Di sini faktor mental dan kemampuan pemain saya nilai sama kuatnya, fifty-fifty,” ujar Vogts agak klise. Tapi fakta berbicara. Lepas dari hasil mengecewakan di Amerika itu, pelan tapi pasti ia dianggap tetap berhasil mematok tim ‘Panzer’ sebagai kekuatan sepak bola di dunia. Tapi apa buktinya?
Paling tidak pada penyisihan Piala Eropa kali ini, Jerman, yang akan bertemu lagi dengan Bulgaria di Grup 7 terlihat tangguh dan masih dominan. Mereka hanya kalah produktif dari Hristo Stoichkov dkk. yang menempati peringkat pertama. Namun hampir pasti, satu tempat putaran final di Inggris tahun depan, akan dimiliki mereka. Siapa yang berani memungkirinya?
Menjelang pertandingan melawan Wales di Duesseldorf, Rabu (26/4) mendatang, Vogts tetap mencanangkan kemenangan sekaligus upaya pematangan timnya. “Meski kini sedang anjlok, mereka sering menyulitkan kami seperti yang diperlihatkan sebelumnya,” ujar Vogts tentang calon lawannya itu.
Mehmet Scholl
Rasanya Vogts belum lupa tatkala timnya dipermalukan 0-1 di Cardiff pada penyisihan Piala Eropa 1992 silam. Satu lagi catatan, Jerman selalu mengalami kesulitan jika menghadapi tim-tim asal Britania. Tampaknya mereka alergi terhadap gaya kick and rush. Dalam pemanasan Piala Dunia 1994, Mei tahun lalu, Jerman juga dihantam 0-2 oleh Irlandia.
Tak ada pilihan lain. Timnya harus betah meladeni ‘gaya Inggris’ dan Wales adalah lawan yang setimpal. “Seri, apalagi kalah, makin membuat citra kita runtuh di kaki mereka,” sambungnya. Apalagi tidak mustahil, Inggris, Irlandia, atau Skotlandia, kalau lolos akan mereka hadapi di putaran final tahun depan.
Khusus menghadapi Wales, Vogts memasukkan debutan lagi. Kali ini gelandang Freiburg, Joerg Heinrich. Sebelumnya, pelatih kelahiran 30 Desember 1946 ini telah membuat kejutan dengan memanggil Mehmet Scholl, playmaker muda yang sedang naik daun di Bayern Muenchen.
Khusus soal Scholl, tampaknya Vogts melalukan terobosan baru yang terbilang berani. Maklum, pemain kelahiran 16 Oktober 1970 itu adalah seorang pemuda keturunan Turki, yang bukan asli ras ‘Arya’. Bisa jadi hal ini sebagai taktik baru Vogts di luar lapangan untuk meredam amarah publik yang semula menginginkan dipanggilnya kembali gelandang flamboyan Stefan Effenberg.
Wales juga bersiap menghadapi peperangan. Pelatih Mike Smith telah menyiapkan empat penyerang nan tanggung di Liga Inggris, Ian Rush (Liverpool), Dean Saunders (Aston Villa), Mark Hughes (Manchester United), serta Ryan Giggs (Manchester United).
“Kami masih mengandalkan ketajaman mereka untuk mendobrak pertahanan Jerman yang terkenal solid,” ujar Smith. Sementara di tengah, Mike Smith mengandalkan bek ganas Vinnie Jones (Wimbledon) serta dua pemain Leeds United, Mark Pembridge dan Gary Speed.
Sementara laga di grup lain, nasib miris menghadang Prancis. Mereka menghadapi tekanan luar biasa menjelang menjamu Slowakia di Paris. Laga ini menjadi faktor penentu lolos tidaknya Les Bleus ke Inggris tahun depan. Maklum, posisi Prancis di klasemen grup satu masih di bawah Rumania dan Israel. Jika pasukan Aime Jacquet meraih seri, apalagi kalah, maka musnahlah impian mereka.
Anehnya, meski diperkuat dua top skorer Liga Prancis saat ini, Patrice Loko dan Nicolas Quedec, tim Ayam Jago malah tidak produktif. Bayangkan, semua empat laganya berakhir 0-0, dan hanya sekali menang 2-0 atas Azerbaijan.
Persaingan Denmark dan Belgia, untuk merebut satu tempat tersisa setelah satunya lagi direnggut Spanyol, juga masih berlanjut di grup dua. Tampaknya kedua negara akan mendulang kemenangan atas Siprus dan Macedonia yang menjadi tamu. Big-match lainnya terjadi antara Republik Czek vs Belanda (Grup 5) dan Irlandia vs Portugal (Grup 6).
Skuad Yang Dipanggil
Jerman: Andreas Koepke, Stefan Klos, Oliver Reck (kiper); Markus Babbel, Thomas Helmer, Juergen Kohler, Stefan Reuter, Matthias Sammer, Ralf Weber, Christian Ziege (belakang); Mario Basler, Dieter Eilts, Steffan Freund, Thmas Haessler, Joerg Heincrich, Andreas Moeller, Mehmet Scholl, Jens Todt (tengah); Heiko Heirrlich, Ulf Kirsten, Juergen Klinsmann, Stefan Kuntz (depan).
Wales: Neville Southall, Tony Roberts, Roger Freestone (kiper); Chris Coleman, Kit Symons, Karl Ready, Mark Bowen, Adrian Williams (belakang); David Phillips, Barry Horne, Vinnie Jones, Dary Speed, John Cornforth, Mark Pembridge (tengah); Ryan Giggs, Mark Hughes, Dean Saunders, Ian Rush (depan).
(foto: dfb.de)
Bertie Vogts (kiri), berdiskusi dengan para pemainnya. |
“Membangun tim nasional itu jauh lebih sulit daripada membangun klub. Di sini faktor mental dan kemampuan pemain saya nilai sama kuatnya, fifty-fifty,” ujar Vogts agak klise. Tapi fakta berbicara. Lepas dari hasil mengecewakan di Amerika itu, pelan tapi pasti ia dianggap tetap berhasil mematok tim ‘Panzer’ sebagai kekuatan sepak bola di dunia. Tapi apa buktinya?
Paling tidak pada penyisihan Piala Eropa kali ini, Jerman, yang akan bertemu lagi dengan Bulgaria di Grup 7 terlihat tangguh dan masih dominan. Mereka hanya kalah produktif dari Hristo Stoichkov dkk. yang menempati peringkat pertama. Namun hampir pasti, satu tempat putaran final di Inggris tahun depan, akan dimiliki mereka. Siapa yang berani memungkirinya?
Menjelang pertandingan melawan Wales di Duesseldorf, Rabu (26/4) mendatang, Vogts tetap mencanangkan kemenangan sekaligus upaya pematangan timnya. “Meski kini sedang anjlok, mereka sering menyulitkan kami seperti yang diperlihatkan sebelumnya,” ujar Vogts tentang calon lawannya itu.
Mehmet Scholl
Rasanya Vogts belum lupa tatkala timnya dipermalukan 0-1 di Cardiff pada penyisihan Piala Eropa 1992 silam. Satu lagi catatan, Jerman selalu mengalami kesulitan jika menghadapi tim-tim asal Britania. Tampaknya mereka alergi terhadap gaya kick and rush. Dalam pemanasan Piala Dunia 1994, Mei tahun lalu, Jerman juga dihantam 0-2 oleh Irlandia.
Tak ada pilihan lain. Timnya harus betah meladeni ‘gaya Inggris’ dan Wales adalah lawan yang setimpal. “Seri, apalagi kalah, makin membuat citra kita runtuh di kaki mereka,” sambungnya. Apalagi tidak mustahil, Inggris, Irlandia, atau Skotlandia, kalau lolos akan mereka hadapi di putaran final tahun depan.
Khusus menghadapi Wales, Vogts memasukkan debutan lagi. Kali ini gelandang Freiburg, Joerg Heinrich. Sebelumnya, pelatih kelahiran 30 Desember 1946 ini telah membuat kejutan dengan memanggil Mehmet Scholl, playmaker muda yang sedang naik daun di Bayern Muenchen.
Khusus soal Scholl, tampaknya Vogts melalukan terobosan baru yang terbilang berani. Maklum, pemain kelahiran 16 Oktober 1970 itu adalah seorang pemuda keturunan Turki, yang bukan asli ras ‘Arya’. Bisa jadi hal ini sebagai taktik baru Vogts di luar lapangan untuk meredam amarah publik yang semula menginginkan dipanggilnya kembali gelandang flamboyan Stefan Effenberg.
Wales juga bersiap menghadapi peperangan. Pelatih Mike Smith telah menyiapkan empat penyerang nan tanggung di Liga Inggris, Ian Rush (Liverpool), Dean Saunders (Aston Villa), Mark Hughes (Manchester United), serta Ryan Giggs (Manchester United).
“Kami masih mengandalkan ketajaman mereka untuk mendobrak pertahanan Jerman yang terkenal solid,” ujar Smith. Sementara di tengah, Mike Smith mengandalkan bek ganas Vinnie Jones (Wimbledon) serta dua pemain Leeds United, Mark Pembridge dan Gary Speed.
Sementara laga di grup lain, nasib miris menghadang Prancis. Mereka menghadapi tekanan luar biasa menjelang menjamu Slowakia di Paris. Laga ini menjadi faktor penentu lolos tidaknya Les Bleus ke Inggris tahun depan. Maklum, posisi Prancis di klasemen grup satu masih di bawah Rumania dan Israel. Jika pasukan Aime Jacquet meraih seri, apalagi kalah, maka musnahlah impian mereka.
Anehnya, meski diperkuat dua top skorer Liga Prancis saat ini, Patrice Loko dan Nicolas Quedec, tim Ayam Jago malah tidak produktif. Bayangkan, semua empat laganya berakhir 0-0, dan hanya sekali menang 2-0 atas Azerbaijan.
Persaingan Denmark dan Belgia, untuk merebut satu tempat tersisa setelah satunya lagi direnggut Spanyol, juga masih berlanjut di grup dua. Tampaknya kedua negara akan mendulang kemenangan atas Siprus dan Macedonia yang menjadi tamu. Big-match lainnya terjadi antara Republik Czek vs Belanda (Grup 5) dan Irlandia vs Portugal (Grup 6).
Skuad Yang Dipanggil
Jerman: Andreas Koepke, Stefan Klos, Oliver Reck (kiper); Markus Babbel, Thomas Helmer, Juergen Kohler, Stefan Reuter, Matthias Sammer, Ralf Weber, Christian Ziege (belakang); Mario Basler, Dieter Eilts, Steffan Freund, Thmas Haessler, Joerg Heincrich, Andreas Moeller, Mehmet Scholl, Jens Todt (tengah); Heiko Heirrlich, Ulf Kirsten, Juergen Klinsmann, Stefan Kuntz (depan).
Wales: Neville Southall, Tony Roberts, Roger Freestone (kiper); Chris Coleman, Kit Symons, Karl Ready, Mark Bowen, Adrian Williams (belakang); David Phillips, Barry Horne, Vinnie Jones, Dary Speed, John Cornforth, Mark Pembridge (tengah); Ryan Giggs, Mark Hughes, Dean Saunders, Ian Rush (depan).
(foto: dfb.de)