Ya, jangan heran kalau pria 47 tahun ini dianggap raja di Barcelona. Titahnya amat kuasa, keras kepala, dan sulit distop siapapun. Namun ia bisa begitu karena ada dasarnya. Sebagai pemain dia meleganda, sebagai pelatih punya reputasi keren. Julukannya saja Imperio Cruijffista alias Cruyff Sang Penguasa. Siapa yang berani memungkiri, apalagi nekat protes?
Makanya ketika Barcelona ditahan 1-1 oleh Paris Saint-Germain di Camp Nou, banyak orang kaget dan tak percaya dengan hasil itu. Tak urung Cruijff jadi sasaran empuk kritikan media massa se-Spanyol. Apa penyebab kegagalan?
Berbagai pihak sepakat hal itu disebabkan pola permainan yang diinginkan tidak berjalan mulus lantaran Cruijff kukuh memainkan formasi kesukaannya. Menurut media massa, Cruijff terlalu keras kepala untuk berani ambil risiko. Pemaksaan pada 'putra mahkotanya', yakni Josep Guardiola, yang tetap dimainkan walau menderita cedera juga disorot publik. Akhirnya Guardiola hanya tahan 20 menit. Ambruk. Uniknya, hilangnya Guardiola dari lapangan membuat Hristo Stoichkov jadi kehilangan taji karena irama permainan sudah tersaji ngadat dan ngaco.
Cruijff seperti raja di Barcelona. Titahnya amat kuasa. Pemilik lebih baik manut karena secara legacy, karakter, apalagi filosofi permainan, sangat merasa hutang budi Para pengurus ibarat penasehatnya. Pemain adalah balatentara yang mesti patuh padanya.
Sementara suporter bisa dianggap sebagai rakyat yang tidak boleh tahu urusan internal. Hanya media yang berani mengkritiknya. Kalau Raja Prancis Louis XIV pernah bilang L'etat c'est moi, Negara Adalah Saya, maka barangkali - kalau mau - Raja Cruijff juga bisa bilang L'Barca c'est moi. Barcelona Adalah Saya!
Di hadapan Cruijff, pemain sehebat apapun tiada arti. Tidak percaya? Coba tanyakan pada Gary Lineker, Frank Rijkaard, Romario Faria, Gheorghe Hagi, atau Stoichkov tentang ucapan atau ungkapan apa saja yang pernah keluar dari mulutnya yang nyinyir bin pedas itu? Saking trauma kena serangan baliknya, sebagian wartawan sangat berhati-hati terhadap pertanyaan yang akan diajukan.
Cinta Rokok
Rijkaard menjulukinya “si mulut sampah.” Stoichkov menyebut bosnya sebagai “ahli bersilat lidah.” Sedangkan Lineker, yang terkenal kalem itu, sampai mengatakan bahwa pelatihnya termasuk “orang yang ingin mengubah dunia.”
Cara Hagi atau Romario dalam mengungkapkan kekecewaan atas sikap Cruijff berbeda dengan yang lainnya. Mereka tidak berkata-kata, tetapi bertindak. Salah satunya ngambek saat latihan, atau bahkan seperti yang dilakukan Romario: mangkir saja sekalian!
“Berdebat dengan dia? Itu sama saja memperpanjang masalah,” papar Stoichkov, yang dongkol lantaran sempat dihambat pergi ke Lisbon, Portugal, Januari lalu saat ingin menghadiri penganugerahan Pemain Terbaik Dunia 1994. Memang, sehebat-hebatnya orang pasti ada kelemahannya.
Salah satu kelemahan salah satu legenda sepak bola terbesar ini adalah dia jatuh cinta pada rokok! Sangat loyal dengan asap tembakau sempat membuat dirinya masuk rumah sakit. Paru-paru Cruijff pernah collapse akibat terlalu kepenuhan asap rokok. Banyak orang yang menasehatinya untuk berhenti total, atau setidaknya mengurangi frekuensi mengepulnya itu.
Bayangkan, jatah Cruijff merokok dalam sehari adalah empat bungkus! Ketika terlalu sering untuk tidak menggubrisnya, dia akhirnya masuk rumah sakit. Dokter langsung memvonis bahwa jika ingin terus hidup, Cruijff harus stop total dari asap rokok. Nah, untuk hal yang satu ini, Cruijff baru terlihat jadi anak penurut. Dia pun kini berhenti merokok. Sampai kapan? Semoga selamanya.
(foto: kicker.de)
Makanya ketika Barcelona ditahan 1-1 oleh Paris Saint-Germain di Camp Nou, banyak orang kaget dan tak percaya dengan hasil itu. Tak urung Cruijff jadi sasaran empuk kritikan media massa se-Spanyol. Apa penyebab kegagalan?
Bersama anak didik kesayangannya, Josep Guardiola. |
Cruijff seperti raja di Barcelona. Titahnya amat kuasa. Pemilik lebih baik manut karena secara legacy, karakter, apalagi filosofi permainan, sangat merasa hutang budi Para pengurus ibarat penasehatnya. Pemain adalah balatentara yang mesti patuh padanya.
Sementara suporter bisa dianggap sebagai rakyat yang tidak boleh tahu urusan internal. Hanya media yang berani mengkritiknya. Kalau Raja Prancis Louis XIV pernah bilang L'etat c'est moi, Negara Adalah Saya, maka barangkali - kalau mau - Raja Cruijff juga bisa bilang L'Barca c'est moi. Barcelona Adalah Saya!
Di hadapan Cruijff, pemain sehebat apapun tiada arti. Tidak percaya? Coba tanyakan pada Gary Lineker, Frank Rijkaard, Romario Faria, Gheorghe Hagi, atau Stoichkov tentang ucapan atau ungkapan apa saja yang pernah keluar dari mulutnya yang nyinyir bin pedas itu? Saking trauma kena serangan baliknya, sebagian wartawan sangat berhati-hati terhadap pertanyaan yang akan diajukan.
Cinta Rokok
Rijkaard menjulukinya “si mulut sampah.” Stoichkov menyebut bosnya sebagai “ahli bersilat lidah.” Sedangkan Lineker, yang terkenal kalem itu, sampai mengatakan bahwa pelatihnya termasuk “orang yang ingin mengubah dunia.”
Cara Hagi atau Romario dalam mengungkapkan kekecewaan atas sikap Cruijff berbeda dengan yang lainnya. Mereka tidak berkata-kata, tetapi bertindak. Salah satunya ngambek saat latihan, atau bahkan seperti yang dilakukan Romario: mangkir saja sekalian!
“Berdebat dengan dia? Itu sama saja memperpanjang masalah,” papar Stoichkov, yang dongkol lantaran sempat dihambat pergi ke Lisbon, Portugal, Januari lalu saat ingin menghadiri penganugerahan Pemain Terbaik Dunia 1994. Memang, sehebat-hebatnya orang pasti ada kelemahannya.
Salah satu kelemahan salah satu legenda sepak bola terbesar ini adalah dia jatuh cinta pada rokok! Sangat loyal dengan asap tembakau sempat membuat dirinya masuk rumah sakit. Paru-paru Cruijff pernah collapse akibat terlalu kepenuhan asap rokok. Banyak orang yang menasehatinya untuk berhenti total, atau setidaknya mengurangi frekuensi mengepulnya itu.
Bayangkan, jatah Cruijff merokok dalam sehari adalah empat bungkus! Ketika terlalu sering untuk tidak menggubrisnya, dia akhirnya masuk rumah sakit. Dokter langsung memvonis bahwa jika ingin terus hidup, Cruijff harus stop total dari asap rokok. Nah, untuk hal yang satu ini, Cruijff baru terlihat jadi anak penurut. Dia pun kini berhenti merokok. Sampai kapan? Semoga selamanya.
(foto: kicker.de)