Biasanya seorang atlet gampang makan. Tapi tidak bagi Alfonso Abel Campos, gelandang menyerang klub Gelora Dewata asal Angola. Saat timnya singgah makan siang pada sebuah restoran di Samarinda dalam perjalanan ke Bontang, Kalimantan Timur, ia mengalami hal itu. Anehnya, lelaki asal Luanda kelahiran 4 Mei 1967 ini justru diam saja. Tidak protes atau gusar layaknya orang lapar.
Padahal semua rekannya saling berlomba menyuap nasi, termasuk rekan sekamarnya, Jeremi Mboh Nyetam, yang terlihat jadi lahap dengan menu antara lain ayam goreng dan sayur labu khas kota yang dialiri Sungai Mahakam itu. Maklum semua punggawa Gelora Dewata harus makan siang mengingat akan melakukan tour of duty, perjalanan darat panjang nan melelahkan ke kota paling timur di Kalimantan.
“Dia kadang memang aneh. Tiba-tiba suka bercanda, tapi cepat pula jadi diam. Kelihatannya dia tak cocok dengan menu makanan,” ucap bek Gelora, I Wayan Sukadana. Sementara rekannya yang lain sambil guyon nyeletuk, “Carikan singkong bakar, Dan!”
Tapi Campos tetap masa bodoh. Usut punya usut, ternyata benar. Campos tidak suka dengan menu yang ada. Karena ingat akan kesukaannya yang pernah diutarakan sebelumnya, saya mengusulkan menu ikan bakar. “Ya, mana? Di sini tidak ada,” katanya cepat dengan ekspresi cerah.
Ditemani Sukadana dan saya, Campos rela berkeliling mencari restoran lain di siang bolong itu. Untungnya sasaran yang dituju ada, hanya beberapa meter dari tempat semula. Bak orang ngidam, tidak tanggung-tanggung, dengan gesit dua ekor ikan bandeng bakar, dua piring nasi plus sayur, dan lalap serta segelas Fanta merah disikatnya tuntas!
“Saya lebih suka ikan daripada ayam, apalagi makannya dengan singkong bakar. It’s very nice,” tuturnya menyeringai puas. Selesai makan ia pun segera angkat pantat dan melenggang naik ke bus paling terakhir sambil cengengesan.
Padahal semua rekannya termasuk trio pelatih Gelora, sudah setengah jam menunggunya. Saat diceritakan ‘prestasi’ makannya itu, kontan komentar satir pun bermunculan. “Campos, lu makan atau bunuh diri?” ucap Misnadi Amrizal meledeknya. Campos cuek saja, tidak mengerti. Pikirnya, ah yang penting kenyang!
(foto: Arief Natakusumah)
Padahal semua rekannya saling berlomba menyuap nasi, termasuk rekan sekamarnya, Jeremi Mboh Nyetam, yang terlihat jadi lahap dengan menu antara lain ayam goreng dan sayur labu khas kota yang dialiri Sungai Mahakam itu. Maklum semua punggawa Gelora Dewata harus makan siang mengingat akan melakukan tour of duty, perjalanan darat panjang nan melelahkan ke kota paling timur di Kalimantan.
“Dia kadang memang aneh. Tiba-tiba suka bercanda, tapi cepat pula jadi diam. Kelihatannya dia tak cocok dengan menu makanan,” ucap bek Gelora, I Wayan Sukadana. Sementara rekannya yang lain sambil guyon nyeletuk, “Carikan singkong bakar, Dan!”
Tapi Campos tetap masa bodoh. Usut punya usut, ternyata benar. Campos tidak suka dengan menu yang ada. Karena ingat akan kesukaannya yang pernah diutarakan sebelumnya, saya mengusulkan menu ikan bakar. “Ya, mana? Di sini tidak ada,” katanya cepat dengan ekspresi cerah.
Ditemani Sukadana dan saya, Campos rela berkeliling mencari restoran lain di siang bolong itu. Untungnya sasaran yang dituju ada, hanya beberapa meter dari tempat semula. Bak orang ngidam, tidak tanggung-tanggung, dengan gesit dua ekor ikan bandeng bakar, dua piring nasi plus sayur, dan lalap serta segelas Fanta merah disikatnya tuntas!
“Saya lebih suka ikan daripada ayam, apalagi makannya dengan singkong bakar. It’s very nice,” tuturnya menyeringai puas. Selesai makan ia pun segera angkat pantat dan melenggang naik ke bus paling terakhir sambil cengengesan.
Padahal semua rekannya termasuk trio pelatih Gelora, sudah setengah jam menunggunya. Saat diceritakan ‘prestasi’ makannya itu, kontan komentar satir pun bermunculan. “Campos, lu makan atau bunuh diri?” ucap Misnadi Amrizal meledeknya. Campos cuek saja, tidak mengerti. Pikirnya, ah yang penting kenyang!
(foto: Arief Natakusumah)