Obsesi Inggris untuk mengembalikan reputasinya di Eropa mendapat hambatan besar. Dua klubnya, Arsenal dan Chelsea, tak mencapai sukses. Begitu pula utusan Italia, Sampdoria. Sedangkan Porto dari Portugal dan harapan Belanda, Feyenoord, di atas angin.
Arsenal, sang juara bertahan, masih terseok-seok langkahnya ketika dalam pertemuan pertama ditahan seri oleh Auxerre 1-1. Langkah Arsenal menuju semifinal amat berat karena pada putaran kedua mereka akan bermain di Stadion Abbe Deschamps, kandang Auxerre, Kamis (16/3) mendatang.
Ian Wright sempat membuat publik Highbury bersuka-cita saat penalti yang dilakukannya menembus gawang Fabien Cool, di menit 59. Penalti diberikan akibat playmaker The Gunners, John Jensen (Denmark), dijegal Alain Goma.
Pergantian pelatih tentu membawa corak baru permainan. Itu pun dialami Arsenal, ketika gaya peninggalan George Graham sama sekali hilang. Bahkan pelatih baru mereka, Stewart Houston, tidak memainkan pemain mahal asal Belanda, Glenn Helder, yang baru dibeli Graham sebelumnya dari klub Vitesse Arnhem.
Beruntung mereka punya dua gelandang berkualitas prima, Stefan Schwarz (Swedia) dan Jensen sendiri. Mereka inilah yang mengimbangi kekuatan lini tengah Auxerre yang dimotori oleh mantan pemain nasional Prancis, Pascal Vahirua.
Terlihat Auxerre ingin memaksakan hasil imbang. Mereka tak begitu menggebu dalam menyerang. Baru, ketika mereka tertinggal, serangan kembali dihidupkan oleh Vahirua, Corentin Martins, dan striker Lilian Laslandes. Dalam waktu tiga menit saja, mereka membalas lewat seundulan pemain nasional Belanda, Frank Verlaat, di menit 61.
Sampdoria Kalah
Wakil Inggris lainnya, Chelsea, malah mencatat hasil buruk ketika ditaklukkan tim Belgia, Club Brugge 1-0 di Stadion Olympias melalui gol pemain nasional Belgia, Gert Verheyen, enam menit menjelang bubaran. Namun, Chelsea mempunyai peluang lebih besar ketimbang Arsenal karena akan menjadi tuan rumah di pertandingan kedua.
Yang menyesakkan tentu saja Sampdoria. Di kandangnya, Stadion Luigi Ferraris, secara tak diduga mereka dipukul FC Porto (Portugal) 0-1. Tak disangkal lagi, tanpa Ruud Gullit yang terkena larangan main, Sampdoria kurang menggigit. Namun bisa juga karena kepiawaian kiper Porto, Vitor Baia, yang dianggap bintang lapangan saat itu.
Tampaknya Sampdoria akan tersingkir dari percaturan Piala Winner mengingat sangat sulit menumbangkan Porto di kandangnya sendiri. Tunggu saja siasat apa yang dilakukan pelatih Sven-Goran Eriksson, yang pernah menangani Benfica.
Favorit lain Feyenoord (Belanda) juga menggapai hasil lumayan tatkala menghempaskan perlawanan Real Zaragoza (Spanyol) 1-0 di Rotterdam, lewat gol Henrik ‘Henke’ Larsson (Swedia) di menit 64. Namun kemenangan dibayar mahal akibat diusirnya andalan mereka, Rob Witschge karena memukul gelandang Zaragoza yang mantan pemain Tottenham Hotspur, Mohammad Nayim.
Peluang Feyenoord
Zaragoza yang diperkuat dua pemain nasional Spanyol, Juan Esnaider dan Francesco Higuera, serta Fernando Caceres (Argentina) serta Gustavo Poyet (Uruguay) bakal habis-habisan menggempur Feyenoord di Stadion La Romareda, Kamis mendatang. Kendala utama ada pada kiper Feyenoord, Ed de Goeij, yang pada pertemuan pertama bermain gemilang.
“Kalau bukan dia kipernya kami seharusnya banyak mencetak gol. Dia bermain sangat luar biasa,” kata pelatih Zaragoza, Victor Fernandez mengomentari ketangguhan penjaga gawang nasional Belanda itu.
Bisa jadi untuk menanggulangi ancaman Zaragoza, pelatih Wim van Hanegem akan menurunkan dua andalannya yaitu Ulrich van Gobbel dan Gauston Taument. Pasalnya selama ini ia sering mengandalkan duet Joszef Kiprich (Hongaria) dan Henke Larssson.
Yang pasti Feyenoord masih berpeluang besar ke semifinal. Begitupun Porto, Chelsea, dan Auxerre. Malah kalau boleh berandai-andai, Feyenoord dan Porto amat pantas bertemu di final pada 10 Mei mendatang. Persaingan dua kipernya menarik untuk ditonton. Bukan begitu?
(foto: sportsworldcards.com/dynart.com)
Arsenal, sang juara bertahan, masih terseok-seok langkahnya ketika dalam pertemuan pertama ditahan seri oleh Auxerre 1-1. Langkah Arsenal menuju semifinal amat berat karena pada putaran kedua mereka akan bermain di Stadion Abbe Deschamps, kandang Auxerre, Kamis (16/3) mendatang.
Ian Wright sempat membuat publik Highbury bersuka-cita saat penalti yang dilakukannya menembus gawang Fabien Cool, di menit 59. Penalti diberikan akibat playmaker The Gunners, John Jensen (Denmark), dijegal Alain Goma.
Pergantian pelatih tentu membawa corak baru permainan. Itu pun dialami Arsenal, ketika gaya peninggalan George Graham sama sekali hilang. Bahkan pelatih baru mereka, Stewart Houston, tidak memainkan pemain mahal asal Belanda, Glenn Helder, yang baru dibeli Graham sebelumnya dari klub Vitesse Arnhem.
Beruntung mereka punya dua gelandang berkualitas prima, Stefan Schwarz (Swedia) dan Jensen sendiri. Mereka inilah yang mengimbangi kekuatan lini tengah Auxerre yang dimotori oleh mantan pemain nasional Prancis, Pascal Vahirua.
Terlihat Auxerre ingin memaksakan hasil imbang. Mereka tak begitu menggebu dalam menyerang. Baru, ketika mereka tertinggal, serangan kembali dihidupkan oleh Vahirua, Corentin Martins, dan striker Lilian Laslandes. Dalam waktu tiga menit saja, mereka membalas lewat seundulan pemain nasional Belanda, Frank Verlaat, di menit 61.
Sampdoria Kalah
Wakil Inggris lainnya, Chelsea, malah mencatat hasil buruk ketika ditaklukkan tim Belgia, Club Brugge 1-0 di Stadion Olympias melalui gol pemain nasional Belgia, Gert Verheyen, enam menit menjelang bubaran. Namun, Chelsea mempunyai peluang lebih besar ketimbang Arsenal karena akan menjadi tuan rumah di pertandingan kedua.
Yang menyesakkan tentu saja Sampdoria. Di kandangnya, Stadion Luigi Ferraris, secara tak diduga mereka dipukul FC Porto (Portugal) 0-1. Tak disangkal lagi, tanpa Ruud Gullit yang terkena larangan main, Sampdoria kurang menggigit. Namun bisa juga karena kepiawaian kiper Porto, Vitor Baia, yang dianggap bintang lapangan saat itu.
Tampaknya Sampdoria akan tersingkir dari percaturan Piala Winner mengingat sangat sulit menumbangkan Porto di kandangnya sendiri. Tunggu saja siasat apa yang dilakukan pelatih Sven-Goran Eriksson, yang pernah menangani Benfica.
Favorit lain Feyenoord (Belanda) juga menggapai hasil lumayan tatkala menghempaskan perlawanan Real Zaragoza (Spanyol) 1-0 di Rotterdam, lewat gol Henrik ‘Henke’ Larsson (Swedia) di menit 64. Namun kemenangan dibayar mahal akibat diusirnya andalan mereka, Rob Witschge karena memukul gelandang Zaragoza yang mantan pemain Tottenham Hotspur, Mohammad Nayim.
Peluang Feyenoord
Ed De Goeij (Feyenoord) dan Vitor Baia (Porto). |
“Kalau bukan dia kipernya kami seharusnya banyak mencetak gol. Dia bermain sangat luar biasa,” kata pelatih Zaragoza, Victor Fernandez mengomentari ketangguhan penjaga gawang nasional Belanda itu.
Bisa jadi untuk menanggulangi ancaman Zaragoza, pelatih Wim van Hanegem akan menurunkan dua andalannya yaitu Ulrich van Gobbel dan Gauston Taument. Pasalnya selama ini ia sering mengandalkan duet Joszef Kiprich (Hongaria) dan Henke Larssson.
Yang pasti Feyenoord masih berpeluang besar ke semifinal. Begitupun Porto, Chelsea, dan Auxerre. Malah kalau boleh berandai-andai, Feyenoord dan Porto amat pantas bertemu di final pada 10 Mei mendatang. Persaingan dua kipernya menarik untuk ditonton. Bukan begitu?
(foto: sportsworldcards.com/dynart.com)