Perhatikanlah jika Arsenal mendapat sepak pojok atau tendangan bebas. Tiba-tiba saja, seorang pemainnya yang bernomor punggung 6 secara otomatis menyelusup ke kerumunan pemain di depan gawang lawan. Dengan memasang wajah garang, dia bersiap menjemput datangnya bola. Tak peduli kena atau tidak, bukan masalah.
Namun kehadirannya itu saja telah membuat perasaan atau nyali para lawannya menjadi ciut. Memang, siapa lagi kalau bukan Tony Adams, si jago sundul tim yang bermarkas di daerah Highbury, London, yang suka memamerkan keahliannya itu. Para pendukung kesebelasan yang dijuluki "Gudang Peluru" itu sepertinya tak perlu lagi berharap demikian.
Kapten tim Arsenal itu sudah menyadari salah satu manfaat, sekaligus kelebihannya, yakni tubuhnya yang kekar itu. "Sundulan dan terjangan saya akan membuat mereka ketakutan sepanjang pertandingan," sergahnya. Vinnie Jones, bek paling sangar di Inggris bahkan se-Eropa pun mengakuinya dengan nada satir.
"Sundulan Tony Adams merupakan campuran kekuatan, naluriah, dan keberingasan. Itu tiada duanya," tutur bek tengah Wimbledon tersebut. Keistimewaan Adams ternyata lebih dari itu, justru ini yang paling utama. Silakan perhatikan bahwa pria ganteng yang selalu didamba oleh Alex Ferguson menjadi beknya di Manchester United itu juga bisa berfungsi sebagai tembok pertahanan yang amat kokoh.
Momok Penyerang
Daerah kekuasaannya terletak di kotak penalti sendiri, di depan rekannya, kiper nasional The Gunners dan Inggris, David Seaman. Sundulan kepala Adams menjadi senjata yang ampuh. Berkat sundulannya ini pula, Adams kadang menyumbang gol untuk Arsenal.
Kebiasaan ini telah berlangsung sejak dia dipanggil masuk tim nasional Inggris U-21 pada 1986. Jangan harap lawan akan mudah menembus daerah garis 16 meter jika dia lagi nongkrong di situ. Apalagi bek tengah asli didikan Arsenal sejak anak-anak ini selalu bermain lugas sehingga menjadi momok paling mengganggu para penyerang lawan.
Paling tidak, sebagian besar penyerang di Liga Primer Inggris telah merasakan kehadiran Adams yang amat merisaukan. Maka tidak berlebihan jika publik Inggris, dan terutama kaum pencinta Arsenal, sangat hapal dengan kegigihannya itu.
Tidak heran pula bila pemain yang memulai debut sejak usia 17 tahun di Arsenal ini dijuluki Rock of Highbury alias Si Batu Karang Highbury. Satu-satunya orang dalam sejarah Arsenal yang ditabalkan begitu.
Kini di usianya yang semakin matang, 28 tahun, Adams sukses mengantarkan Arsenal meraih gelar juara Piala Winner 1993/94 dengan penampilan prima. Saat itu The Gunners menuntaskan perlawanan Parma 1-0 di Kopenhagen, Denmark.
Gara-gara ketangguhan pria kelahiran 10 Oktober 1966 ini pula, trio maut Parma, Gianfranco Zola, Faustino Asprilla, dan Tomas Brolin, terhenti aliran golnya yang sebelum final tidak pernah gagal membobol gawang lawan-lawannya. Adams – yang dikelilingi Steve Bould, Lee Dixon, dan Nigel Winterburn – saat itu benar-benar menjadi hero lewat penampilan, komando, tunjuk sana tunjuk sini, atau perintah-perintah lisan kepada anak buahnya.
Atas sukses tersebut, pelatih nasional Terry Venables langsung mencanangkan mematok Adams sebagai jangkar utama pertahanan tim Three Lions. Dengan siapa dia akan ditandemkan? "Duet Tony Adams dan (Gary) Pallister merupakan jaminan tersendiri bagi kami," kata Venables penuh harap. Dan dia bukan asal bicara. Pada November 1994, duet Adams-Pallister - yang selalu jadi dambaan Alex Ferguson di United - sukses mengatasi berbagai serangan Nigeria dalam ujicoba di Wembley yang berakhir 1-0 untuk Inggris.
(foto: dailymail/rightattheend/express)
Namun kehadirannya itu saja telah membuat perasaan atau nyali para lawannya menjadi ciut. Memang, siapa lagi kalau bukan Tony Adams, si jago sundul tim yang bermarkas di daerah Highbury, London, yang suka memamerkan keahliannya itu. Para pendukung kesebelasan yang dijuluki "Gudang Peluru" itu sepertinya tak perlu lagi berharap demikian.
Kapten tim Arsenal itu sudah menyadari salah satu manfaat, sekaligus kelebihannya, yakni tubuhnya yang kekar itu. "Sundulan dan terjangan saya akan membuat mereka ketakutan sepanjang pertandingan," sergahnya. Vinnie Jones, bek paling sangar di Inggris bahkan se-Eropa pun mengakuinya dengan nada satir.
"Sundulan Tony Adams merupakan campuran kekuatan, naluriah, dan keberingasan. Itu tiada duanya," tutur bek tengah Wimbledon tersebut. Keistimewaan Adams ternyata lebih dari itu, justru ini yang paling utama. Silakan perhatikan bahwa pria ganteng yang selalu didamba oleh Alex Ferguson menjadi beknya di Manchester United itu juga bisa berfungsi sebagai tembok pertahanan yang amat kokoh.
Momok Penyerang
Daerah kekuasaannya terletak di kotak penalti sendiri, di depan rekannya, kiper nasional The Gunners dan Inggris, David Seaman. Sundulan kepala Adams menjadi senjata yang ampuh. Berkat sundulannya ini pula, Adams kadang menyumbang gol untuk Arsenal.
Kebiasaan ini telah berlangsung sejak dia dipanggil masuk tim nasional Inggris U-21 pada 1986. Jangan harap lawan akan mudah menembus daerah garis 16 meter jika dia lagi nongkrong di situ. Apalagi bek tengah asli didikan Arsenal sejak anak-anak ini selalu bermain lugas sehingga menjadi momok paling mengganggu para penyerang lawan.
Paling tidak, sebagian besar penyerang di Liga Primer Inggris telah merasakan kehadiran Adams yang amat merisaukan. Maka tidak berlebihan jika publik Inggris, dan terutama kaum pencinta Arsenal, sangat hapal dengan kegigihannya itu.
Tidak heran pula bila pemain yang memulai debut sejak usia 17 tahun di Arsenal ini dijuluki Rock of Highbury alias Si Batu Karang Highbury. Satu-satunya orang dalam sejarah Arsenal yang ditabalkan begitu.
Kini di usianya yang semakin matang, 28 tahun, Adams sukses mengantarkan Arsenal meraih gelar juara Piala Winner 1993/94 dengan penampilan prima. Saat itu The Gunners menuntaskan perlawanan Parma 1-0 di Kopenhagen, Denmark.
Gara-gara ketangguhan pria kelahiran 10 Oktober 1966 ini pula, trio maut Parma, Gianfranco Zola, Faustino Asprilla, dan Tomas Brolin, terhenti aliran golnya yang sebelum final tidak pernah gagal membobol gawang lawan-lawannya. Adams – yang dikelilingi Steve Bould, Lee Dixon, dan Nigel Winterburn – saat itu benar-benar menjadi hero lewat penampilan, komando, tunjuk sana tunjuk sini, atau perintah-perintah lisan kepada anak buahnya.
Atas sukses tersebut, pelatih nasional Terry Venables langsung mencanangkan mematok Adams sebagai jangkar utama pertahanan tim Three Lions. Dengan siapa dia akan ditandemkan? "Duet Tony Adams dan (Gary) Pallister merupakan jaminan tersendiri bagi kami," kata Venables penuh harap. Dan dia bukan asal bicara. Pada November 1994, duet Adams-Pallister - yang selalu jadi dambaan Alex Ferguson di United - sukses mengatasi berbagai serangan Nigeria dalam ujicoba di Wembley yang berakhir 1-0 untuk Inggris.
(foto: dailymail/rightattheend/express)