Walau aneh posenya dan awut-awutan, namun foto bareng ini tetap bersejarah. |
Menurut Erwin, sejauh ini masyarakat cenderung menilai rendah mutu sepak bola Indonesia karena kekalahan-kekalahan yang diderita tim nasional. Terakhir penilaian itu diarahkan dengan kritik-kritik keras akibat kegagalan tim nasional dalam SEA Games XII Singapura.
“Jadi sebenarnya yang lebih sering gagal adalah tim nasional kita. Sedang mutu sepak bola kita sendiri tetap cukup baik seperti dibuktikan dengan kemenangan Niac Mitra atas Arsenal itu,” ujarnya.
Dari kemenangan Niac itu Erwin juga melihat sejumlah pemain ternyata memiliki semangat juang dan bermain lebih baik dalam klub dibanding dalam tim nasional. “Inilah yang sekarang perlu kita kaji kenapa sampai demikian,” tambahnya.
Niac mengalahkan Arsenal 2-0, Kamis lalu, dengan gol dari Joko Malis dan penyerang asal Singapura Fandi Ahmad. Kemenangan itu sekaligus menghentikan pesta gol Arsenal yang sebelumnya menundukkan PSMS Plus 3-0 dan PSSI Selection 5-0.
Acub Zainal, tokoh utama Niac di samping bos A. Wenas, sependapat dengan Erwin bahwa kemenangan klubnya membuktikan kelirunya penilaian rendah terhadap sepak bola Indonesia. Acub yang semula menduga Niac Paling-paling hanya mampu menahan seri atau menang tipis, menilai kunci kemenangan atas Arsenal ada pada strategi pelatih dan kemampuan pimpinan membakar semangat juang para pemainnya.
Diakuinya pula, peranan Fandi amat menentukan. Ia tidak hanya membuka skor yang menciptakan tambahan semangat bagi seluruh tim tapi juga menjadi motor permainan.
Karena itu ia tetap menyayangkan sikap PSSI yang melalui Ketua Umum Syarnoebi Said melarang pemain asing ambil bagian dalam kompetisi Galatama mendatang. “Tapi apa boleh buat, Syarnoebi yang pegang tongkat komando,” kata bekas Pangdam dan Gubernur Irian Jaya itu.
Ditambahkannya, Niac memang akhirnya harus menyusun kekuatan baru jika Fandi dan juga kiper David Lee yang seasal dari Singapura harus pergi. Tapi menurutnya lebih sulit menggalang publik yang terasa sekali begitu menyayangi Fandi dan David. (sm/ry)
(Kompas, Sabtu 18 Juni 1983). Foto: Ferdi Wenas.