Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Niac Mitra vs Arsenal 2-0: Gara-gara Udara Panas dan Lapangan Buruk?

Niac Mitra mengukir kenangan indah di depan ribuan penggemarnya di Stadion Gelora 10 November ketika sore kemarin agak di luar dugaan menaklukkan klub kenamaan Inggris, Arsenal, dengan kemenangan mutlak 2-0.

Fandi Ahmad, penyerang impor dari Singapura yang bersama kiper David Lee mengucapkan sayonara seusai pertandingan, membuka skor pada menit ke-37. Lima menit menjelang usai, Joko Malis menciptakan gol kedua yang membuat lawannya tak mungkin lagi menghindarkan kekalahannya.

Ini merupakan kekalahan pertama dan juga terpahit dari tiga pertandingan perlawatan Arsenal di Indonesia. Dalam dua pertandingan sebelumnya mereka mengalahkan PSMS Plus 3-0 di Medan dan menggulingkan PSSI Selection 5-0 di Stadion Utama Senayan.

Bos Niac, Wenas begitu gembiranya oleh kemenangan itu hingga karangan bunga yang semula akan diberikan kepada kesebelasan tamu dialihkan kepada Fandi Ahmad dan kawan-kawannya. Dan di tengah tepukan suka cita penonton, para pemain berlari-lari mengelilingi lapangan dengan wajah ceria dan kebanggaan.

Sulit Tidur

Sementara itu para pemain Arsenal keluar dari lapangan dengan wajah murung yang mencerminkan jelas sekali kekecewaan dan penyesalan mereka. Di kamar pakaian, Pat Jennings dan kawan-kawannya melepas pakaian dengan disertai hentakan-hentakan yang setiap kali terus diiringi perasaan kecewa.

Manajer Terry Neill mencoba menenangkan mereka dan minta agar tidak terlampau larut dengan kesedihan. Tapi sesaat kemudian kepada Kompas ia sendiri tak bisa menutupi perasaan galaunya. “Sangat mengecewakan dan membuat kami (akan) sulit tidur,” katanya.

Pernyataannya amat beralasan. Sebab mereka mengharapkan pertandingan ini akan memberikan kemenangan dan sekaligus kenangan terakhir dalam perlawatan pertamanya ke Indonesia ini sebelum bertolak ke Bali untuk sepenuhnya menikmati liburan.
Niac Mitra vs Arsenal 2-0: Gara-gara Udara Panas dan Lapangan Buruk?
Kegembiraan Fandi Ahmad usai mencetak gol pertama ke gawang Arsenal.
Namun demikian Neill tidak menganggap sebagai kekalahan terburuk dalam sejarah klub di bagian utara London yang telah berusia satu abad itu. “Kami tidak main buruk, Anda lihat sendiri, kami mestinya paling sedikit mencetak enam gol,” katanya.

Ia akui kegagalan mereka mencetak gol karena ketatnya pertahanan Niac. Dan meski kiper David Lee tak dinilainya bagus karena sering memperlambat permainan, ia menilai Niac memang pantas memenangkan pertandingan ini. “Inilah memang tim terbaik yang kami hadapi dalam perlawatan ini,” tambahnya. 

Dikatakannya pula, udara yang sangat panas, lapangan yang buruk, dan kepemimpinan jelek wasit Hatta Ruslan serta para hakim garis merupakan faktor lain yang menggagalkan kemenangan Arsenal. “Tapi mungkin Anda menganggapnya alasan tim yang kalah. Saya sendiri sebenarnya tak suka mengungkapkannya. Dan saya akui, kesalahan kami adalah tidak bisa mencetak gol,” tuturnya. 

Dua pemain internasional, back kiri Kenny Sansom dan gelandang Graham Rix, mengungkapkan alasan yang sama. Tapi secara terbuka mereka mengakui kepantasan Niac tampil sebagai pemenang. “Kedua pemain pencetak gol dan gelandang yang jangkung itu (maksudnya Rudy Kelces), bermain sangat bagus,” kata keduanya di kamar pakaian.

Gelandang internasional lainnya, Alan Sunderland, menolak untuk memberi keterangan, termasuk tentang kartu merah yang diberikan wasit terhadapnya. Ia memang jelas salah dengan menendang secara kasar center-back Tommy Latuperissa, sepuluh menit setelah memperoleh kartu kuning karena menendang Joko Malis.

Dalam pertandingan melawan PSSI Selection, Sunderland juga terkena kartu kuning. Tapi pengusiran terhadapnya pada menit ke-60 itu sekaligus merupakan awal dari kehancuran total Arsenal. Lima menit kemudian Joko Malis mencetak gol kedua dan tiga menit kemudian Syamsul Arifin yang menggantikan Hamid Asnan nyaris pula mencetak gol tambahan.

Tapi kelemahan Arsenal sudah mulai menonjol sejak menit ke-30 dengan gerebekannya yang tidak menghasilkan peluang bagus dari Sunderland, Rix, dan pemain sayap Brian McDermott. Terakhir Tommy Latuperissa menyelamatkannya dari bawah gawang setelah kiper David Lee dibuat tak berdaya oleh umpan tarik McDermott yang disambar penyerang berkulit hitam, Paul Davis.

Sebaliknya, Fandi, Joko, Rudy Kelces dan kawan-kawan, makin dapat menikmati keunggulan mereka dalam kecepatan dan kerjasama umpan-umpan pendek. Dan setelah dua kali gagal pada menit ke-37, Fandi menaklukkan kiper kaliber dunia, Pat Jennings, dengan tembakan menyilang kaki kirinya, memanfaatkan umpan pendek Hamid ke depan kotak penalti. 

Joko yang bermain amat bergairah dan sempat pula membantu pertahanan, sebenarnya sudah harus mencetak gol pada menit ke-47. Ia sudah meninggalkan semua pemain lawan dan menggiring bola sendirian ke dalam kotak penalti, tetapi tembakannya terlalu lemah hingga Pat Jennings masih sempat menjatuhkan badan untuk menahannya.

Setelah itu Fandi kembali membuat peluang bagus, sementara Arsenal juga masih juga bisa menuerang dan dua kali nyaris membuahkan gol kalau tak diselamatkan Tommy dan Yance Lilipaly dari bawah gawang. Tapi akhirnya Sunderland terkena kartu merah dan hampir menimbulkan perkelahian, dan gol Joko di menit ke-85 justru menjadi buahnya. 

Ini berawal dari serbuan Fandi yang kemudian mendorong bola ke depan. Joko menusuk cepat sementara lawan memasang perangkap off-side dengan sia-sia, dan dengan tembakan silang dari sisi kanan kotak penalti, kiper Jennings kembali dibuat tak berdaya.

Kepemimpinan wasit dan dukungan hakim garis sebenarnya tak hanya merugikan Arsenal. Pada pertengahan babak kedua wasit mustinya memberikan penalti untuk keuntungan Niac ketika Stewart Robson memegang bola dengan tangannya di depan gawang Jennings.

Niac Mitra: David Lee; Budi Aswin, Wayan Diana, Tommy Latuperissa, Yudi Suryata; Joko Malis, Rudy Kelces, Rae Bawa/Yusuf Male, Hamid Asnan/Syamsul Arifin; Fandi Ahmad, Dullah Rahim/Yance Lilipaly.


Arsenal: Pat Jennings; Colin Hill/Stewart Robson, David O'Leary, Chris Whyte/Lee Chapman, Kenny Sansom; Brian Talbott, Alan Sunderland, Graham Rix, Brian McDermott; Paul Davis, Raphael Meade/Terry Lee.





(Kompas, Jumat 17 Juni 1983). Foto: Ferdy Wenas. 

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini