Untuk menjadi yang terbaik, maka memanfaatkan kesempatan sekecil apapun memang harus dilakukan. Ya, contohnya apa yang dibuat oleh pasangan pereli Tony Hardianto dan Anthony Sarwono. Karena kepintarannya itu akhirnya mereka tampil sebagai juara reli nasional tahun ini yang berlangsung di ibukota Sumatera Selatan, 4-5 November 1995.
Kandasnya pesaing berat mereka, pasangan Hutomo MP alias Tommy Soeharto, dan Frederick TM di SS-3, sungguh membawa berkah buat Tony dan Anthony. Sebab bisa jadi jika tak mengalami nasib sial, jalan cerita reli bertitel Saputama Rally '1995 ini akan lain. "Ya bisa dikatakan kejadian (tabrakan) itu membawa keberuntungan buat kami," kata Tony terus terang.
Apalagi tanda-tandanya sudah tampak sejak SS-1 yang merupakan super SS. Tommy mencatat hasil 1 menit 47 detik, lebih baik dari catatan Tony yang 1 menit 52 detik. Namun di dua SS berikutnya, mimpi buruk buat Tommy benar-benar datang. Di SS-2, yang berjarak 11,51 km, mereka sempat kandas dan kehilangan waktu banyak, sapai 37,03 detik! Padahal Tony hanya butuh 7,51 detik saja. Padahal lagi, kedua pereli ini menggunakan mobil yang sama, Subaru Impreza.
Sejak di SS ini, ambisi Tony dan navigator Anthony terlihat meledak-ledak. Buktinya mereka selalu unggul waktu. Sampai akhirnya datang 'bantuan' buat Tony/Anthony dengan munculnya kesialan yang diderita Tommy/Frederick di SS-3. Dalam medan terbaik yang berjarak 21,75 km itu, kendaraan Impreza milik putra bungsu Presiden Soeharto itu nyangkut dan terpaksa harus mundur dari lomba. Saat penulis amati, terlihat Subaru Impreza warna biru yang dikendalikan Tommy berhenti tepat di depan sebuah pohon yang terletak di pinggir jurang kecil.
Cuaca Panas
"Bukan faktor mesin tapi masalah pengenalan mobil yang masih baru. Jadi teknis semata. Terus terang dengan Impreza 555 ini masih banyak yang harus kami pahami. Contohnya sistem suspensinya. Ini di luar dugaan kami," ujar Frederick sekaligus mengamini dugaan para wartawan. Bahkan dia membuka kelemahan lain, seperti menceritakan betapa mereka kesulitan memahami karakter Subaru Impreza 555. Saat menikung ke kiri, secara teori seharusnya mobil memutar ke kiri. "Tapi ini malah ke kanan. Aneh," tandasnya lagi.
Akibatnya mobil yang sudah miring itu menerjang dinding tanggul dan kemudian terguling. Beruntung keduanya tak mengalami cedera fatal sedikit pun. Cuaca panas juga banyak dituding sebagai salah satu rontoknya beberapa peserta. Sebagian wajah pereli terlihat merah membara akibat menahan panas yang semakin menggila di dalam cockpit. "Gila, muka gue udeh kayak udang rebus," sungut peserta lain, pereli wanita Ria Sungkar.
Satu yang pasti, di Palembang inilah sang juara akhirnya ditentukan. Pasangan Tony Hardianto/Anthony Sarwono meraih yang terbaik tahun ini. Sedangkan Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto harus puas menjadi runner-up dalam klasemen akhir. Di posisi ketiga ditempati oleh pereli Ledi Kurniadi. Sedangkan keponakan Tommy, yakni Dandy Rukmana berada di peringkat empat, disusul oleh Pratikno Singgih.
Yang lucu, kasak kusuk seputar apesnya Tommy di Palembang cukup riuh di kalangan wartawan dan insan otomotif. Masalahnya, seumur-umur Tommy belum pernah menang jika reli digelar di Palembang. Hmmm, ada apa dan kenapa ya?
(foto: Arief Natakusumah)
Irvan Gading/Harilatu, yang sempat memimpin lomba sebelum nyangkut di SS-9. |
Apalagi tanda-tandanya sudah tampak sejak SS-1 yang merupakan super SS. Tommy mencatat hasil 1 menit 47 detik, lebih baik dari catatan Tony yang 1 menit 52 detik. Namun di dua SS berikutnya, mimpi buruk buat Tommy benar-benar datang. Di SS-2, yang berjarak 11,51 km, mereka sempat kandas dan kehilangan waktu banyak, sapai 37,03 detik! Padahal Tony hanya butuh 7,51 detik saja. Padahal lagi, kedua pereli ini menggunakan mobil yang sama, Subaru Impreza.
Sejak di SS ini, ambisi Tony dan navigator Anthony terlihat meledak-ledak. Buktinya mereka selalu unggul waktu. Sampai akhirnya datang 'bantuan' buat Tony/Anthony dengan munculnya kesialan yang diderita Tommy/Frederick di SS-3. Dalam medan terbaik yang berjarak 21,75 km itu, kendaraan Impreza milik putra bungsu Presiden Soeharto itu nyangkut dan terpaksa harus mundur dari lomba. Saat penulis amati, terlihat Subaru Impreza warna biru yang dikendalikan Tommy berhenti tepat di depan sebuah pohon yang terletak di pinggir jurang kecil.
Cuaca Panas
"Bukan faktor mesin tapi masalah pengenalan mobil yang masih baru. Jadi teknis semata. Terus terang dengan Impreza 555 ini masih banyak yang harus kami pahami. Contohnya sistem suspensinya. Ini di luar dugaan kami," ujar Frederick sekaligus mengamini dugaan para wartawan. Bahkan dia membuka kelemahan lain, seperti menceritakan betapa mereka kesulitan memahami karakter Subaru Impreza 555. Saat menikung ke kiri, secara teori seharusnya mobil memutar ke kiri. "Tapi ini malah ke kanan. Aneh," tandasnya lagi.
Akibatnya mobil yang sudah miring itu menerjang dinding tanggul dan kemudian terguling. Beruntung keduanya tak mengalami cedera fatal sedikit pun. Cuaca panas juga banyak dituding sebagai salah satu rontoknya beberapa peserta. Sebagian wajah pereli terlihat merah membara akibat menahan panas yang semakin menggila di dalam cockpit. "Gila, muka gue udeh kayak udang rebus," sungut peserta lain, pereli wanita Ria Sungkar.
Tony Hardianto (kanan) dan Anthony Sarwono. |
Yang lucu, kasak kusuk seputar apesnya Tommy di Palembang cukup riuh di kalangan wartawan dan insan otomotif. Masalahnya, seumur-umur Tommy belum pernah menang jika reli digelar di Palembang. Hmmm, ada apa dan kenapa ya?
(foto: Arief Natakusumah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar