Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Kejurnas Go Kart 1994: Firhand Kalahkan Ananda

Ada rasa bangga ketika menyaksikan Kejuaraan Nasional Gokart Seri ke-IV di Sirkuit Sentul, Bogor, Ahad lalu. Mengapa? Tak lain, karena semakin banyaknya animo pembalap muda yang melirik perlombaan mobil balap mini itu.

Dominasi pembalap muda, atau boleh dikata anak ABG (Anak Baru Gede) yang hampir seluruhnya adalah putra mantan pembalap kondang, terlihat jelas. Dari enam nomor yang dilombakan, dua direbut oleh para pembalap muda itu, yaitu Firhand Ali yang berusia 16 tahun, merebut juara di kelas Intercontinental-A/SKE 100 cc, lalu Dimas Danindro (14) pada nomor Rising Star.
Kejurnas Go Kart 1994: Firhand Kalahkan Ananda
Gebyar anak-anak baru gede ber-Go Kart di Sirkuit Sentul.
Glen Iriawan, putra almarhum pembalap Hengky Iriawan tidak mau tergusur oleh ABG itu. Secara meyakinkan ia juara di kelas umum. Free For All (FFA). Firhand menduduki peringkat kedua. Namun yang paling menarik dari lomba berseri yang diadakan Komisi Gokart PB IMI ini adalah persaingan terselubung antara Firhand Ali dan Ananda Mikola. Dari sekian pembalap muda yang ada, keduanya memang yang paling menonjol. Pada nomor Intercontinental atau SKE 100 cc, Firhand dan Nanda bertarung sengit.

Dari putaran pertama hingga terakhir (putaran ke-24), keduanya bersaing ketat dengan aksi tempel-menempel. Rupanya mereka memang musuh bebuyutan. Akhirnya Firhand berhasil menang lewat selisih 3 detik. Terakhir kali Firhand mengalahkan Nanda terjadi pada Karting International Super Cup di Kemayoran, Mei lalu.

Ingin Profesional

"Meski tikungan di sini tajam, namun saya bisa atasi. Itu karena saya sering ikut lomba di dalam dan luar negeri," ungkap Firhand, putra pembalap Ali Muhammad yang masih bersekolah (SMA) di Singapura. Ia memang mencoba lebih profesional di balap kecil itu. Tak mau pindah atau mencoba nomor lain sebelum waktunya. Tidak seperti kebiasaan para pembalap, yang senang pindah jalur. Niatnya ini tidak main-main, dan dibuktikannya dengan masuk klub Kart Master Singapore.

"Saya belum mau pindah. sebelum menjadi juara Asia," tekadnya. Selain pengenalan sirkuit, kebiasaan membaca karakter pembalap baginya juga amat penting. Hal itu dibuktikannya ketika kembali menaklukkan Ananda di Sentul. "Saya sudah tahu kelemahannya, makanya dari awal saya langsung tancap gas," lanjutnya.

Bagaimana dengan Nanda? Ia tidak mau berkomentar tentang kekalahannya itu. Apalagi ia sempat dimaki oleh ayahnya, Tinton Soeprapto, yang tidak puas terhadap hasil lomba yang dicapai anak pertamanya itu. Selain Nanda, ikut Moreno Soeprapto, yang juga adiknya Nanda.


(foto: tjandra)




Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini