Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Claudio Ranieri (2): Belajar Ke Spanyol

Karier pelatih yang seumuran dengan Louis van Gaal ini dimulai di tim kecil Lametini (1986-87), lalu Puteolana (1987-88), sebelum menangani tim dari Pulau Sardinia itu di musim 1988-89. Ahli mempromosikan klub Serie B dibuktikan lagi kala mengangkat Fiorentina ke Serie A di 1992-93. "Juara Coppa Italia, Piala Super Italia, dan semifinal Liga Champion lawan Barcelona adalah prestasi terbaik saya di sana," kilahnya.

Claudio Ranieri: Belajar Ke Spanyol
Memulai debut internasional dengan melatih Valencia pada 1997/98.
"Juve memecat saya walau mereka di posisi dua, sebelumnya tiga. Oke-oke buat saya sebab banyak terjadi kesalahpahaman. Sejak pekan ketiga di Roma, saya memberi 80 poin dan hanya gagal juara di pekan terakhir dari Inter-nya Jose Mourinho. Saya izin pada pemain untuk pamit, mereka bilang tidak, namun itu tetap terjadi. Akhirnya saya mengucapkan selamat tinggal pada mereka," kata Ranieri lagi.

Namun Ranieri belum kehabisan rezekinya di Serie A. Agennya berhasil meyakinkan Inter yang lagi butuh pelatih baru untuk mengangkat posisinya. Dia setuju. Namun kisahnya di Inter barangkali lebih membukakan mata Interisti perihal ambruknya Inter usai ditinggal Mourinho, Rafael Benitez, Leonardo, dan Gasperini.

Hingga kini dia merasa bangga sebab saat berada di Nerazzurri tercatat sebagai satu-satunya manajer yang tak pernah membeli pemain. "Saat saya masuk sebenarnya tim mulai stabil, meraih kemenangan, namun akhirnya saya sendiri yang disalahkan. Saat harapan makin tinggi, tiba-tiba Philippe Coutinho dan Thiago Motta dijual," pungkasnya sekaligus menguak rahasia awal kehancuran Inter di 2011-12.

Claudio Ranieri: Belajar Ke Spanyol
Ranieri dan Monaco. Menyelamatkan dan sempat mengagumkan.
Tak tahan dengan intrik dan kondisi sepak bola di negaranya, memasuki musim 2012-13, untuk ketiga kalinya dia melanglang buana. Kali ini ke Prancis. Tugasnya tetap berat, harus meloloskan AS Monaco yang saat itu berada di Ligue 2 untuk promosi ke Ligue 1. Eh, Ranieri sukses. Untuk ketiga kalinya, setelah Cagliari dan Fiorentina, dia mempromosikan klub ke divisi utama. 

Monaco kagum lalu meneruskan kontrak Ranieri di 2013-14. Hasilnya luar biasa, meski tidak mengejutkan. Lagi-lagi timnya hanya finis di bawah Paris Saint Germain. "Kami bisa meraih 80 poin di belakang PSG yang saat itu sudah dibeli oleh sheikh," tukas Ranieri beralasan unik.

Prancis merupakan negara ketiga yang ditinggali Ranieri sebagai pelatih asing. Yang pertama adalah Spanyol, tatkala secara mengejutkan dia dipinang Valencia di musim 1997-98. Kelebihannya sebagai pelatih sabar dan bertangan dingin membuat klub top La Liga itu percaya dengan dirinya. Valencia hanya menempati posisi 9 dan 4 selama dua musim dibesut Ranieri, namun target lain tercapai: El Che melahirkan bintang.

Claudio Ranieri: Belajar Ke Spanyol
Periode kedua di Valencia melahirkan banyak bintang top.
Nama-nama yang kemudian tenar: Gaizka Mendieta, Miguel Angel Angulo, Santiago Canizares, atau Javier Farinos diorbitkan oleh Ranieri. Seusai di Valencia tiba-tiba dia menerima tawaran Jesus Gil, presiden Atletico Madrid yang dikenal punya kegemaran gila karena senang memecat pelatih. Namun Ranieri memang patut digusur sebab di akhir musim 1999-2000 itu Atleti teronggok di posisi 19 alias terdegradasi.

Seolah-olah tidak kapok dengan budaya sepak bola Spanyol yang keseringan gonta-ganti pelatih, Ranieri nekat kembali ke Valencia di musim 2005-06, setelah dipecat Roman Abramovich di Chelsea. Hasilnya: baru semusim dia kembali di-PHK akibat hanya membawa El Che di posisi ketujuh. Kondisi ini sangat menyakitkan hatinya sebab dalam dua musim beruntun dia selalu dipecat.

Dia memutuskan mesti istirahat dari hiruk-pikuk sepak bola. Entah di gudang atau di gua, Ranieri berkontemplasi secara mendalam mengenai nasib dan kariernya. Sejak Juni 2006 dia stop total, yang pertama kali dalam hidupnya sejak 1972, atau seperti di usia 21 tahun tatkala dirinya belum terjun total menggeluti calcio! Namun itu hanya berlangsung 6 bulan lebih saja, sebab mulai Februari 2007 ia kembali terjun ke sepak bola hingga kini.
Claudio Ranieri: Belajar Ke Spanyol
Sesaat sebelum gantung sepatu sebagai pemain di Palermo.
Claudio Ranieri dilahirkan di Roma pada 20 Oktober 1951. Kariernya di sepak bola bisa dibilang telat sebab dia baru menjadi pemain profesional di AS Roma di usia 22 tahun, meski sejak remaja sudah bergabung di akademi klub berjuluk Il Lupo itu. Ranieri justru tercatat sebagai salah satu pemain legenda Catanzaro yang dibelanya sebanyak 225 kali dengan sumbangan 8 gol selama 8 tahun (1974-1982).

Dia juga jelas bukan pemain kelas satu di Serie A sebab namanya tidak pernah mencuat ke permukaan, terlebih lagi dipanggil ke tim nasional. Setelah Catanzaro, dia sempat singgah di Catania (1982-1984) dan menggantung sepatunya di Palermo (1984-1986). Prestasi dan kenangan terbaik pria rendah emosi ini barangkali cuma merasakan empat kali promosi di sana, dua kali di Catanzaro dan sekali dengan Catania dan Palermo.

Beberapa bulan gantung sepatu bola, dia langsung terjun menangani klub amatir. Jadi pelatih! Ini membuktikan DNA sepak bolanya begitu kental. Tentu saja yang digarap adalah klub tarkam dulu, semisal Vigor Lamezia atau Campania Puteolana. Impiannya mengubah dari status pemain kapiran untuk menjadi pelatih profesional saat itu mulai dirajut, sebuah ide sederhana merupakan rute sukses mayoritas para manajer top.

Kisah sukses Ranieri sebenarnya dimulai di Inggris, di mana sepak bola adalah 'darah dan tulang' buat kebanyakan media massa di sana. Entah semalamnya habis bermimpi apa, Ken Bates si pemilik Chelsea tiba-tiba menyetujui nama Ranieri jadi pengganti Gianluca Vialli beserta caretaker-nya Graham Rix, sebagai pelatih baru The Blues. Tepat 18 September 2000, Ranieri tiba di London untuk memulai petualangan baru.

(foto: ilpost.it/isimewa)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini