Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Juventus 2015/16 (2): Banyak Pertanyaan Daripada Jawaban

Serie A tanpa Juventus barangkali sama saja Maroon 5 tanpa Adam Levine, bahkan Rolling Stones minus Mick Jagger. Fakta ini tersaji sejak era modern Serie A dibesut. Jangan lagi aksinya atau aktivitas calciomercato, apapun pun pernak-pernik Juventus laku dijual, muncul kegairahan.
Juventus 2015/16: Banyak Pertanyaan Daripada Jawaban
Lini tengah Juventus ibarat kelapa tua yang berisikan santan terbaik.
Sepanjang sejarahnya, Juventus telah memberi nilai ekonomis luar biasa pada Italia di industri sepak bola, pasar taruhan, pariwisata, media cetak, televisi hingga sekarang ke online. Hengkangnya tiga pentolan tim juara: Andrea Pirlo, Arturo Vidal dan Carlos Tevez menjadi buah bibir se-Italia karena terjadi di saat mereka merayakan euforia. Pembicaraan meluas sebab urusan di Juve selalu berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Ada yang diuntungkan, namun banyak pula yang dirugikan. Tak ayal, Andrea Agnelli (pemilik), Giuseppe Marotta (CEO), Fabio Paratici (Direktur Transfer) dan Max Allegri mendapat sorotan tajam.

Pesimis dan optimis berbaur menjadi satu. Berkaca pada sejarah secara antagonis hal ini pernah terjadi sebelumnya di era Giampiero Boniperti dan pelatih Giovanni Trapattoni. Sesudah menyabet Liga Champion 1985, secara mengejutkan Juve melepas tiga bintang terasnya: Marco Tardelli, Paolo Rossi dan Zbigniew Boniek. Mereka digantikan Massimo Mauro, Aldo Serena, dan Michael Laudrup. Hasilnya? Scudetto didapat tapi Liga Champion terlepas.

Apakah sejarah akan terulang? "Saya termasuk orang yang tidak percaya titel juara itu disebabkan pembelian pemain. Juara diraih dari hasil proyek yang matang, organisasi yang baik, rasa memiliki dan kepekaan dari para pemain. Tengoklah pada Gigi Buffon, Chiellini, Bonucci," sergah Marotta. Di satu kesempatan ucapannya diamini Tardelli di La Stampa dengan persepsi berbeda. "Pemain datang dan pergi, hanya klub yang abadi," tutur bekas gelandang sangar itu.

Koinsiden atau bukan, Juve telah mengamankan kontrak Buffon, Chiellini, dan Bonucci. Buffon hingga Juni 2017, Chiellini Juni 2018, lalu Bonucci Juni 2019. Namun ketiga kontrak ini masih kalah awet dibanding yang didapat Claudio Marchisio, yang telah bersama Bianconeri sejak usia 6 tahun.
Juventus 2015/16: Banyak Pertanyaan Daripada Jawaban
Paul Pogba berpotensi mengisi jejak Zinedine Zidane dan Michel Platini, jagoan Juve dari Prancis.
Kontrak si Juventus Sejati ini berlaku hingga Juni 2020, persis sama dengan Paulo Dybala, Alex Sandro dan Simone Zaza. Mercato atau transfer pemain sulit dipisahkan dalam sepak bola. Ia adalah supply chain di dalam inventaris klub, proses refreshing. Salah membeli atau menjual dalam sedetik, Anda bisa kehilangan nilai, kesempatan plus nambah masalah. Namun Juventus punya cara untuk mengatasi bentrokan dilematis dan ekonomis ini. Tentu mereka yang paling tahu soal pelepasan Pirlo, Vidal dan Tevez, yang barangkali saja karena 'ke-juventusan-nya' ketiganya sudah menipis. Siapa tahu.

Peran Pogba

Problem pertama di La Vecchia Signora (Si Nyonya Besar) yang paling serius adalah kebugaran tim, buah dari perjuangan habis-habisan musim lalu. Problem kedua soal sikap mental akibat belum meratanya pemahaman budaya. Allegri sempat naik pitam pada Alvaro Morata yang menutupi cederanya saat beruji coba dengan Lechia Gdansk.

Tiba-tiba dia diam di lapangan. Baru 27 menit, ia pun ditarik keluar. "Ia memang ada masalah. Tapi berhenti di tengah permainan itu tidak benar," ucap Allegri. Peristiwa sepele itu menjadi tanda bahwa skuad belum matang. Ini pertanyaan baru bagi Allegri. Dia sudah pening sebelumnya karena urusan cedera pemain inti dan mercato yang belum beres.

Ketika mereka amat dijagokan akan merebut titel kelima, kedua setelah era 1930-an, sikap mental beberapa pemain belum merata. "Pencapaian yang kemarin tak berarti apa-apa jika besok kami gagal. Para pesaing pasti bersemangat untuk merusak rekor itu," ramal Allegri. "Juventus ternyata masih membangun fondasi!" sindir harian umum Corriere della Serra melihat menumpuknya problem sang juara. Koran kota Milano ini bikin lapsus: kilas balik 30 tahun Juve, komparasi tim 2015 dengan tim 1985. Satu perbedaan telak diungkap, Juventus tidak punya si Nomor 10.
Juventus 2015/16: Banyak Pertanyaan Daripada Jawaban
Michel Platini, pusat kendali permainan Juve di era 1980-an.
Dulu ada Michel Platini. Kini? Okelah kalau Buffon menapaktilasi Stefano Tacconi, lalu Chiellini untuk Gaetano Scirea, atau Marchisio untuk Laudrup. Tapi siapa suksesor Platini? Dalam budaya calcio, tim sempurna harus memiliki 11 orang dengan peran berlainan dan puncak rantai peranan itu ada pada konduktor permainan alias playmaker alias Si Nomor 10!

Seorang playmaker sering bertugas juga sebagai fantasista, false 9, dan biasanya dia jadi salah satu marcatore atau pencetak gol. Bahkan sekaliber Platini atau Maradona naik kelas sebagai capocannonieri atau finisher. Adapun peran utama dua penyerang, prima punta dan seconda punta, hanya menyesuaikan diri dengan situasi. Paul Pogba merupakan satu-satunya pemain yang berani mengungkapkan rasa kehilangan atas kepergian Vidal dan Pirlo. "Dari dua pemain hebat ini saya paling banyak dapat pelajaran," kata si gelandang Prancis. Allegri konon menyuruh Pogba untuk belajar menjadi fantasista.

Sejak lama Chiellini pun terus membisiki Pogba agar meniru gol-gol yang dibuat Vidal. "Saya coba seberapa jauh sanggup," ungkap bujangan berdarah Guinea kelahiran 15 Maret 1993. Terlambat atau tidak, menarik ditunggu Pogba menapaktilasi Zinedine Zidane (1996-2001) sebagai pelakon fantasista di Juventus. Bisa jadi isu ini paling ditunggu khalayak ramai ketimbang kegamangan Juve dan Allegri dengan target musim ini.

Membangun fondasi tim dan bisnis untuk lima tahun ke depan atau merebut gelar Liga Champion dan mempertahankan titel Serie A? Ingin semuanya? Kian tinggi yang ingin dicapai, kian terjal pula tantangannya. Silakan saja.

(foto: special1s/the18/bbc)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini