Pemeran utama kisah Renaissance Liverpool. |
Di Swansea, tipikal Rodgers digambarkan melalui kemutlakan penguasaan bola dan menekan lawan. Gayanya dipengaruhi Paulo Sousa dan Roberto Martinez, dua pelatih sebelumnya. Lebih jauh lagi, ini merupakan warisan John Toshack, pria Wales yang pernah melatih Real Madrid. Saat datang ke Anfield, bahkan sebelum meneken kontrak, ia mengemukakan ide-idenya untuk Liverpool.
Di hadapan petinggi klub, take it or leave it, dia melakukan presentasi sebanyak 180 slide! Dengan segala maaf, Rodgers rupanya telah meng-assest selama ini Liverpool bermain tanpa imajinasi yang berasaskan enerji tinggi dan sistem teknis permainan.
[2] Mengeksekusi Imajinasi
Rogers mengutamakan keahlian dan kualitas teknik para pemain Britania dan akademi, lepas modal mereka banyak di permainan fisik dan berteknik satu dimensi. Di Swansea City, klub dari Wales yang lingkungannya tidak eksotis, dia memimpikan metode Barcelona: pressing dan possession bola yang kohesif dan mencengangkan.
Pria Irlandia Utara ini mau belajar banyak dan mengeksekusi ilmu bangsa lain. Dia mengajarkan tujuh patriot Inggris-nya: Steven Gerrard, Raheem Sterling, Joe Allen, Daniel Sturridge, Jordan Henderson, Glen Johnson serta Jon Flanagan bertahan efisien dengan menekan lawan, memenangkan duel udara serta menyerang efektif lewat counter-attack.
[3] Taktik yang Fleksibel
Jika Barcelona dan Arsenal sangat terkenal tak punya Plan B, maka Rodgers membuang yang tak berguna dari mereka. Jangan lagi deretan lawan, pakar taktik bola ikut-ikutan bingung dibuatnya. Tak ada yang tahu main Liverpool seperti apa. Antara Suarez, Sterling, Sturridge atau Coutinho di wilayah dua pertiga lapangan sepertinya tak punya posisi!
Banyak bek yang frustrasi sebab dalam lima menit saja, mereka harus meladeni tiga-empat lawan berbeda! Belakangan Sterling dimainkan Rodgers di belakang Suarez-Sturridge, sebagai penyerang lubang. Arsene Wenger dan Manuel Pellegrini pun jadi korban taktik ini. Sterling bikin gol di dua big-match tersebut. Khusus pasal yang ketiga ini, Rodgers haram berkompromi dengan anak buahnya.
[4] Perubahan Dramatis
Mau dibilang raja tega atau tak berempati, ia pantang bergeming untuk segera merajut butiran visinya. Risiko tak populer siap dihadapi. Yang biasa dipuja, harus angkat kaki. Karier Pepe Reina, Fabio Aurelio, Dirk Kuyt, Maxi Rodriguez, Alberto Aquilani, Andy Carroll, Charlie Adam, Joe Cole, dan Stewart Downing pun finis di Anfield.
[5] Menciptakan Values Pengalaman dan Potensi
Ada yang pergi, tentu ada yang datang. Hadirnya Simon Mignolet sempat bikin alis rakyat YNWA naik sebab diplot untuk mengisi posisi Reina. Juga Phillipe Coutinho, Iago Aspas, dan Victor Moses untuk Adam, Kuyt, dan Downing. Jangan resah sebab Rodgers adalah pelatih pintar, motivator, dan seorang man of management yang andal.
Paling menarik adalah keberanian dan keyakinan Rodgers untuk mengatrol konfidensi Hendo, calon pengganti Gerrard, yang dua tahun belakangan dicibirkan masyarakat serta disepelekan pers lantaran harganya kelewat mahal, 20 juta pound, waktu diciduk dari Sunderland. Persepsi pun berubah. Kini pemuda 23 tahun itu malah dijagokan sebagai tandem Gerrard di Piala Dunia 2014.
(foto: footballtop/liverpoolecho/dailymail)