Memasuki tahun ketiga 'puasa' tampil di ajang Eropa, dampak dari tragedi Heysel, agaknya klub-klub Inggris mulai kehausan kendati di sisi lain ada hikmahnya. Di tahun 1988 itu, bangsa Inggris kebetulan punya simpanan perayaan seabad kelahiran Football League, operator liga sepak bola pertama di dunia.
Mercantile Credit Management (MCM), sebuah institusi Australia yang cara cari duitnya memberi kredit dengan imbalan bunga, bersedia mensponsori kegiatan bagi 'orang-orang kehausan' tersebut. Sepanjang 1988, MCM menjamin dana dua turnamen yang pada satu segi, bertujuan memberi sampingan untuk pemain. Sebagai rekanan FA, MCM leluasa berbisnis di Football League. Dihelatnya Football Centenary Trophy 1988, yang mainnya sebulan sekali, jadi hadiah bagus buat klub-klub top jika menyebut 'seteguk air' dianggap rada kasar. Ajang ini juga sebagai koreksi dari kegagalan pesta sebelumnya, pada 16-17 April, yang berakhir gagal total dari sisi bisnis, dan setengah memalukan dari sisi tontonan. Meski main di Wembley dan diikuti 16 klub hasil audisi berdasarkan performa teranyar, turnamen The Mercantile Credit Football Festival itu amat miskin gol akibat mengingkari sepak bola sendiri.
Masak' mainnya 2 x 40 menit? Dan, lihat sendiri, ada 16 klub dan dalam waktu dua hari. Bisa dibayangkan seperti apa kualitas permainan mereka. Para peserta turnamen edisi pertama itu adalah Aston Villa, Blackburn Rovers, Crystal Palace, Everton, Leeds United, Liverpool, Luton Town, Manchester United, Newcastle United, Nottingham Forest, Sheffield Wednesday, Sunderland, Tranmere Rovers, Wigan Athletic, Wimbledon, dan Wolverhampton Wanderers.
Juaranya adalah Forest yang di final mengalahkan Wolves lewat adu penalti pasca bermain tanpa gol. Peserta banyak tapi waktunya sempit yang berefek dipangkas waktu permainan, skor 0-0 pun merajalela sejak awal. Lucu, melihat klub top seperti Liverpool cuma main sekali doang, sebab kalah adu penalti dari di Newcastle di penyisihan awal.
Cukup masuk akal bila empat tim ibukota; Arsenal, Chelsea, Tottenham dan West Ham, ogah ikutan karena merasa esensinya bertentangan dengan nurani mereka. Satu-satunya hiburan terbaik turnamen saat melihat kiprah Tranmere, klub divisi empat yang menggilas Wimbledon dan Newcastle sebelum disingkirkan Forest lewat adu penalti.
Lantaran terikat kontrak, Football Centenary Trophy 1988 jilid II kembali digelar dengan titel Mercantile Credit Centenary Trophy Final dengan peserta terbatas. Arsenal, Everton, Liverpool, Manchester United, Newcastle United, Nottingham Forest, Queens Park Rangers dan Wimbledon. Sistem pertandingan yang dipakai adalah sistem gugur.
Waktu turnamen yang tidak kondusif, 31 Agustus, atau menjelang bergulirnya musim 1988/89, berujung pada seretnya penonton di empat laga kualifikasi. Liverpool vs Forest 4-1 (20.141 penonton), Manchester United vs Everton 1-0 (16.439), Newcastle vs Wimbledon 1-0 (17.141), dan Queens Park Rangers vs Arsenal 0-2 (10.019).
Melihat minimnya orang ke stadion, kualitas turnamen ini dipertanyakan orang. Liputan pers tak begitu luas, stasiun TV juga tidak antuasias menayangkannya. Hal ini mengingatkan saat final edisi pertama, Wembley kosong melompong lantaran cuma diisi 17.000 penonton! Surutnya animo diduga karena absennya empat klub top ibukota.
Hadirnya Arsenal tidak banyak membantu gairah di edisi kedua. Chelsea, Spurs, dan West Ham tetap absen. Mereka digantikan oleh QPR dan Wimbledon. Mercantile Credit Centenary Trophy benar-benar cuma jadi festival belaka bahkan eksibisi! Satu-satunya laga yang sarat penonton terjadi di semifinal antara Arsenal vs Liverpool. Pada 20 September 1988 itu, Highbury dikunjungi 29.235 orang untuk melihat kemenangan The Gunners 2-1. Arsenal melaju ke final dan bertemu Manchester United yang mengalahkan Newcastle 2-0 di hadapan hanya 14.968 penonton Old Trafford!
Karena trauma Wembley takut kosong lagi, laga final pun dipindah ke Villa Park di Birmingham. Hasilnya lumayan. Dua pertiga Villa Park dipenuhi 22.182 penonton saat final pada 9 Oktober 1988. Paul Davis dan Michael Thomas, mencetak dua gol Arsenal. Sementara Manchester United hanya membalas melalui Clayton Blackmore. The Gunners pun jadi juara turnamen super-langka sebab, barangkali, berikutnya akan digelar pada 2088!
Seorang Gooner menuliskan pengalamannya menonton final yang diguyur hujan lebat tersebut. Dia antusias pergi jauh ke Birmingham dengan satu alasan: ingin melihat timnya meraih trofi, apapun itu. Mercantile Centenary Trophy barangkali mudah dilupakan, tapi titel ini dianggap obat mujarab kedukaan Arsenal di final Piala Liga 1987.
Laga centenary lain yang jadi penghibur klub-klub Inggris lantaran masih kena tampil di ajang Eropa adalah duel tim Football League XI (Gary Lineker cs) vs Rest of the World XI (Diego Maradona cs), Agustus 1987, di Wembley. Satu lagi adalah antara juara Liga Inggris Everton vs juara Liga Champion 1987 Bayern Muenchen yang berakhir 3-1.
ARSENAL vs MANCHESTER UNITED 2-1
Tempat: Stadion Villa Park, Birmingham
Waktu: Minggu, 9 Oktober 1988
Kick-off: 15.30 Waktu Lokal
Penonton: 22.182 orang
Wasit: George Courtney
Pencetak Gol: Paul Davis, Michael Thomas (Arsenal); Clayton Blackmore (Manchester United)
Road to Final: Perempatfinal: QPR 0-2 Arsenal (29/08/1988) Semifinal: Arsenal 2-0 Liverpool (20/09/1988)
Arsenal (4-4-2): 1-Jim Furnell; 3-Robert McNab, 6-Ian Ure, 4-Frank McLintock, 5-Peter Simpson; 9-George Graham, 2-Peter Storey, 7-John Radford, 8-David Jenkins (12-Terry Neill 75'); 10-Jon Sammels, 11-George Armstrong. Manajer: George Graham
Manchester United (4-4-2): 1-Gary Sprake; 3-Terry Cooper, 5-Jack Charlton, 6-Norman Hunter, 2-Paul Reaney; 11-Eddie Gray (12-Rod Belfitt, 75'), 10-Johnny Giles, 4-Billy Bremner, 8-Peter Lorimer; 7-Jimmy Greenhoff, 9-Paul Madeley. Manajer: Alex Ferguson
Skuad Arsenal 1988/89
Kiper: John Lukic, Alan Miller. Bek: Tony Adams, Steve Bould, Gus Caesar, Lee Dixon, David O'Leary, Nigel Winterburn. Gelandang: Paul Davis, Perry Groves, Martin Hayes, Brian Marwood, Steve Morrow, David Hillier, Paul Merson, Kevin Richardson, David Rocastle, Michael Thomas. Penyerang: Kevin Campbell, Niall Quinn, Alan Smith. Manajer: George Graham
(foto: youtube)
Mercantile Credit Management (MCM), sebuah institusi Australia yang cara cari duitnya memberi kredit dengan imbalan bunga, bersedia mensponsori kegiatan bagi 'orang-orang kehausan' tersebut. Sepanjang 1988, MCM menjamin dana dua turnamen yang pada satu segi, bertujuan memberi sampingan untuk pemain. Sebagai rekanan FA, MCM leluasa berbisnis di Football League. Dihelatnya Football Centenary Trophy 1988, yang mainnya sebulan sekali, jadi hadiah bagus buat klub-klub top jika menyebut 'seteguk air' dianggap rada kasar. Ajang ini juga sebagai koreksi dari kegagalan pesta sebelumnya, pada 16-17 April, yang berakhir gagal total dari sisi bisnis, dan setengah memalukan dari sisi tontonan. Meski main di Wembley dan diikuti 16 klub hasil audisi berdasarkan performa teranyar, turnamen The Mercantile Credit Football Festival itu amat miskin gol akibat mengingkari sepak bola sendiri.
Masak' mainnya 2 x 40 menit? Dan, lihat sendiri, ada 16 klub dan dalam waktu dua hari. Bisa dibayangkan seperti apa kualitas permainan mereka. Para peserta turnamen edisi pertama itu adalah Aston Villa, Blackburn Rovers, Crystal Palace, Everton, Leeds United, Liverpool, Luton Town, Manchester United, Newcastle United, Nottingham Forest, Sheffield Wednesday, Sunderland, Tranmere Rovers, Wigan Athletic, Wimbledon, dan Wolverhampton Wanderers.
Juaranya adalah Forest yang di final mengalahkan Wolves lewat adu penalti pasca bermain tanpa gol. Peserta banyak tapi waktunya sempit yang berefek dipangkas waktu permainan, skor 0-0 pun merajalela sejak awal. Lucu, melihat klub top seperti Liverpool cuma main sekali doang, sebab kalah adu penalti dari di Newcastle di penyisihan awal.
Cukup masuk akal bila empat tim ibukota; Arsenal, Chelsea, Tottenham dan West Ham, ogah ikutan karena merasa esensinya bertentangan dengan nurani mereka. Satu-satunya hiburan terbaik turnamen saat melihat kiprah Tranmere, klub divisi empat yang menggilas Wimbledon dan Newcastle sebelum disingkirkan Forest lewat adu penalti.
Lantaran terikat kontrak, Football Centenary Trophy 1988 jilid II kembali digelar dengan titel Mercantile Credit Centenary Trophy Final dengan peserta terbatas. Arsenal, Everton, Liverpool, Manchester United, Newcastle United, Nottingham Forest, Queens Park Rangers dan Wimbledon. Sistem pertandingan yang dipakai adalah sistem gugur.
Waktu turnamen yang tidak kondusif, 31 Agustus, atau menjelang bergulirnya musim 1988/89, berujung pada seretnya penonton di empat laga kualifikasi. Liverpool vs Forest 4-1 (20.141 penonton), Manchester United vs Everton 1-0 (16.439), Newcastle vs Wimbledon 1-0 (17.141), dan Queens Park Rangers vs Arsenal 0-2 (10.019).
Melihat minimnya orang ke stadion, kualitas turnamen ini dipertanyakan orang. Liputan pers tak begitu luas, stasiun TV juga tidak antuasias menayangkannya. Hal ini mengingatkan saat final edisi pertama, Wembley kosong melompong lantaran cuma diisi 17.000 penonton! Surutnya animo diduga karena absennya empat klub top ibukota.
Hadirnya Arsenal tidak banyak membantu gairah di edisi kedua. Chelsea, Spurs, dan West Ham tetap absen. Mereka digantikan oleh QPR dan Wimbledon. Mercantile Credit Centenary Trophy benar-benar cuma jadi festival belaka bahkan eksibisi! Satu-satunya laga yang sarat penonton terjadi di semifinal antara Arsenal vs Liverpool. Pada 20 September 1988 itu, Highbury dikunjungi 29.235 orang untuk melihat kemenangan The Gunners 2-1. Arsenal melaju ke final dan bertemu Manchester United yang mengalahkan Newcastle 2-0 di hadapan hanya 14.968 penonton Old Trafford!
Trio Michael Thomas, David Rocastle, & Paul Davies. |
Seorang Gooner menuliskan pengalamannya menonton final yang diguyur hujan lebat tersebut. Dia antusias pergi jauh ke Birmingham dengan satu alasan: ingin melihat timnya meraih trofi, apapun itu. Mercantile Centenary Trophy barangkali mudah dilupakan, tapi titel ini dianggap obat mujarab kedukaan Arsenal di final Piala Liga 1987.
Laga centenary lain yang jadi penghibur klub-klub Inggris lantaran masih kena tampil di ajang Eropa adalah duel tim Football League XI (Gary Lineker cs) vs Rest of the World XI (Diego Maradona cs), Agustus 1987, di Wembley. Satu lagi adalah antara juara Liga Inggris Everton vs juara Liga Champion 1987 Bayern Muenchen yang berakhir 3-1.
DATA-FAKTA FINAL
ARSENAL vs MANCHESTER UNITED 2-1
Tempat: Stadion Villa Park, Birmingham
Waktu: Minggu, 9 Oktober 1988
Kick-off: 15.30 Waktu Lokal
Penonton: 22.182 orang
Wasit: George Courtney
Pencetak Gol: Paul Davis, Michael Thomas (Arsenal); Clayton Blackmore (Manchester United)
Road to Final: Perempatfinal: QPR 0-2 Arsenal (29/08/1988) Semifinal: Arsenal 2-0 Liverpool (20/09/1988)
Arsenal (4-4-2): 1-Jim Furnell; 3-Robert McNab, 6-Ian Ure, 4-Frank McLintock, 5-Peter Simpson; 9-George Graham, 2-Peter Storey, 7-John Radford, 8-David Jenkins (12-Terry Neill 75'); 10-Jon Sammels, 11-George Armstrong. Manajer: George Graham
Manchester United (4-4-2): 1-Gary Sprake; 3-Terry Cooper, 5-Jack Charlton, 6-Norman Hunter, 2-Paul Reaney; 11-Eddie Gray (12-Rod Belfitt, 75'), 10-Johnny Giles, 4-Billy Bremner, 8-Peter Lorimer; 7-Jimmy Greenhoff, 9-Paul Madeley. Manajer: Alex Ferguson
Skuad Arsenal 1988/89
Kiper: John Lukic, Alan Miller. Bek: Tony Adams, Steve Bould, Gus Caesar, Lee Dixon, David O'Leary, Nigel Winterburn. Gelandang: Paul Davis, Perry Groves, Martin Hayes, Brian Marwood, Steve Morrow, David Hillier, Paul Merson, Kevin Richardson, David Rocastle, Michael Thomas. Penyerang: Kevin Campbell, Niall Quinn, Alan Smith. Manajer: George Graham
(foto: youtube)