Ini adalah serentetan trilogi mana kala Liverpool menjelma menjadi kesebelasan yang paling enak ditonton, menghibur, genit, menggemaskan, penuh gairah di mana romantisme dan keganasan bersatu padu. Jangan lagi Anda, siapapun pelatih bola di dunia ini pasti menyukainya.
Ada sepasang striker ambisius yang punya karakterisitik permainan dan tingkah pola yang sangat berbeda tapi saling menunjang, saling melengkapi, saling mengisi. Ada sebaris trisula predator ganas yang selalu bikin ciut nyali musuh-musuhnya sekaligus perasaan tidak nyaman pendukung lawan.
Gol-gol mereka selalu mengandung unsur egoisme, ambisi, kerja keras, kerapkali mesti egosentris yang menjadi DNA-nya. Apapun rintangannya bukanlah penghalang buat Daniel Sturridge dan Luis Suarez untuk melesakkan bola lewat berbagai cara dan tindakan. Di atas itu semua, pahala terbaik mereka buat Liverpool, tiada lain, sanggup menebarkan harapan.
Ini sebenarnya yang sangat dan paling penting. Hampir seperempat abad, Liverpool tak pernah lagi mengelus atau membelai trofi liga. Bayangkan, nyaris 25 tahun! Buat klub legendaris tentu sangat sangat lama, keterlaluan bahkan waktunya sudah hampir dua kali lipat dari Arsenal. Tapi, syukur Alhamdulillah, peluang itu telah terbuka lebar-lebar sekarang. Ya, apalah artinya hidup tanpa memiliki harapan?
Tak syak lagi, keduanya soulmate penyerang idaman saat ini. Itulah positioning terbaik Sturridge-Suarez di Liverpool. Sebuah duo ideal yang di setiap gerak-geriknya, kegembiraannya, selebrasinya, menjadi denyut nadi harapan dan tarikan nafas peluang pasukan Brendan Rodgers beserta khalayak ramai Republik Liverpudlian. Mereka telah mengguncangkan bumi Britania!
Publik menamakan pasangan ini SAS, plesetan dari pasukan komando elite Inggris yang amat ditakuti sejagat, Special Air Service. SAS tentu bermakna Sturridge And Suarez seperti yang diharapkan pers. Bak sebuah unit komando militer yang selalu menghadapi risiko terberat, tertinggi di dalam tugasnya, begitu pula kendala yang dihadapi Sturridge-Suarez.
Suarez adalah seorang pejuang yang pantang menyerah, papar Ole Gunnar Solskjaer, usai perjuangan batalyonnya dilumat duet SAS dengan skor 3-6. Secara spesifik, manajer Cardiff City itu menganggap sosok Suarez sebagai biang keladi kehancuran timnya. Di matanya, pria Uruguay itu orang yang selalu optimistis pada upayanya, lebih hebat dari sekadar striker top.
Pers di Inggris malahan menganggap tandem SAS 'KW1' (Suarez-Sturridge) itu lebih hebat dari duet SAS 'Ori' milik Blackburn Rovers 1994/95 di diri (Alan) Shearer dan (Chris) Sutton. Jika di akhir musim ini duet 'KW1' mampu menyamai kiprah duet 'Ori' yakni memberi andil besar menjadi juara liga, maka bisa jadi posisi historis mereka jadi terbalik.
Hal paling menarik menonton Liverpool di musim ini, ya tiada lain suguhan puisi dan prosa bergerak dalam diri trio-pembunuh: Luis Suarez, Daniel Sturridge dan Raheem Sterling. The Reds boleh memble di belakang, tidak mentereng di zona sayap, kurang sip di lini tengah bahkan pas-pasan di bawah mistar gawang. Sungguh, semua itu tak soal sebab mereka punya tridente maut, metamorfosa dari SAS menjadi SSS, tripel S!
Pujian Italia
Ibarat predator, Suarez adalah Tyrannosaurus-Rex, dinosaurus terganas yang selalu menyantap mangsa apa saja, termasuk dinosaurus itu sendiri dengan tega bin kejam. Sementara Sturridge lebih menyerupai seekor Troodon, dinosaurus paling cerdik yang membunuh korbannya dengan berdarah dingin, dikunyah sedikit demi sedikit dan punya cara ekslusif dengan memainkan mangsanya terlebih dulu.
Adalah mimpi buruk buat lawan sebab Liverpool punya dinosaurus ketiga! Barangkali banyak orang tahu. Ya, Raheem Sterling. Gelandang serang yang sekampung dengan musisi legendaris Bob Marley, Jamaika ini adalah stimulan vital yang melakoni tugas pembuka jalan atau pemecah kebuntuan bagi duet SAS. Sterling bak seekor Dromiceiomimus, dinosaurus tercepat yang sanggup berlari 60 km/jam. Pemuda yang gerakannya seperti nyamuk ini melengkapi trio maut The Reds di abad ini.
Sebagai mahluk paling eksplosif di Liverpool musim 2013/14, pemuda yang baru 19 tahun tapi sudah beristri dan beranak dua itu tahu betul menggunakan kecepatan. Manchester United, Tottenham, dan Arsenal tak pernah lupa pada akselerasinya menggiring bola, kadang sambil meliak-liuk atau sekonyong-konyong mengerem mendadak yang bikin pengawalnya terjungkal.
Trio SSS yang dialiri enerji kohesi sempurna menjelma menjadi kombinasi free-scoring sempurna dan klik mematikan. Selain mendapat apresiasi, tridenta ini memang terbukti telah sebagai fear factor buat siapapun yang menghadapi Liverpool. Tiga teroris ulung ini adalah bangunan dasar ambisi Liverpool yang terlihat tak pernah terpuaskan dan sangat berbeda kinerjanya dibandingkan musim sebelumnya.
Determinasi mereka mempengaruhi komposisi permainan dan nyali rekan-rekannya. Saat getaran passion ketiganya muncul, saat itu pula gelegak adrenalin menulari skuad. Intisari skuad Liverpool sebenarnya cuma dibuat oleh 5-6 pemain saja. Duet SAS atau trio SSS selalu ditopang Steven Gerrard, Jordan Henderson, atau Philippe Coutinho, atau Joe Allen atau Lucas Leiva.
Manakala trisula maut ini tak bermain baik, dijamin permainan Liverpool akan hancur. Jose Mourinho, Manuel Pellegrini dan Arsene Wenger, adalah sedikit pelatih yang hafal tahu betul bagaimana cara menanggulangi mereka, intinya jangan sampai ada bola yang dikirim ke mereka. Pola main Rodgers adalah sistem blok, di mana organisasi sejajar menjadi kunci permainan, bertahan dan menyerang.
Kinerja trio SSS menutupi serta menolong pertahanan Liverpool yang sebenarnya kacrut. Gerrard, Henderson, atau Coutinho sangat lazim segera mengirim bola ke kiri, kanan, atau depan di mana Sturridge-Suarez-Sterling sontak melakukan rotasi secara otomatis. Ketika itulah lini belakang Liverpool punya waktu memulai konsolidasi dan koordinasi lagi. Begitu seterusnya.
Kedigdayaan trio SSS memang memukau siapa pun. Secara spesifik pelatih nasional Italia Cesare Prandelli berandai-andai apabila Sturridge dan Sterling orang Italia. Seperti diketahui, di Piala Dunia 2014 Italia sekandang di Grup D bersama Costa Rica, Inggris serta Uruguay. Ini berarti lawan terberat yang dihadapi Gli Azzurri adalah trio SSS!
70 Juta Pound
"Alangkah bahagianya jika kami punya Sturridge dan Sterling. Kecepatan, enerji dan stamina mereka sangat hebat serta bermain luar biasa untuk klub mereka. Inggris beruntung menemukan sepasang pemain menarik seperti itu," kata Prandelli, yang di perempatfinal EURO 2012 menyingkirkan skuad Roy Hodgson lewat drama adu penalti.
Namun sorry to say, untuk menemukan pemain bertipe Sturridge dan Sterling buat bangsa Italia memang bak mencari dua jarum di tumpukan jerami. Italia beruntung di Ukraina 2012 sebab duo Sturridge-Sterling belum dipanggil tim nasional Inggris. Tapi nanti di Brasil ceritanya pasti lain. Tak heran jika Prandelli kini sangat khawatir dengan kekuatan Inggris.
Sadar betapa prospektifnya masa depan Liverpool melihat potensi duet SAS atau trio SSS, manajemen berniat untuk melindungi ketiga bintangnya dari incaran para pesaing, terutama sang pendekar utamanya, Luis Alberto Suarez Diaz alias Luis Suarez. Menurut si pemilik Liverpool, John W Henry, pihaknya punya dua cara untuk mengikat El Pistoleiro selama mungkin di Anfield.
Pertama dia akan menaikkan nilai kontrak dan gajinya, kedua: mengabaikan semua penawaran. Dengan status tak mau menjual, tak berminat dan tak berniat, secara moril Liverpool masih punya hak pada pria yang dibeli dari Ajax, Januari 2011. Ketika Suarez tiba-tiba mbalelo lantaran merasa klubnya tak punya ambisi dan peluang ke Liga Champion, seketika itu pula suasana jadi heboh.
Arsenal dan Real Madrid paling berpeluang memakai jasa dan tenaganya. Tarik ulur kubu Emirates dan Anfield sedemikian intensnya yang berujung tensi tinggi usai kedua pihak saling sindir menyindir. Suarez memang punya klausul membeli kontraknya sendiri pada sisa waktunya di Anfield senilai 40 juta pound. Pada Agustus 2013, Arsene Wenger melayangkan tawaran melecehkan nan ngeledek 40.000.001 pound saking frustrasinya menghadapi kepala batu kubu Liverpool!
Andai tiada upaya keras, plus sembah sujud dengan sangat dari Gerrard dan Rodgers, sambil berjanji akan menjamin ajang Liga Champion sesuai hasrat terbesarnya, niscaya Suarez sudah pindah ke Emirates. Kasus Suarez jelas beda dengan Fernando Torres di mana Liverpool berminat menjualnya ke Chelsea 50 juta pound pada 31 Januari 2011.
Akhirnya drama Suarez kelar untuk sementara waktu saat pada Januari 2014 Liverpool memberi kontrak baru. Henry berani menggaji Suarez 200.000 pound per pekan, senilai 10 juta pound/tahun, sampai 2018 atau kontrak empat setengah musim. Klausul kontrak pun melesat menjadi 70 juta pound. Jumlah ini sebenarnya belum begitu aman dari incaran investor baru.
Sebagian pihak di Anfield bahkan ngotot agar buy-out clausul Suarez digenapkan menjadi 100 juta pound untuk mematok standar tinggi plus memagari Suarez agar tak loncat dari Anfield. Sebegitunyakah? Sesuai fakta, apa mau dikata Luis Suarez memang telah menjadi key success factor kebangkitan Liverpool musim ini. Dari dirinyalah lahirnya duet SAS atau tripel SSS.
(foto: dailymail/theguardian/siamliverpool/mirror/liverpoolecho)
Duet Sturridge-Suarez mengingatkan Shearer-Sutton. |
Gol-gol mereka selalu mengandung unsur egoisme, ambisi, kerja keras, kerapkali mesti egosentris yang menjadi DNA-nya. Apapun rintangannya bukanlah penghalang buat Daniel Sturridge dan Luis Suarez untuk melesakkan bola lewat berbagai cara dan tindakan. Di atas itu semua, pahala terbaik mereka buat Liverpool, tiada lain, sanggup menebarkan harapan.
Ini sebenarnya yang sangat dan paling penting. Hampir seperempat abad, Liverpool tak pernah lagi mengelus atau membelai trofi liga. Bayangkan, nyaris 25 tahun! Buat klub legendaris tentu sangat sangat lama, keterlaluan bahkan waktunya sudah hampir dua kali lipat dari Arsenal. Tapi, syukur Alhamdulillah, peluang itu telah terbuka lebar-lebar sekarang. Ya, apalah artinya hidup tanpa memiliki harapan?
Tak syak lagi, keduanya soulmate penyerang idaman saat ini. Itulah positioning terbaik Sturridge-Suarez di Liverpool. Sebuah duo ideal yang di setiap gerak-geriknya, kegembiraannya, selebrasinya, menjadi denyut nadi harapan dan tarikan nafas peluang pasukan Brendan Rodgers beserta khalayak ramai Republik Liverpudlian. Mereka telah mengguncangkan bumi Britania!
Publik menamakan pasangan ini SAS, plesetan dari pasukan komando elite Inggris yang amat ditakuti sejagat, Special Air Service. SAS tentu bermakna Sturridge And Suarez seperti yang diharapkan pers. Bak sebuah unit komando militer yang selalu menghadapi risiko terberat, tertinggi di dalam tugasnya, begitu pula kendala yang dihadapi Sturridge-Suarez.
Duet striker memang punya sejarah bagus di liga. |
Pers di Inggris malahan menganggap tandem SAS 'KW1' (Suarez-Sturridge) itu lebih hebat dari duet SAS 'Ori' milik Blackburn Rovers 1994/95 di diri (Alan) Shearer dan (Chris) Sutton. Jika di akhir musim ini duet 'KW1' mampu menyamai kiprah duet 'Ori' yakni memberi andil besar menjadi juara liga, maka bisa jadi posisi historis mereka jadi terbalik.
Hal paling menarik menonton Liverpool di musim ini, ya tiada lain suguhan puisi dan prosa bergerak dalam diri trio-pembunuh: Luis Suarez, Daniel Sturridge dan Raheem Sterling. The Reds boleh memble di belakang, tidak mentereng di zona sayap, kurang sip di lini tengah bahkan pas-pasan di bawah mistar gawang. Sungguh, semua itu tak soal sebab mereka punya tridente maut, metamorfosa dari SAS menjadi SSS, tripel S!
Pujian Italia
Ibarat predator, Suarez adalah Tyrannosaurus-Rex, dinosaurus terganas yang selalu menyantap mangsa apa saja, termasuk dinosaurus itu sendiri dengan tega bin kejam. Sementara Sturridge lebih menyerupai seekor Troodon, dinosaurus paling cerdik yang membunuh korbannya dengan berdarah dingin, dikunyah sedikit demi sedikit dan punya cara ekslusif dengan memainkan mangsanya terlebih dulu.
Adalah mimpi buruk buat lawan sebab Liverpool punya dinosaurus ketiga! Barangkali banyak orang tahu. Ya, Raheem Sterling. Gelandang serang yang sekampung dengan musisi legendaris Bob Marley, Jamaika ini adalah stimulan vital yang melakoni tugas pembuka jalan atau pemecah kebuntuan bagi duet SAS. Sterling bak seekor Dromiceiomimus, dinosaurus tercepat yang sanggup berlari 60 km/jam. Pemuda yang gerakannya seperti nyamuk ini melengkapi trio maut The Reds di abad ini.
Raheem Sterling sering membuat bek lawan terjengkang mendadak. |
Trio SSS yang dialiri enerji kohesi sempurna menjelma menjadi kombinasi free-scoring sempurna dan klik mematikan. Selain mendapat apresiasi, tridenta ini memang terbukti telah sebagai fear factor buat siapapun yang menghadapi Liverpool. Tiga teroris ulung ini adalah bangunan dasar ambisi Liverpool yang terlihat tak pernah terpuaskan dan sangat berbeda kinerjanya dibandingkan musim sebelumnya.
Determinasi mereka mempengaruhi komposisi permainan dan nyali rekan-rekannya. Saat getaran passion ketiganya muncul, saat itu pula gelegak adrenalin menulari skuad. Intisari skuad Liverpool sebenarnya cuma dibuat oleh 5-6 pemain saja. Duet SAS atau trio SSS selalu ditopang Steven Gerrard, Jordan Henderson, atau Philippe Coutinho, atau Joe Allen atau Lucas Leiva.
Manakala trisula maut ini tak bermain baik, dijamin permainan Liverpool akan hancur. Jose Mourinho, Manuel Pellegrini dan Arsene Wenger, adalah sedikit pelatih yang hafal tahu betul bagaimana cara menanggulangi mereka, intinya jangan sampai ada bola yang dikirim ke mereka. Pola main Rodgers adalah sistem blok, di mana organisasi sejajar menjadi kunci permainan, bertahan dan menyerang.
Kinerja trio SSS menutupi serta menolong pertahanan Liverpool yang sebenarnya kacrut. Gerrard, Henderson, atau Coutinho sangat lazim segera mengirim bola ke kiri, kanan, atau depan di mana Sturridge-Suarez-Sterling sontak melakukan rotasi secara otomatis. Ketika itulah lini belakang Liverpool punya waktu memulai konsolidasi dan koordinasi lagi. Begitu seterusnya.
Trio SSS The Reds. Sulit diulangi 20 tahun sekali. |
Kedigdayaan trio SSS memang memukau siapa pun. Secara spesifik pelatih nasional Italia Cesare Prandelli berandai-andai apabila Sturridge dan Sterling orang Italia. Seperti diketahui, di Piala Dunia 2014 Italia sekandang di Grup D bersama Costa Rica, Inggris serta Uruguay. Ini berarti lawan terberat yang dihadapi Gli Azzurri adalah trio SSS!
70 Juta Pound
"Alangkah bahagianya jika kami punya Sturridge dan Sterling. Kecepatan, enerji dan stamina mereka sangat hebat serta bermain luar biasa untuk klub mereka. Inggris beruntung menemukan sepasang pemain menarik seperti itu," kata Prandelli, yang di perempatfinal EURO 2012 menyingkirkan skuad Roy Hodgson lewat drama adu penalti.
Namun sorry to say, untuk menemukan pemain bertipe Sturridge dan Sterling buat bangsa Italia memang bak mencari dua jarum di tumpukan jerami. Italia beruntung di Ukraina 2012 sebab duo Sturridge-Sterling belum dipanggil tim nasional Inggris. Tapi nanti di Brasil ceritanya pasti lain. Tak heran jika Prandelli kini sangat khawatir dengan kekuatan Inggris.
Sadar betapa prospektifnya masa depan Liverpool melihat potensi duet SAS atau trio SSS, manajemen berniat untuk melindungi ketiga bintangnya dari incaran para pesaing, terutama sang pendekar utamanya, Luis Alberto Suarez Diaz alias Luis Suarez. Menurut si pemilik Liverpool, John W Henry, pihaknya punya dua cara untuk mengikat El Pistoleiro selama mungkin di Anfield.
Pertama dia akan menaikkan nilai kontrak dan gajinya, kedua: mengabaikan semua penawaran. Dengan status tak mau menjual, tak berminat dan tak berniat, secara moril Liverpool masih punya hak pada pria yang dibeli dari Ajax, Januari 2011. Ketika Suarez tiba-tiba mbalelo lantaran merasa klubnya tak punya ambisi dan peluang ke Liga Champion, seketika itu pula suasana jadi heboh.
Arsenal dan Real Madrid paling berpeluang memakai jasa dan tenaganya. Tarik ulur kubu Emirates dan Anfield sedemikian intensnya yang berujung tensi tinggi usai kedua pihak saling sindir menyindir. Suarez memang punya klausul membeli kontraknya sendiri pada sisa waktunya di Anfield senilai 40 juta pound. Pada Agustus 2013, Arsene Wenger melayangkan tawaran melecehkan nan ngeledek 40.000.001 pound saking frustrasinya menghadapi kepala batu kubu Liverpool!
Tatapan Arsene Wenger pada Luis Suarez yang penuh arti. |
Akhirnya drama Suarez kelar untuk sementara waktu saat pada Januari 2014 Liverpool memberi kontrak baru. Henry berani menggaji Suarez 200.000 pound per pekan, senilai 10 juta pound/tahun, sampai 2018 atau kontrak empat setengah musim. Klausul kontrak pun melesat menjadi 70 juta pound. Jumlah ini sebenarnya belum begitu aman dari incaran investor baru.
Sebagian pihak di Anfield bahkan ngotot agar buy-out clausul Suarez digenapkan menjadi 100 juta pound untuk mematok standar tinggi plus memagari Suarez agar tak loncat dari Anfield. Sebegitunyakah? Sesuai fakta, apa mau dikata Luis Suarez memang telah menjadi key success factor kebangkitan Liverpool musim ini. Dari dirinyalah lahirnya duet SAS atau tripel SSS.
(foto: dailymail/theguardian/siamliverpool/mirror/liverpoolecho)