Tragedi ini menjadi salah satu goresan terbesar dalam catatan hidup seorang Sir Alex Ferguson selama memimpin Manchester United. Banyak yang mencerca tindakan sang manajer pada 15 Februari 2003 itu tapi tidak banyak yang berani mengkritiknya di depan umum. Kejadian bermula oleh kekalahan United 0-2 dari Arsenal pada babak 16 besar Piala FA 2002/03 di Old Trafford.
Saat itu David Beckham adalah ikon utama Red Devils yang juga kapten nasional Inggris. Awalnya media hanya tahu sang bintang keluar dari Old Trafford dengan perban menempel di alis kirinya. Tambahan pula wajah Beckham sangat masam. Dia berjalan tergesa-gesa sambil merendeng Victoria Adams dan bayi mereka, Brooklyn. Apa yang telah terjadi? Jelas wartawan mencium ketidakberesan.
Sementara itu di luar, bocoran dan informasi tanggung dari para insider mulai bergentayangan. Berhari-hari perban masih menempel di alis Beckham. Mulai dari wartawan, fotografer, dan paparazzi menguntit Beckham sejak keluar dari pintu rumahnya di Nether Aderley, Chesire, hingga ke Carrington. Saat itu dia tetap datang latihan untuk persiapan menghadapi Juventus di Liga Champion.
Mereka juga bertanya-tanya kenapa sang bintang tidak mengenakan topi atau bandana, bahkan kacamata Police yang belakangan menjadi trade-mark-nya. Ia seolah-olah ingin menonjolkan luka di alis kirinya. Ada kesan si bintang iklan Pepsi dan Vodafone ini ingin memojokkan seseorang yang menyebabkan wajah gantengnya jadi ternoda.
Uniknya Beckham tidak mau berkomentar sama sekali di depan jurnalis yang senang mengepungnya. Mereka bertanya to the point, selaras dengan informasi yang dipercaya masyarakat. Apa sesungguhnya yang terjadi, Becks? Benarkah luka itu akibat perbuatan Sir Alex? Bagaimana itu bisa terjadi? Benar itu akibat sepatu bola yang dilempar ke muka Anda? Please, jelaskan Becksy.
Sementara pengejaran pada sumber resmi klub cuma menuai jawaban standar. "Apapun yang terjadi di kamar ganti harus tetap privasi," ujar juru bicara itu. Wartawan terus memburu. Ted Beckham, ayah sang bintang, kena giliran. Tapi sama saja. "Apa yang harus saya katakan? Saat ini saya bahkan seperti Anda. Ingin mendapat penjelasan apa yang telah terjadi," ucap Ted, yang agaknya jujur.
Gelandang kanan berusia 27 tahun itu diketahui tidak cedera di wajah. Dia diganti Nicky Butt pada menit 83, namun gara-gara cedera kaki. Paparan tabloid paling berani, The Sun, jadi rujukan banyak pihak. Fergie memang orang yang melukai wajah ganteng sang pesohor! Becks dapat dua jahitan di alis kirinya dari tim medis klub.
Apa sebenarnya yang terjadi, bagaimana hal itu bisa terjadi? Selang berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun kemudian, kronologis kejadian masih misteri sehingga fakta sebenarnya simpang siur. Judul The Flying Boot sudah ditancapkan untuk tragedi ini. Seperti lazimnya, yang bertebaran justru dramanya. Banyak yang sudah tahu 'hobi' Ferguson yang gemar melempar atau menendang apa saja, mungkin kecuali lemari es, di kamar ganti bila timnya kalah.
Untuk kasus ini Sir Alex kena batunya. Tapi, sungguh, ia tak berniat mencederai pemainnya sendiri. Kegemaran buruknya, bila ada pemain yang tampil di bawah standar, kali ini menuai getah lengket buat sang manajer. Orang lantas teringat wajah Fergie yang merah menahan marah saat diinterviu TV selepas kekalahan. Uniknya saat itu SAF murka lantaran menuduh pemain Arsenal sering diving.
Kasus Celana Dalam
Tapi sifat azasi sepak bola yang condong lebih suka dan lebih banyak mengulas laga berikut, berikut, lalu berikutnya, lama-lama menimbun kisah "Misteri 15 Februari 2003". "Hal-hal yang muncul di kamar ganti kadang harus disimpan di kamar ganti. Jika setiap bentrok yang saya tahu itu bernilai satu pon, maka saya sudah punya berkilo-kilo yang terjadi," papar Gordon Taylor, CEO PFA (Professional Footballers Association) saat itu.
Satu-satunya orang yang paling keras mengkritik kelakuan Fergie di ruang ganti, barangkali cuma Tommy Docherty. "Ia harus disiplin menjaga temperamennya. Saya pikir kejadian itu merupakan letupan frustrasi. Fergie adalah Fergie saat dia mengamuk. Itu dianggap hukumnya. Dia adalah penggertak. Beberapa mungkin orang menerimanya," kata eks manajer Red Devils (1972-77) tersebut.
Kasus sepatu melayang yang menimpa Beckham nyaris menyeret Fergie ke ruang pengadilan. Victoria segera mengontak Ian Walker, pengacara keluarga dari firma Russel Jones and Walker agar mengusut kekerasan fisik dan pelecehan suaminya. "Dari aneka laporan, saya yakin kekerasan itu adalah aksi tidak disengaja meskipun menimbulkan kecelakaan," kata Walker, yang tampaknya mengikuti instruksi Beckham untuk memaafkan saja kelakuan sang bos. "Untunglah itu kecelakaan kecil. Namun demikian kami tetap mengandalkan laporan medis soal perkembangan sobekan kecil di alis. Jika mengganggu aktivitas klien kami, barulah tuntutan akan diajukan," tutup Walker yang kelihatannya berharap agar kasus ini tidak melebar.
Untungnya, barangkali, di kalangan sepak bola, Sir Alex amat dikenal jago melempar atau menendang aneka benda di ruang ganti. Sehingga kasus ini pun banyak yang memaklumi. Ini bukan yang pertama. Sewaktu menangani Aberdeen, Furious Fergie pernah menendang sebaki berisi teko dan cangkirnya hingga melayang ke udara saat timnya tertinggal 0-2 hingga istirahat. Saat mendarat lagi di lantai, guci teh itu masih disepaknya lagi hingga tak berbentuk. Hal itu dilakukannya untuk membelokkan enerji negatif, di mana tadinya dia ingin menampar Gordon Strachan, pemain yang disalahkannya.
Manajer Millwall, Mark McGhee, bekas pemain Aberdeen juga, ikut bersaksi saat Fergie menghajar keranjang yang berisi pakaian kotor di depan anak buahnya yang duduk tekun mendengar kemarahannya. Lucunya, lusinan celana dalam kotor yang melayang tadi mendarat di wajah-wajah penuh ketakutan. "Tidak kelar sampai di situ, sebab itu baru awal kemarahannya," kata McGhee.
"Tiba-tiba dia duduk membeku di pojokan. Fergie masih mengomel, mengumpat apa saja, 'kamu pikir kamu bermain di mana hah?' hingga baru berhenti pada satu waktu ketika dia melihat seorang pemain yang dianggapnya heran. 'Hei, kamu pungut celana itu dari kepalamu!' bentaknya kemudian," jelas McGhee lagi. Reputasi seperti ini bukan tidak diketahui oleh seluruh pemain asuhan Fergie.
Namun kasus David Beckham memang lain dari biasanya. Untuk pertama kalinya ada yang terluka, dan kebetulan ini seorang ikon terbesar klub saat itu yang juga kapten nasional Inggris. Cerita utuh yang menjadi latar belakang tragedi itu baru terungkap 10 tahun kemudian, enam bulan setelah Fergie pensiun! Kapan? Yakni saat dia me-launching bukunya yang berjudul My Autobiography, Oktober 2013.
Pengakuan Fergie
"Dia berjarak 12 feet (4 meter) dariku. Diantara itu berjejer deretan sepatu baru di lantai. David mengumpat. Aku menoleh ke arahnya, berjalan mendekat, lalu menendang sepatu yang menghantam tepat di matanya. Tentu saja dia langsung berdiri ingin menghampiriku. Pemain lain menghentikan dia. 'Duduk!' kataku. Kau biarkan tim ini kalah. Silakan berargumen sebanyak yang kau mau," ucap Fergie.
"Selang beberapa hari aku menelponnya untuk memperlihatkan rekaman video, tapi dia masih enggan menerima kesalahannya. Dia tidak berbicara sepatah kata pun. Tidak sepotong kata pun. Di hari berikutnya cerita muncul di media massa. Di depan publik, sebuah Alice Band (kiasan dari kisah Alice in the Wonderland) memperlihatkan luka akibat sepatu itu," tambahnya.
"Itu adalah hari-hari di mana aku bilang pada komisaris bahwa David harus pergi ... David berpikir dia lebih besar dari Alex Ferguson. Tidak diragukan lagi. Aku tak peduli apakah aku seorang Alex Ferguson atau Pete the Plumber (tukang ledeng). Pada saat itu nama manajer tidak relevan. Otoritas yang paling penting. Anda tak bisa memiliki pemain yang mau mengambil alih kamar ganti...dan itu adalah lonceng kematian baginya," tutur Sir Alex masih dengan nada sangar.
Usut punya usut, Fergie rupanya memang tengah menunggu momentum untuk menyemprot Beckham (28 tahun). Dia sudah lama tersinggung dengan sikap dan disiplin anak asuhnya yang sejak berusia 14 tahun dibina di Carrington. Sumber penyebab berubahnya tabiat Beckham terjadi di usia 22, setelah dia berpacaran dengan salah satu penyanyi grup Spice Girls, Victoria Adams (23). Sudah jadi fitrah manusia punya sifat cemburu, merasa disaingi, atau perhatiannya terenggut. Apalagi semua ini menyangkut reputasi tiga orang yang amat terkenal di seantero jagat.
Kisah kasih Becks dan Vicky bermula pada suatu hari di tahun 1997. Secara naluriah, Posh Spice langsung terpincut dengan Beckham usai menonton satu laga di Old Trafford. Pada 4 Juli 1999 mereka resmi menjadi suami-isteri di sebuah kastil di Luttrellstown, Irlandia, di mana Sir Alex tak mau datang ke kondangannya. Sebenarnya Fergie bukan benci Beckham tapi Victoria Adams, sebab lebih 'sukses' mengubah perilaku anak kesayangannya.
Dikelola apik oleh istrinya, sosok ganteng Beckham berubah menjadi top selebriti ketimbang bintang sepak bola. Krisis atau friksi identitas pun tak terelakkan lagi mulai dari performa main hingga kesimpang-siuran kontrak iklan pribadi dan klub. Tapi dasar insting Ferguson itu memang tajam, ada saja faktor pendukung yang seolah-olah 'membenarkan' tindakannya menanamkan kedisiplinan pemain.
Ternyata di kemudian hari diketahui Beckham itu menderita OCD (obsessive compulsive disorder), yaitu kepribadian yang cenderung mengharuskan 'apa yang dipikir dan dia inginkan' menjadi simetris atau berpasangan. Kali ini istrinya sendiri yang bilang. "Apabila melihat ada barisan minuman di kulkas yang ganjil, maka pasti dia akan membuang atau mengeluarkannya, biar jadi genap."
Hmm, boleh jadi ini mungkin faktor penyebabnya. Beckham mengidamkan punya dua 'pilot' dalam hidupnya. Ingin menyeimbangkan posisi pelatihnya dan istrinya. Atau juga ingin berkarier sebagai pesepak bola kesohor serta selebritis top sekaligus. Uniknya, baik Sir Alex atau Victoria Adams adalah jenis orang yang selalu ingin berkuasa dan menunjukkan who's the boss dalam bidangnya. Inilah problem Beckham.
(foto: youtube/mirror/telegraph)
Dua ciri khas Sir Alex Ferguson: hairdyer treatment dan permen karet. |
Sementara itu di luar, bocoran dan informasi tanggung dari para insider mulai bergentayangan. Berhari-hari perban masih menempel di alis Beckham. Mulai dari wartawan, fotografer, dan paparazzi menguntit Beckham sejak keluar dari pintu rumahnya di Nether Aderley, Chesire, hingga ke Carrington. Saat itu dia tetap datang latihan untuk persiapan menghadapi Juventus di Liga Champion.
Mereka juga bertanya-tanya kenapa sang bintang tidak mengenakan topi atau bandana, bahkan kacamata Police yang belakangan menjadi trade-mark-nya. Ia seolah-olah ingin menonjolkan luka di alis kirinya. Ada kesan si bintang iklan Pepsi dan Vodafone ini ingin memojokkan seseorang yang menyebabkan wajah gantengnya jadi ternoda.
Uniknya Beckham tidak mau berkomentar sama sekali di depan jurnalis yang senang mengepungnya. Mereka bertanya to the point, selaras dengan informasi yang dipercaya masyarakat. Apa sesungguhnya yang terjadi, Becks? Benarkah luka itu akibat perbuatan Sir Alex? Bagaimana itu bisa terjadi? Benar itu akibat sepatu bola yang dilempar ke muka Anda? Please, jelaskan Becksy.
Sementara pengejaran pada sumber resmi klub cuma menuai jawaban standar. "Apapun yang terjadi di kamar ganti harus tetap privasi," ujar juru bicara itu. Wartawan terus memburu. Ted Beckham, ayah sang bintang, kena giliran. Tapi sama saja. "Apa yang harus saya katakan? Saat ini saya bahkan seperti Anda. Ingin mendapat penjelasan apa yang telah terjadi," ucap Ted, yang agaknya jujur.
Gelandang kanan berusia 27 tahun itu diketahui tidak cedera di wajah. Dia diganti Nicky Butt pada menit 83, namun gara-gara cedera kaki. Paparan tabloid paling berani, The Sun, jadi rujukan banyak pihak. Fergie memang orang yang melukai wajah ganteng sang pesohor! Becks dapat dua jahitan di alis kirinya dari tim medis klub.
Apa sebenarnya yang terjadi, bagaimana hal itu bisa terjadi? Selang berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun kemudian, kronologis kejadian masih misteri sehingga fakta sebenarnya simpang siur. Judul The Flying Boot sudah ditancapkan untuk tragedi ini. Seperti lazimnya, yang bertebaran justru dramanya. Banyak yang sudah tahu 'hobi' Ferguson yang gemar melempar atau menendang apa saja, mungkin kecuali lemari es, di kamar ganti bila timnya kalah.
Untuk kasus ini Sir Alex kena batunya. Tapi, sungguh, ia tak berniat mencederai pemainnya sendiri. Kegemaran buruknya, bila ada pemain yang tampil di bawah standar, kali ini menuai getah lengket buat sang manajer. Orang lantas teringat wajah Fergie yang merah menahan marah saat diinterviu TV selepas kekalahan. Uniknya saat itu SAF murka lantaran menuduh pemain Arsenal sering diving.
Kasus Celana Dalam
Tapi sifat azasi sepak bola yang condong lebih suka dan lebih banyak mengulas laga berikut, berikut, lalu berikutnya, lama-lama menimbun kisah "Misteri 15 Februari 2003". "Hal-hal yang muncul di kamar ganti kadang harus disimpan di kamar ganti. Jika setiap bentrok yang saya tahu itu bernilai satu pon, maka saya sudah punya berkilo-kilo yang terjadi," papar Gordon Taylor, CEO PFA (Professional Footballers Association) saat itu.
Satu-satunya orang yang paling keras mengkritik kelakuan Fergie di ruang ganti, barangkali cuma Tommy Docherty. "Ia harus disiplin menjaga temperamennya. Saya pikir kejadian itu merupakan letupan frustrasi. Fergie adalah Fergie saat dia mengamuk. Itu dianggap hukumnya. Dia adalah penggertak. Beberapa mungkin orang menerimanya," kata eks manajer Red Devils (1972-77) tersebut.
Kasus sepatu melayang yang menimpa Beckham nyaris menyeret Fergie ke ruang pengadilan. Victoria segera mengontak Ian Walker, pengacara keluarga dari firma Russel Jones and Walker agar mengusut kekerasan fisik dan pelecehan suaminya. "Dari aneka laporan, saya yakin kekerasan itu adalah aksi tidak disengaja meskipun menimbulkan kecelakaan," kata Walker, yang tampaknya mengikuti instruksi Beckham untuk memaafkan saja kelakuan sang bos. "Untunglah itu kecelakaan kecil. Namun demikian kami tetap mengandalkan laporan medis soal perkembangan sobekan kecil di alis. Jika mengganggu aktivitas klien kami, barulah tuntutan akan diajukan," tutup Walker yang kelihatannya berharap agar kasus ini tidak melebar.
Untungnya, barangkali, di kalangan sepak bola, Sir Alex amat dikenal jago melempar atau menendang aneka benda di ruang ganti. Sehingga kasus ini pun banyak yang memaklumi. Ini bukan yang pertama. Sewaktu menangani Aberdeen, Furious Fergie pernah menendang sebaki berisi teko dan cangkirnya hingga melayang ke udara saat timnya tertinggal 0-2 hingga istirahat. Saat mendarat lagi di lantai, guci teh itu masih disepaknya lagi hingga tak berbentuk. Hal itu dilakukannya untuk membelokkan enerji negatif, di mana tadinya dia ingin menampar Gordon Strachan, pemain yang disalahkannya.
Manajer Millwall, Mark McGhee, bekas pemain Aberdeen juga, ikut bersaksi saat Fergie menghajar keranjang yang berisi pakaian kotor di depan anak buahnya yang duduk tekun mendengar kemarahannya. Lucunya, lusinan celana dalam kotor yang melayang tadi mendarat di wajah-wajah penuh ketakutan. "Tidak kelar sampai di situ, sebab itu baru awal kemarahannya," kata McGhee.
"Tiba-tiba dia duduk membeku di pojokan. Fergie masih mengomel, mengumpat apa saja, 'kamu pikir kamu bermain di mana hah?' hingga baru berhenti pada satu waktu ketika dia melihat seorang pemain yang dianggapnya heran. 'Hei, kamu pungut celana itu dari kepalamu!' bentaknya kemudian," jelas McGhee lagi. Reputasi seperti ini bukan tidak diketahui oleh seluruh pemain asuhan Fergie.
Alex Ferguson sewaktu masih menjadi asisten Jock Stein di Aberdeen. |
Pengakuan Fergie
"Dia berjarak 12 feet (4 meter) dariku. Diantara itu berjejer deretan sepatu baru di lantai. David mengumpat. Aku menoleh ke arahnya, berjalan mendekat, lalu menendang sepatu yang menghantam tepat di matanya. Tentu saja dia langsung berdiri ingin menghampiriku. Pemain lain menghentikan dia. 'Duduk!' kataku. Kau biarkan tim ini kalah. Silakan berargumen sebanyak yang kau mau," ucap Fergie.
"Selang beberapa hari aku menelponnya untuk memperlihatkan rekaman video, tapi dia masih enggan menerima kesalahannya. Dia tidak berbicara sepatah kata pun. Tidak sepotong kata pun. Di hari berikutnya cerita muncul di media massa. Di depan publik, sebuah Alice Band (kiasan dari kisah Alice in the Wonderland) memperlihatkan luka akibat sepatu itu," tambahnya.
"Itu adalah hari-hari di mana aku bilang pada komisaris bahwa David harus pergi ... David berpikir dia lebih besar dari Alex Ferguson. Tidak diragukan lagi. Aku tak peduli apakah aku seorang Alex Ferguson atau Pete the Plumber (tukang ledeng). Pada saat itu nama manajer tidak relevan. Otoritas yang paling penting. Anda tak bisa memiliki pemain yang mau mengambil alih kamar ganti...dan itu adalah lonceng kematian baginya," tutur Sir Alex masih dengan nada sangar.
Usut punya usut, Fergie rupanya memang tengah menunggu momentum untuk menyemprot Beckham (28 tahun). Dia sudah lama tersinggung dengan sikap dan disiplin anak asuhnya yang sejak berusia 14 tahun dibina di Carrington. Sumber penyebab berubahnya tabiat Beckham terjadi di usia 22, setelah dia berpacaran dengan salah satu penyanyi grup Spice Girls, Victoria Adams (23). Sudah jadi fitrah manusia punya sifat cemburu, merasa disaingi, atau perhatiannya terenggut. Apalagi semua ini menyangkut reputasi tiga orang yang amat terkenal di seantero jagat.
Kisah kasih Becks dan Vicky bermula pada suatu hari di tahun 1997. Secara naluriah, Posh Spice langsung terpincut dengan Beckham usai menonton satu laga di Old Trafford. Pada 4 Juli 1999 mereka resmi menjadi suami-isteri di sebuah kastil di Luttrellstown, Irlandia, di mana Sir Alex tak mau datang ke kondangannya. Sebenarnya Fergie bukan benci Beckham tapi Victoria Adams, sebab lebih 'sukses' mengubah perilaku anak kesayangannya.
Dikelola apik oleh istrinya, sosok ganteng Beckham berubah menjadi top selebriti ketimbang bintang sepak bola. Krisis atau friksi identitas pun tak terelakkan lagi mulai dari performa main hingga kesimpang-siuran kontrak iklan pribadi dan klub. Tapi dasar insting Ferguson itu memang tajam, ada saja faktor pendukung yang seolah-olah 'membenarkan' tindakannya menanamkan kedisiplinan pemain.
Ternyata di kemudian hari diketahui Beckham itu menderita OCD (obsessive compulsive disorder), yaitu kepribadian yang cenderung mengharuskan 'apa yang dipikir dan dia inginkan' menjadi simetris atau berpasangan. Kali ini istrinya sendiri yang bilang. "Apabila melihat ada barisan minuman di kulkas yang ganjil, maka pasti dia akan membuang atau mengeluarkannya, biar jadi genap."
Hmm, boleh jadi ini mungkin faktor penyebabnya. Beckham mengidamkan punya dua 'pilot' dalam hidupnya. Ingin menyeimbangkan posisi pelatihnya dan istrinya. Atau juga ingin berkarier sebagai pesepak bola kesohor serta selebritis top sekaligus. Uniknya, baik Sir Alex atau Victoria Adams adalah jenis orang yang selalu ingin berkuasa dan menunjukkan who's the boss dalam bidangnya. Inilah problem Beckham.
(foto: youtube/mirror/telegraph)