Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Playmaker (4): Revolusi Passion

INGGRIS adalah negara kapitalis terkuat kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Olah raga, kebutuhan hidup yang mestinya bikin orang senang dan menyehatkan, pun telah terjerat oleh faktor untung atau rugi. Kesuksesan tak diraih lewat biaya murah sehingga uang adalah risiko terbesar. Ujung-ujungnya, pakem "high risk, high return" menjadi pertaruhan klub-klub Inggris.

Playmaker: Revolusi PassionPremier League disaksikan di 211 negara. Data ini cukup mencengangkan sebab 'anggota' Premier League ternyata lebih besar dari anggota PBB (193) dan FIFA (208). Premier League membuat penduduk bumi ketagihan. Mulai dari Lagos sampai Los Angeles, Mumbai hingga Melbourne. Efek positifnya bisa melahirkan inspirasi bisnis dan kepahlawanan. Dampak negatifnya akan menularkan pandemi emosi bahkan khaos.

Setiap bulan saja, pihak imigrasi Inggris mencap ribuan paspor dari seluruh dunia di mana para turis cuma punya tujuan menonton langsung sepak bola di London, Manchester, dan Liverpool. Dari fakta di atas, bisa dipastikan Premier League tak lagi jadi obsesi nasional atau regional, tapi internasional. Klub-klub topnya punya orientasi kuat melebarkan pasarnya, pendapatannya ke belahan dunia lain terutama di Asia.

Dengan cepat Premier League memasuki periode transisionalnya. Jargon Big Four selain dipertarungkan di klasemen, juga dipertaruhkan secara bisnis dan pasar global. Di sepak bola, Inggris seperti lagi menapaktilasi industri musiknya pada era 1960 dan 1970-an ketika The Beatles, The Rolling Stones, The Who, Pink Floyd, atau Deep Purple mengusung 'Great Empire' di jagat raya passion.

Saat pertama didirikan pada 1992, di Premier League cuma ada 11 pemain asing (non-Britania + Irlandia), namun sekarang ada 70-an negara yang punya minimal satu pemainnya tampil di divisi utama Liga Inggris. Begitu pula para manajernya. Selain dari Britania, datang dari Prancis, Italia, Belanda, Portugal, dan Spanyol. Hal yang sama pada hadirin yang nonton langsung di 20 stadion setiap pekan.

Kenaikan dramatis Premier League paling terasa di televisi. Di Afrika saja sekitar 400 juta rumah terutama di Nigeria, Ghana, Pantai Gading punya saluran khusus Premier League setiap pekan! Hitungan jumlah penonton Great Empire jilid II makin menggila lagi tatkala statistik di Cina, India, dan AS - tiga negara yang populasi penduduknya terbesar di dunia ikut dimasukkan.

Tujuan Bisnis

Sebagai fenomena global, skala bisnis Premier League bahkan melebihi Piala Dunia atau Piala Eropa. Demi menjaga kepentingan industri sepak bolanya, Premier League terus memanjakan konsumennya terutama di Asia, benua berpenduduk 4,3 milyar jiwa atau 60 persen pangsa pasar populasi manusia di bumi. Berpatokan kepada eksistensinya, Manchester United sering diidentikan dengan simbol sukses, agresif, dan dominan.

Persepsi Arsenal adalah permainan seksi, segar, dan muda. Chelsea dan Manchester City diasumsikan menjadi simbol baru kemapanan atau kemantapan. Adapun Liverpool masih diyakini sebagai lambang kepercayaan dan tradisional. Berkat persaingan yang lebih merata dan kompetitif dibanding liga-liga lain, Premier League memang diyakini punya pendukung yang terbanyak di dunia.

Dalam survey di Facebook sampai Maret 2012, diambil dari jumlah 'likes' diketahui Manchester United punya penggemar terbesar (23.447.069). Diikuti Arsenal (9.458.748), lalu Chelsea (9.144.601), Liverpool (8.735.235) serta Manchester City (4.204.927). Dari data resmi yang jadi patokan pasar, total fan United berkisar di angka 75 juta (Asia 40,7 juta, Eropa 23 juta, Amerika Latin 6 juta, dan AS 4,6 juta).

Seperti dikutip dari The Guardian, belakangan United malah mengklaim punya massa 659 juta. Dari jumlah itu, telah diperinci 325 juta fan mereka ada di Asia Pasifik, 173 juta dari Timur Tengah dan Afrika, 108 juta di Cina, dan hanya 1% saja kontribusi dari Britania Raya. Apa yang Anda pikirkan tentang itu? Apakah data konsumen tersebut yang menjadi tujuan permainan Alex Ferguson atau target bisnis Malcom Glazer?

Apakah jawabannya adalah tujuan sepak bola telah digunakan sempurna oleh kapitalisme? Setelah dibeli Sheikh Mansour Al-Nahyan muncul pada 2008, Manchester City menjadi klub terbaru yang memadukan filantropis sang pemilik dengan prestasi kongkrit demi tujuan bisnis dengan total. Lima tahun sebelumnya orang Rusia bernama Roman Abramovich juga melakukannya di Chelsea.

Sebenarnya buat bangsa Inggris revolusi passion berikutnya di sepak bola, bukanlah aplikasi baru dalam ekonominya sebab mereka telah berpengalaman ratusan tahun sebelumnya dengan melahirkan revolusi musik bahkan revolusi industri.@riefnatakusumah

(foto: review.premierleague.com)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini