DI DALAM buku klasik The Football Man, Arthur Hopcraft bilang cara termudah mengerti manusia, maka pahamilah orang-orang jenius di olah raga. Lionel Andres Messi ada di kuadran ini, sehingga memudahkan kita memaknai kiprahnya, kehidupannya, dengan baik.
Sensasi Messi terus melebar setiap waktu, setiap pekan. Sulit distop selama dia menari-nari di atas rumput hijau. Entah sampai kapan. Satu hal penting yang mungkin menggelitik adalah awal mulanya. Siapa orang yang paling berjasa untuk melangkahkan kaki sang bocah ke sepak bola pertama kali? Jangan salah, Anda pasti terkejut mengetahui fakta sebenarnya. Apakah dari 'darah' dan DNA ayahnya? Jorge Horacio Messi, ayahnya, berargumen bahwa orang itu adalah nenek Messi sendiri. Ada juga yang berkata sebenarnya Don Salvador Ricardo Aparicio, pelatih Grandoli, sebuah klub kecil di Rosario. Semua masih samar-samar.
Argumen ini bermula sebab Aparicio-lah yang meminta pada ibu Messi agar bocah lima tahun yang dibawanya ke stadion itu dibolehkan main untuk menutup kekurangan pemain di timnya. Sang ibu, Celia Maria Cuccitti, mengajak Messi saat menonton Rodrigo dan Matias - dua kakak kandung Messi - bertanding pada liga anak-anak. Insting sang pelatih langsung tergoda, sebab dari kejauhan ia terus menatap bocah Messi tengah memantulkan bola ke dinding.
Celia Maria setuju. Kostum tim langsung dikenakan ke tubuh kecilnya. Namun semuanya kecewa sebab anak ini tak bisa apa-apa setiap dapat bola. Rupanya ada yang salah. Bola itu selalu dioperkan ke kaki kanannya, sebab cerita jadi beda saat bola ada di kaki kiri. Tak satupun bisa merebutnya!
Pengganti Maradona
Dia adalah the little man with the big reputation, orang kecil dengan reputasi besar. Kasak-kusuknya banyak yang tahu, kecuali mungkin bagaimana cara dia mencapai nomor wahid di dunia, atau apa satu-satunya tantangan terbesarnya.
Rosario, kota kelahiran pejuang klasik sosialis Che Guevarra, setelah itu dilanda kasak-kusuk hebat. Seorang anak yang ditunggu-tunggu telah datang. Dalam kultur sepak bola negeri tango, penantian akan Pibe, bocah pembawa mukjizat, figur hebat, yang selalu diyakini reinkarnasinya. Eduardo Archetti, seorang sosiolog, bercerita tentang budaya bola di negerinya yang selalu menantikan kedatangan El Pibe sejak 1920-an.
Hanya seseorang yang sebelumnya memiliki julukan itu: Diego Armando Maradona. Sepak bola Argentina lahir lewat imajinasi individu yang luar biasa. Pada 1928, pada kolomnya di majalah El Grafico, Ricardo Lorenzo Rodriguez Borocoti memelopori satu monumen khusus yang hanya boleh ditulisi nama luar biasa yang hebat secara luar biasa mendribel bola.
Penantian manusia setengah dewa juga dicurahkan secara ekpresif dalam sebuah lagu. Pada 1943 tembang berjudul "A Tango, El Sueo Del Pibe" langsung populer di akhir 1970-an tatkala seorang Diego Armando Maradona mulai santer dikenal publik.
Pokoknya jika ada anak yang jago dribel bola pada potrero, tempat-tempat tak lazim di seperti atas genteng, di anak tangga, di tempat becek maupun di permukaan kasar, dia langsung diangkat jadi figur. Jika dia menjadi pemain reguler, panggilannya akan berubah La Nuestra alias (dia) milik kami.
Dalam prasasti tersebut, wartawan Argentina kelahiran Uruguay itu menulis: "Ini tempat bagi seorang Pibe yang berwajah lusuh, berambut berantakan tak pernah disisir; yang dengan kecerdasannya, daya jelajahnya, aksi tipuannya, mata meyakinkan dan berkilauan mampu menghentikan tawa orang-orang karena melihat sederetan sisa-sisa roti kemarin pada barisan gigi kecilnya."
Lagu itu tercipta 43 tahun sebelum El Diego mencetak gol cum laude sepanjang masa, gol kedua lawan Inggris di Piala Dunia 1986, lalu menakhodai Argentina menjadi juara dunia. Maka di usia 25 tahun 8 bulan itu, lahir julukan resmi: Maradona adalah Argentina, dan Argentina adalah Maradona. Bagaimana dengan Messi? Brasil 2014 adalah pertaruhannya di kala menapaki usia 27 tahun. Messi terus melangkah ke sana. "Setelah Maradona, masalah kita adalah menantikan kedatangan El Pibe penggantinya," kata Archetti pada 1990.
Well, Maradona tak akan bisa dibandingkan lagi jika di 2014 Messi meraih sesuatu. Bahkan dia akan mengubur reputasi Maradona selamanya, mengingat 113 gelar yang telah diraihnya secara kolektif maupun individual, di klub dan timnas. Bayangkan, 113 gelar! Yang teranyar adalah memecahkan rekor gol setahun Gerd Mueller (86 gol) yang bertahan 40 tahun. Jelas, Messi cuma satu gelar: titel Piala Dunia! Semoga ia dinaungi nasib mujur. @riefnatakusumah
(foto: trollfootball.me/livemint/pravdoruboklon.diary)
Sensasi Messi terus melebar setiap waktu, setiap pekan. Sulit distop selama dia menari-nari di atas rumput hijau. Entah sampai kapan. Satu hal penting yang mungkin menggelitik adalah awal mulanya. Siapa orang yang paling berjasa untuk melangkahkan kaki sang bocah ke sepak bola pertama kali? Jangan salah, Anda pasti terkejut mengetahui fakta sebenarnya. Apakah dari 'darah' dan DNA ayahnya? Jorge Horacio Messi, ayahnya, berargumen bahwa orang itu adalah nenek Messi sendiri. Ada juga yang berkata sebenarnya Don Salvador Ricardo Aparicio, pelatih Grandoli, sebuah klub kecil di Rosario. Semua masih samar-samar.
Argumen ini bermula sebab Aparicio-lah yang meminta pada ibu Messi agar bocah lima tahun yang dibawanya ke stadion itu dibolehkan main untuk menutup kekurangan pemain di timnya. Sang ibu, Celia Maria Cuccitti, mengajak Messi saat menonton Rodrigo dan Matias - dua kakak kandung Messi - bertanding pada liga anak-anak. Insting sang pelatih langsung tergoda, sebab dari kejauhan ia terus menatap bocah Messi tengah memantulkan bola ke dinding.
Celia Maria setuju. Kostum tim langsung dikenakan ke tubuh kecilnya. Namun semuanya kecewa sebab anak ini tak bisa apa-apa setiap dapat bola. Rupanya ada yang salah. Bola itu selalu dioperkan ke kaki kanannya, sebab cerita jadi beda saat bola ada di kaki kiri. Tak satupun bisa merebutnya!
Pengganti Maradona
Dia adalah the little man with the big reputation, orang kecil dengan reputasi besar. Kasak-kusuknya banyak yang tahu, kecuali mungkin bagaimana cara dia mencapai nomor wahid di dunia, atau apa satu-satunya tantangan terbesarnya.
Rosario, kota kelahiran pejuang klasik sosialis Che Guevarra, setelah itu dilanda kasak-kusuk hebat. Seorang anak yang ditunggu-tunggu telah datang. Dalam kultur sepak bola negeri tango, penantian akan Pibe, bocah pembawa mukjizat, figur hebat, yang selalu diyakini reinkarnasinya. Eduardo Archetti, seorang sosiolog, bercerita tentang budaya bola di negerinya yang selalu menantikan kedatangan El Pibe sejak 1920-an.
Hanya seseorang yang sebelumnya memiliki julukan itu: Diego Armando Maradona. Sepak bola Argentina lahir lewat imajinasi individu yang luar biasa. Pada 1928, pada kolomnya di majalah El Grafico, Ricardo Lorenzo Rodriguez Borocoti memelopori satu monumen khusus yang hanya boleh ditulisi nama luar biasa yang hebat secara luar biasa mendribel bola.
Penantian manusia setengah dewa juga dicurahkan secara ekpresif dalam sebuah lagu. Pada 1943 tembang berjudul "A Tango, El Sueo Del Pibe" langsung populer di akhir 1970-an tatkala seorang Diego Armando Maradona mulai santer dikenal publik.
Pokoknya jika ada anak yang jago dribel bola pada potrero, tempat-tempat tak lazim di seperti atas genteng, di anak tangga, di tempat becek maupun di permukaan kasar, dia langsung diangkat jadi figur. Jika dia menjadi pemain reguler, panggilannya akan berubah La Nuestra alias (dia) milik kami.
Dalam prasasti tersebut, wartawan Argentina kelahiran Uruguay itu menulis: "Ini tempat bagi seorang Pibe yang berwajah lusuh, berambut berantakan tak pernah disisir; yang dengan kecerdasannya, daya jelajahnya, aksi tipuannya, mata meyakinkan dan berkilauan mampu menghentikan tawa orang-orang karena melihat sederetan sisa-sisa roti kemarin pada barisan gigi kecilnya."
Lagu itu tercipta 43 tahun sebelum El Diego mencetak gol cum laude sepanjang masa, gol kedua lawan Inggris di Piala Dunia 1986, lalu menakhodai Argentina menjadi juara dunia. Maka di usia 25 tahun 8 bulan itu, lahir julukan resmi: Maradona adalah Argentina, dan Argentina adalah Maradona. Bagaimana dengan Messi? Brasil 2014 adalah pertaruhannya di kala menapaki usia 27 tahun. Messi terus melangkah ke sana. "Setelah Maradona, masalah kita adalah menantikan kedatangan El Pibe penggantinya," kata Archetti pada 1990.
Well, Maradona tak akan bisa dibandingkan lagi jika di 2014 Messi meraih sesuatu. Bahkan dia akan mengubur reputasi Maradona selamanya, mengingat 113 gelar yang telah diraihnya secara kolektif maupun individual, di klub dan timnas. Bayangkan, 113 gelar! Yang teranyar adalah memecahkan rekor gol setahun Gerd Mueller (86 gol) yang bertahan 40 tahun. Jelas, Messi cuma satu gelar: titel Piala Dunia! Semoga ia dinaungi nasib mujur. @riefnatakusumah
(foto: trollfootball.me/livemint/pravdoruboklon.diary)