Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Playmaker (1): Chameleonic Leader

TAK dapat dipungkiri, Desember tampaknya menjadi bulan paling menggairahkan Republik Bianconeri dalam perjalanan mencapai target musim ini. Juventus semakin kokoh sebagai capolista di pekan ke-14.

Playmaker: Chameleonic LeaderKembalinya Antonio Conte sebagai manajer, serta satu kaki yang sudah menapaki babak 16 besar Liga Champion, bukan saja melegakan dan membahagiakan kaum Drughi di manapun berada, namun juga terus menaikkan moral Andrea Pirlo dkk. hingga berlipat ganda. Kerja keras, tekad kuat, dan percaya diri adalah faktor kunci Juventus di Serie A musim ini yang terus sukses menghindari diri dari kejaran Napoli. Kemenangan sempurna 3-0 atas Torino dalam laga bertajuk Derby della Mole, Sabtu (1/12), juga kian meningkatkan fokus mereka di kancah Eropa. Rabu (5/12) atau Kamis dinihari WIB, Juve melakoni laga yang menentukan perjalanan reputasinya di Donbass Arena, Donetsk, Ukraina.

Melawan Shakhtar, La Vecchia Signora cukup meraih satu poin untuk menyingkirkan juara bertahan Chelsea di persaingan Grup E. Syukur-syukur bisa menang, jika merasa pertemuan awal dengan dua tim favorit, Barcelona atau Manchester United, memang harus dihindari lebih dulu. Itulah kenapa kemenangan atas Torino dianggap tepat waktu dari berbagai dimensi.

Dari tiga hadiah di Desember, hadirnya kembali sang manajer merupakan kebahagiaan puncak. Ahad (9/12), Conte dipastikan berada lagi di tepi lapangan kala Juve melawat ke Renzo Barbera untuk meladeni Palermo. "Kami kehilangan ucapan-ucapannya, motivasinya, hingga perubahan taktik seketika di pinggir lapangan," sebut Pirlo pada Tuttosport, sebuah koran yang pro-Juve.

Masa hukuman Conte atas skandal pengaturan pertandingan saat menangani Siena di 2010/11, telah direduksi Pengadilan Arbitrasi Olah Raga Italia pada 5 Oktober silam menjadi empat bulan setelah ditemukan sejumlah bukti baru. Sebelumnya pada 13 September 2012, FIFA sempat menyetujui embargo selama 10 bulan atas Conte untuk berbagai aktivitas di sepak bola.

"Massimo Carrera dan Angelo Alessio juga bagus. Tapi tanpa Conte jelas berbeda. Sulit bermain tanpa komando Conte dan temperamennya, sebab dia yang paling tahu bagaimana menghela kami," timpal Andrea Barzagli. "Winning mentality yang ada di dirinya kini ditularkan kepada pasukannya," beber Gianluca Pessotto, eks rekan main Conte di Juve dulu.

Sepak Bola Hati

Kejengahan tanpa Conte, seperti kata Barzagli tadi, sangat signifikan dalam grande partita bukan di laga biasa. Itu yang membuat Juve kalah 0-1 dari Milan dan 1-3 dari Inter. Tanpa Conte secara langsung pula, Juve rawan diterpa kebimbangan dalam merawat target. Maklum kali ini Juve sibuk di Eropa, tidak seperti musim lalu.

Banyak yang mengakui, Antonio Conte adalah simbol kebangkitan Juventus, pencetus klub "immortal" ketiga di era sepak bola modern setelah AC Milan 1991/92 dan Arsenal 2003/04. Sisi istimewa Conte adalah sikap patriotiknya yang kelewat tinggi bukan saja untuk Juventus namun juga Italia secara keseluruhan. Semangat inilah yang ia ditebarkan di Liga Champion.

Ia mengakui Serie A tengah mengalami stagnasi dalam persaingan. "Kita butuh perubahan dan terus berkembang karena ada perbedaan yang luas antara sepak bola Italia dengan negara lain. Ada kontes tertentu dalam skala ekonomi tapi kita punya ide-ide, organisasi, hati dan kaki," paparnya setelah Juve meremukkan Chelsea 3-0, akhir bulan lalu.

Di Juventus, Conte mengubah mental kemenangannya berupa trilogi: rasa hormat, tidak takut, dan kesadaran, yang kini menjadi falsafah bermain Bianconeri. Dalam sebuah kolomnya, Adrian Del Monte menyebut pria 43 tahun itu sebagai simbol kebangkitan 'sepak bola hati' setelah era Marcello Lippi, dengan penekanan pada possession dan pressing.

Dalam satu sisi, Conte kerap disimilarisasikan dengan Jose Mourinho, sesama Chameleonic Leader. Ini satu ungkapan halus untuk seorang manajer diktator yang menjelma menjadi teman terbaik para pemain dan segrup tifosi berkategori ultra yang berpengaruh. Conte tampak rendah hati dan tidak berapi-api di depan jurnalista namun selalu lapar kemenangan.

Beberapa wartawan Italia masih kerap bingung melihat gestuur, ketenangannya serta tutur kata yang halus serta sangat diplomatis. Sangat berbeda saat mengawal timnya bertarung. "Apa rahasia Anda dalam memotivasi pemain?" begitu seorang wartawan bertanya suatu kali. Dan, Conte menjawab: "Ah, biasa saja. Saya cuma menyuruh mereka kalau perlu makanlah rumput itu," jawab sang tokoh dengan mimik santai. Selamat datang kembali Don Antonio! @riefnatakusumah

(foto: provenquality)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini