Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Sejarah Sepak Bola (2): Lebih Mirip Sepak Takraw

Tak perlu diragukan lagi bahwa permainan Tsu Chu atau Cuju menjadi leluhurnya sepak bola masa kini. Banyak fakta dan bukti-bukti yang mengarah ke sana. Bukan saja dari peralatan yang dipakai, seperti bola dan gawang, tetapi juga cara mainnya yang menggunakan kaki, tangan, dada, bahu dan kepala.
Aturan baku dalam Tsu Chu hingga kini masih digunakan di pentas sepak bola. Misalnya kemenangan tim dari banyaknya gol yang dibuat. Juga pengenalan pengadil di lapangan alias seorang wasit, termasuk bola elastis yang ukurannya tak beda jauh dengan bola kaki masa kini! Memang secara morfologis kata Tsu Chu itu sendiri berarti menyepak bola.

Tsu (cu) itu kata kerja; menendang dengan kaki, dan Chu (ju) adalah kata benda; sebuah bola kulit yang berisi. Jangan dianggap Tsu Chu lebih mudah dimainkan. Malah sebaliknya. Untuk mencetak gol sulitnya minta ampun, apalagi tak boleh pakai tangan. Butuh performa spesial. Bisa dikata pemain Tsu Chu itu adalah bintang atau idola publik. Nama-nama mereka juga dikenal petinggi kerajaan bahkan oleh kaisar!

Secara umum, sejak muncul di zaman Dinasti Qin 221-206 SM hingga berakhir di era Kekaisaran Qing (1644-1911), Tsu Chu terbagi tiga bentuk permainan; langsung, tidak langsung dan individual. Gaya individual (keep uppy) dilakukan seorang pemain dengan mempermainkan bola di udara, mirip juggling, agar tidak jatuh. Jumlah penguasaan bola dihitung. Yang terbanyak dia yang menang. Sepintas mirip sepak takraw.
Jenis kedua, yang langsung, kerapkali disebut gaya gladiator. 

Biasanya dimainkan oleh tentara kekaisaran. Ini sebuah permainan militer yang sulit dan levelnya paling tinggi. Bayangkan, seorang pemain diharuskan mencetak gol ke sebuah keranjang dengan cara juggling tetapi dikeroyok tiga-empat lawan. Permainan ini sengaja dikembangkan untuk melatih kecekatan dan ketangguhan para prajurit.

Jenis terakhir, yang biasanya dipertontonkan di depan orang banyak, disebut gaya tidak langsung (five a side style). Ini permainan Tsu Chu paling seru, menarik dan menyedot animo masyarakat. Di lapangan persegi terdapat pembatas dan enam keranjang di setiap sisinya yang masing-masing dijaga seorang kiper. Artinya ada 12 keranjang. Tim yang mencetak gol pertama memenangkan permainan. Inilah yang paling mirip sepak bola.

Meskipun diduga sudah ada sejak zaman Dinasti Qin antara 221-206 SM, namun di era Dinasti Han-lah Tsu Chu menggapai era keemasannya. Ketika China tengah dilanda perang suku (warring states period) antara 476-221 SM, para kaisar Dinasti Qin memakai Tsu Chu untuk melatih fisik para tentaranya. Hanya kaum militer yang jago main Tsu Chu. Mereka sering berlomba terbuka di kota Linzi.

Menurut kitab Zhan Guo Ce dan Shiji, di era Dinasti Han (206 SM-220), Tsu Chu berkembang menjadi permainan rakyat, selain masih digunakan program latihan fisik militer dan diberi nama khusus zuqui, bola seukuran bola voli yang terbuat dari kulit dan berisi bulu binatang. China pada era rezim Han mencapai puncak kekuasaan yang membentang dari Korea sampai Vietnam, Taiwan, hingga Kyrgystan.

Pendiri dinasti ini adalah Liu Bang (247 SM-195 SM) yang bergelar Kaisar Gao dan berkuasa mulai 202 SM-195 SM. Sang kaisar diketahui getol main Tsu Chu sejak muda. Dia sempat kehilangan gairah hidup, sebab sulit lagi main Tsu Chu, saat harus pindah ke istana mengikuti ayahnya. Ketika resmi jadi kaisar, dia memerintahkan semua bintang Tsu Chu di seluruh negeri supaya pindah ke istana!

Kaisar Gao menurunkan belasan kaisar di bawahnya, di mana salah satunya adalah Liu Che yang bergelar Han Wudi The Great (156 SM-29 Maret 87 SM). Beberapa manuskrip mengatakan bahwa kaisar ketujuh Dinasti Han itu juga sangat keranjingan menonton dan bermain Tsu Chu. Ia juga mengikuti bapak moyangnya, yakni mengangkut semua pemain Tsu Chu terbaik seluruh negeri ke ibukota Chang'an.

Dinasti Terhebat
Kaisar Wu hidupnya eksentrik dan penggila olah raga. Dia sering memerintahkan patihnya untuk menggelar main bola primitif itu dengan tidak lazim, yaitu di halaman istana. Walhasil, para pemain Tsu Chu tampil blingsatan. Maklum, rumput di istana adalah yang terbaik di seluruh negeri. Karena menjadi kesukaan kaisar, maka standar permainan pun mulai diatur supaya tetap memikat hatinya.

Walaupun hidupnya kontroversial, kepemimpinan Wudi pada bangsanya patut diacungi dua jempol. Di tangan pria yang punya dua istri, empat gundik dan sembilan anak itu, kekuatan militer dan ekonomi China menggapai puncak. Dia unjuk perintah agar dua putrinya dihukum mati lantaran selingkuh dengan musuh, namun Wudi juga suka menulis puisi dan menjadi pemain Tsu Chu yang lumayan lihai!

Kekuasaan dan kemakmuran berdampak tegas kepada perkembangan olah raga. Tua muda, pria wanita, anak-anak sampai dewasa lihai bermain Tsu Chu. Meski tiga putranya bunuh diri, Wudi sukses mengembangkan Tsu Chu di Korea, Vietnam, Kyrgystan, yang dicaploknya. Ia eksentrik, religius, suka klenik, paranoid, bahkan konon kabarnya biseksual, namun dialah salah satu kaisar China terbesar.

Selama 54 tahun berkuasa, Kaisar Wu melakukan banyak hal untuk China. Dia menyuruh menteri pertanian Sang Hongyang menasionalisasi industri sentral seperti garam, besi, minuman, termasuk perunggu untuk bahan mata uang. Monopoli dilakukan dengan cara membeli murah bahan baku dan menjual mahal produk. Dia juga kaisar pertama yang menginstruksikan sensus penduduk.

Wudi salah satu panglima perang terhebat. Ekspansinya luar biasa, dan menguasai puluhan raja-raja di wilayah kekuasaannya. Saat itu dia salah satu orang paling berkuasa di bumi. Kaisar Wu adalah anak kesepuluh dari Kaisar Jing, lahir dari rahim selir kesayangan Wang Zhi. Wudi otomatis jadi kaisar di usia 15 setelah ayahnya meninggal pada 141 SM. Ketika usianya telah 62 tahun, sang kaisar mendapat seorang putra dari salah satu selirnya. 

Dia adalah Liu Fuling (94-74 SM), yang pada usia 8 tahun diangkat jadi kaisar dengan gelar Kaisar Zhao setelah Kaisar Wu meninggal pada tahun 87 SM. Namun Zhao pendek umur. Dalam usia 20 tahun dia pun mangkat. Karena belum punya anak, kaisar pengganti dipilih Liu Bingyi, yang juga adalah cucunya Wudi.

Liu Bingyi (91-49 SM) bergelar Han Xuandi atau Kaisar Xuan yang memerintah pada 74-49 SM. Di tangannya China bisa mempertahankan kebesarannya. Tidak saja secara militer atau ekonomi, tapi juga segi kebudayaan dan tentu saja sisi olahraga di mana Tsu Chu kembali menggebyar, bahkan jadi simbol sukses budaya China. Untuk mencari pengakuan itu Kaisar Xuan memerintahkan sesuatu.

Sudah sejak lama kaisar mendengar desas-desus bahwa Jepang juga punya tim sepak bola kuno yang mirip Tsu Chu. Permainan itu dinamakan Kemari, dan konon telah ada sejak ribuan tahun lalu. Sikap China mendua. Di satu sisi merasa senang sebab ternyata Tsu Chu populer hingga ke luar negeri. Namun di sisi lain, rada sebal juga karena faktanya Kemari mencontek Tsu Chu bergaya keepy-uppy dan five a side style!

Dari manuskrip yang tak utuh lagi saat ditemukan, ternyata tim China dan tim Jepang pernah tarung Tsu Chu atau Kemari di sekitar tahun 50 SM. Jika penemuan akan dilengkapi lagi, maka klaim sebagai laga sepak bola kuno internasional yang pertama kali di dunia itu barangkali sah-sah saja. Dengan latar belakang keluhuran peradaban China di era Dinasti Han, hal itu menjadi alasan kuat.

Dinasti Han adalah salah satu kekaisaran terbesar China yang berkuasa selama 400 tahun, salah satu yang terlama. Saking euforianya, hingga kini masih banyak orang China yang membanggakan diri dengan sebutan 'orang Han'. Di era ini, Kekaisaran China dikendalikan oleh filosofi Confucian alias Kong-fu-tzu, sebuah sistem moralitas manusia yang berimbas pada aspek sosial, politik, dan budaya.

Di zaman Dinasti Han pertanian, perdagangan, kerajinan tangan, pengetahuan hingga olah raga mencapai masa keemasan. Kertas ditemukan, alat transportasi diciptakan, ilmu konstruksi dikembangkan, akupunktur dan feng shui diandalkan. Jadi tidaklah aneh jika sekadar sepak bola dalam bentuk awal, yang menjadi dampak life-style kombinasi kehidupan waktu itu, lahir dari sana.

Itu semua karena ilmu pengetahuan telah mengubah sumber daya alam yang tersedia. Didukung oleh sumber daya manusia yang ada. Populasi penduduk China saat itu baru sekitar 56-57 juta jiwa dengan jumlah tempat tinggal sekitar 12-an juta rumah. Di satu sisi, perkembangan Tsu Chu diduga lebih pesat dari yang telah diketahui. Salah satu alasannya adalah dibangunnya Jalur Sutra oleh Kaisar Wudi.

(foto: parterrenotedicalcio/kenaston.org/impariamolecose/nationsonline)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini