Pertanyaan klasik untuk mengorek tabir sejarah paling awal permainan ini adalah kapan dan di mana pada awalnya sepak bola dimainkan. Tapi untuk menemukan kepastiannya, ternyata tak semudah dibandingkan mencari siapa yang pertama-tama memainkannya.
Jadi bukan kapan dan di mananya, tapi justru siapanya. Ini bottom line sejarah sepak bola. Mazhab yang kini dipakai ialah ia pertama kali dimainkan di Cina sejak tahun 2.500 SM. Tepat di ulang tahunnya yang ke 100 tahun, pada 20 Mei 2004, FIFA mengesahkan teori itu agar tidak jadi kontroversi. Jadi, sebelum para arkeolog menemukan bukti-bukti baru yang lebih kuat, mau tak mau dunia pun harus menurutinya.
Jadi bukan kapan dan di mananya, tapi justru siapanya. Ini bottom line sejarah sepak bola. Mazhab yang kini dipakai ialah ia pertama kali dimainkan di Cina sejak tahun 2.500 SM. Tepat di ulang tahunnya yang ke 100 tahun, pada 20 Mei 2004, FIFA mengesahkan teori itu agar tidak jadi kontroversi. Jadi, sebelum para arkeolog menemukan bukti-bukti baru yang lebih kuat, mau tak mau dunia pun harus menurutinya.
Berbekal siapanya itu, plus melihat usia literaturnya itulah Cina berhak mengklaim sebagai bangsa penemu awal sepak bola. Tetap ada argumentasi lain yang mengklaim sebagai penemu sepak bola. Tapi melihat literaturnya kalah tua, dengan sendirinya langsung gugur. Kumpulan manuskrip dari Cina itu misalnya, otomatis menghapus klaim bangsa Mesir yang konon telah memainkan bola di tahun 1.800 SM.
Memutuskan berapa sebenarnya usia permainan bola itu jauh lebih sukar dari menentukan umur Tyrannosaurus atau Triceratops. Kalau dinosaurus itu ada temuannya berupa fosil, tidak begitu dengan bola. Benda ini, sejak dari dulu pun, jelas tak punya struktur kuat seperti kekuatan tulang yang tidak lekang dimakan waktu. Makanya daripada ribut-ribut terus, ikuti sajalah dulu sementara keputusan FIFA itu.
Lagi pula, siapa berani gugat kehebatan peradaban Cina ribuan tahun silam? Tempat lahirnya kebudayaan, agama, filsafat, sumber ilmu dari percetakan sampai kompas, kuliner hingga mesiu, bisnis sampai perang, kertas hingga roket. Oleh sebabnya ada sebuah hadits yang hingga sekarang masih diperdebatkan kesahihannya, yang menganjurkan manusia, demi ilmu, belajarlah pada Cina. "Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina," sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits dhaif.
Nyaris pasti, menemukan permainan dengan bola, atau sekedar membuat bola zaman primitif, jadi perkara enteng bagi Cina. Ribuan tahun silam mereka telah menemukan yang 'berat-berat' seperti di atas tadi. Jadi tak heran jika ada literatur yang bilang sejak 7.000 tahun silam, bangsa Cina telah memainkan Tsu Chu, sebuah permainan yang jadi buyut moyangnya sepak bola masa kini.
Jadi ada kemungkinan lahirnya Tsu Chu di Cina menyamai kebudayaan manusia modern. Yang perlu diingat lagi, Cina pada saat itu masih mencakup wilayah yang kini dihuni Korea, Jepang, dan Vietnam. Menurut Wikipedia, peradaban manusia yang tertua di dunia ada di empat wilayah: Mesopotamia, Cina, Mesir, dan Meso-America yang mencakup mulai Meksiko, Honduras, dan Nikaragua.
Di Mesopotamia, yang kini berdiri negara Iraq, manusia modern sudah hidup pada masa 5.300 SM atau 7.000-an tahun silam. Mereka bermasyarakat, berkomunikasi, bertani, berburu, bisa menggambar tapi belum bisa menulis. Di Mesir, di sepanjang sungai Nil pada 3.200 SM telah ada kerajaan yang dipimpin oleh Raja Narmer yang bergelar Firaun 0. Di Amerika Tengah, kebudayaan Archaic dimulai pada 1.800 SM.
Secara biologis, klasifikasi manusia adalah Homo Sapiens, sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi untuk berpikir dan berpikir. Sebagai Homo Sapiens, manusia punya dua turunan yang menjadi ciri khas hidupnya yakni Homo Faber, mahluk yang bekerja, dan Homo Ludens, mahluk yang bermain. Dua hal yang juga dimiliki oleh hewan.
Konsep permainan di sini harus dipahami sebagai sebuah fenomena budaya, bukan sebagai fungsi biologis. Maka secara kognitif setiap tindakan manusia sebenarnya didasari oleh permainan. Bisa jadi terminologi bermain sudah dikenal sejak 30 ribu tahun silam, di mana manusia mulai bisa menyimbolkan sesuatu. Bahkan 200 ribu tahun lalu, saat komunikasi antar manusia pertama kali terjadi!
Penguak Tabir
Dari literatur Profesor Johan Huizinga (1938), sepak bola itu amat dekat dengan peradaban manusia. Dalam pengantar buku Homo Ludens, Cultuur van Oorsprong in het Spel disebutkan "Het spel is ouder dan cultuur, want, zo veel als het begrip cultuur werd onder begrensd door, over, in ieder geval veronderstelt de menselijke samenleving, en dieren zijn niet gewacht voor mensen om gewoon leren hoe te spelen zijn."
Permainan lebih tua dari budaya, sebagaimana halnya dalam batasan konsep budaya, atau setidaknya pada keharusan manusia dalam bermasyarakat. Dan binatang tak menunggu orang untuk mengajarkan bagaimana mesti bermain. Dan hewan bermain-main sebaik orang, sehingga bisa disebutkan bahwa semua karakteristik permainan manusia ada pada permainan yang dilakukan hewan.
Contohnya bergulat, berkelit, menendang, menangkap, melempar, berlari yang menjadi personifikasi sepak bola. Semua aksi ini juga dilakukan anak-anak anjing yang tengah bermain! Bahkan pada bentuk tribalisme dan reaksi primitif, semua itu seringkali juga dilakukan manusia saat berperang. Baik bermain atau berperang, motif manusia itu sama, demi mencari kepuasan dan kesenangan.
Jika terus merujuk dari buku ini, di mana hal bermain kesannya tak melulu ada di awal peradaban manusia modern, tapi bisa mundur jauh lebih primitif lagi. Makanya harus ada pembatasan. Menurut ilmuwan dan sains, evolusi manusia sebelum ke Homo Sapiens berturut-turut adalah manusia Cro-Magnon, Neanderthal, Manusia Rhodesia, Manusia Solo, Homo Sapiens Awal, dan berujung pada Homo Erectus.
Kesimpulan dari sejarawan dan teoriawan budaya dari Belanda itu sebenarnya sepele, yakni untuk memahami permainan sebagai faktor budaya kehidupan. 'Let my playing be my learning, and my learning be my playing.' Konteksnya jelas, kebudayaan manusia modern. Bicara kebudayaan berarti harus merujuk pada Cina, bangsa pertama yang punya kebudayaan paling maju dalam sejarah umat manusia.
Yang pasti, paparan di atas telah memberikan nuansa dan literatur pembanding sebelum membahas apa itu Tsu Chu, bentuknya, atau bagaimana pertama kali ia dimainkan. Ini tampaknya lebih penting ketimbang membuka tabir sejarah bola. Ya, bola. Sebuah bentuk yang secara instingtif menggoda tangan atau kaki untuk melempar atau menyepaknya.
Buku yang pertama kali menguak tabir sejarah sepak bola kuno adalah Zhan Guo Ce, sebuah literatur tentang strategi dalam keadaan berperang (strategies of the warring states). Manuskrip ini diyakini dikemas sekitar abad ketiga hingga pertama masehi. Isi dari Zhan Guo Ce melulu cerita soal era penuh peperangan di Cina mulai 476 SM sampai muncul unifikasi di zaman Dinasti Qin (221 SM).
Siapa penulis Zhan Guo Ce hingga kini masih jadi perdebatan. Satu-satunya argumen dibuat Zhang Xingcheng (587-10 Oktober 653), kanselir yang lahir pada zaman Kaisar Wen of Sui (541-604). Dia mengatakan yang menulis Zhan Guo Ce adalah seorang diplomat bernama Su Qin (wafat 284 SM). Dalam kitab Zhan Guo Ce, kata Tsu Chu atau juga cuju terdapat dalam bab berjudul Qi (negara).
Literatur kedua yang menyebutkan kata 'menendang bola' datang dari buku berjudul Shiji atau The Records of Grand Historian. Ini sebuah magnum opus dari Sima Qian (135 SM-86 SM), seorang sastrawan hebat berjuluk bapak sejarah Cina. Qian hidup di era Dinasti Han (202 SM-220) dan menulis Shiji selama 18 tahun (109 SM-91 SM). Dalam Shiji, soal Tsu Chu ditulisnya dalam bab mengenai biografi Su Qin.
Dinasti Han inilah yang dianggap sebagai pemilik sejati Tsu Chu, bapak moyangnya sepak bola modern. Di zaman ini Tsu Chu dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri dari enam orang. Alat yang dipakai yaitu sebuah bola kulit yang berisi kumpulan bulu burung dan rambut. Diameter bola ini sekitar 30-40 cm.
Membayangkan cara mainnya amat beda dibandingkan oleh sepak bola masa kini. Cara main Tsu Chu di era ini lebih mirip sepak takraw karena memakai kaki, dada, bahu dan kepala. Namun tetap ada gawangnya berupa jaring berlubang yang disangkutkan di tiang bambu, mirip keranjang bola basket. Tingginya 10-11 meter ditancapkan di tengah-tengah lahan seluas lapangan bola voli. Tim pemenang ditentukan oleh siapa yang paling banyak memasukan bola ke dalam keranjang.
(foto: mchcityzen, kyleenington.weebly)