Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Intrik Jadwal: Teori Konspirasi Mourinho

Kesantunan seseorang tidak dinilai dari perlakuan dia pada temannya, tapi terhadap lawannya. Begitu sebuah pepatah gaya Inggris nan gentleman. Sayangnya tradisi itu agaknya mulai menodai sportivitas dan fairness yang jadi ciri persepak bolaan mereka. Kini bukan zamannya lagi meributkan subyektivitas wasit atau main kayu di bursa transfer sebagai sumber drama atau kecurangan, melainkan satu potensi menakutkan di masa depan: skandal jadwal!

Intrik Jadwal: Teori Konspirasi Mourinho
Roman Abramovich, Peter Kenyon, Jose Mourinho.
Kamis, 22 Juni 2006, adalah saat yang paling ditunggu-tunggu oleh semua pelatih, semua manajer, tidak terkecuali pelatih bola terkaya di dunia: Jose Mourinho. Apa sebab? Dia menanti dengan berdegup dan emosional agenda Chelsea selama setahun ke depan. Di benaknya sudah tertera langkah-langkah apa saja yang harus dilakukannya esok, esok, dan esok hingga akhir Mei 2007.

Konsentrasinya terkumpul sempurna, sampai-sampai ia sempat kehilangan minat duduk di depan televisi untuk menonton laga negaranya melawan Meksiko di Piala Dunia 2006. Ketika gol Maniche Ribeiro dan Simao Sabrosa memenangkan Portugal, emosinya tetap labil. Karena keresahan yang terus menderanya, akhirnya dia menghubungi bosnya, Peter Kenyon, CEO Chelsea, dan juga salah satu koleganya yang berpengaruh: Pini Zahavi.

Secara parsial ia berdiskusi dengan kedua tandem pentingnya untuk mencari secercah kepastian dari potongan isu yang didapatkannya. Konon besok sore waktu London, dari markas FA di Soho Square, Chelsea akan diuntungkan oleh pengumuman fixtures Premier League 2006/07. 

Mourinho sudah tidak sabar mendapat bocoran informasi resminya. "Yang pasti, Jose, jauh lebih baik dari jadwal musim lalu. Tapi ingat, masih ada David yang lain," demikian suara dari dalam ponselnya. Siapa yang bicara? Pasti salah satu dari kedua kolega pentingnya.

Sebagian sudah bukan rahasia lagi bahwa tumbangnya David Dein dari kursi wakil presiden FA, sangat menguntungkan Chelsea, dan di satu sisi, sangat merugikan Arsenal. David Dein adalah ikon Arsenal di badan otoritas sepak bola terbesar dan paling berpengaruh ketiga sejagat setelah FIFA dan UEFA. Namun David Gill, salah satu owner sekaligus CEO Manchester United, juga bukan tokoh yang disukai kubu The Blues.

Keesokannya, Jumat, 23 Juni 2006, jadwal Premier League musim depan diumumkan. Semua media massa memasang tabelnya dan memberitakan dengan versi dan persepsi masing-masing. Di sebuah rumah di London Barat, Mourinho juga sedang merincinya satu per satu, pekan demi pekan.

Aha, laga awal dan akhir Chelsea akan berakhir di Stamford Bridge. Start 20 Agustus 2006 dan finis 13 Mei 2007. Itu saja telah membahagiakannya. Saat diteliti, pekan perdana vs Manchester City dan pekan terakhir lawan Everton. Mou juga puas melihat akurasi ucapan temannya kemarin. Jadwal Chelsea memang lebih baik dibanding musim lalu.

Buat yang rada awam soal betapa berpengaruhnya jadwal liga buat klub-klub top, papan atas, dimohon untuk menyimak juga agenda enam matchday Liga Champion, September hingga Desember. Andai diantara itu jadwal mereka di Premier League amat 'bersahabat' dalam arti hanya bertemu lawan-lawan yang ringan, atau bisa juga menjadi tuan rumah, maka hal itu disebut sebagai benefit.

Buat klub-klub Big Four, yang jadi wakil Inggris di Liga Champion, bukan rahasia lagi jika periode September-Desember adalah titik krusial pertama. Mereka paling sensitif, paling berkepentingan, paling peduli dengan rilis jadwal liga yang baru. Titik krusial berikutnya ada di periode Maret-Mei. Karena akhir Desember dan Januari dipenuhi Boxing Day dan juga arenanya Piala FA, maka berarti motif awal Mourinho sudah terjawab.

Kubu Chelsea sadar kaki tangan mereka di FA tidak kokoh. Kenyon adalah seorang profesional dan oportunis sejati. Dia bukanlah birokrat ulung seperti dua David; Dein (Arsenal) dan Gill (Manchester United). Di tangan Kenyon, motif Chelsea sederhana: dia menjalankan instruksi Roman Abramovich, yang meminta Chelsea sukses selama mungkin di Liga Champion jika ingin menangguk uang yang banyak dari tiket, TV, dan sponsor.

Kubu Chelsea juga tahu, motif mereka sudah dilakukan Arsenal, Liverpool, dan Manchester United bertahun-tahun. Apa buktinya? Kelanggengan ketiganya sebagai anggota Big Four lebih lama dibanding 17 klub lainnya. Satu hal lagi, dengan cara demikianlah, reputasi mereka masuk sebagai barisan klub terkaya di dunia bisa terjamin, juga tercapainya raihan prestasi. Semuanya harus diawali sempurna oleh perhitungan jadwal pertandingan.

Setelah berpeluh ria berjuang di pentas Eropa, mengangkasa ratusan kilometer, beberapa bahkan ribuan kilometer, menghadapi teror mental di tanah seberang, sulit bagi pemain sekelas Thierry Henry atau manajer sekelas Arsene Wenger pun untuk mengembalikan vitalitas jiwa dan raga pasukannya, dua atau tiga hari kemudian di kandang lawan-lawan mereka di liga domestik. Ini realita yang sulit dihindari, tapi masih bisa diminimalisir.

Sekarang roda nasib berputar. Dari enam laga domestik, The Blues kepagian empat partai kandang dan dua laga tandang. Bandingkan dengan musim lalu, di mana cuma sekali kandang tapi lima kali tandang. Buat para analis, terlebih lagi bursa taruhan, lewat jadwal baru Premier League ini mereka berani ketok palu bahwa potensi Chelsea untuk mencetak hattrick, menjuarai Liga Inggris tiga kali secara beruntun amat besar.

Kerja Keras Gill
David Gill, Roy Keane, dan Alex Ferguson.
Yakinlah bahwa pesaing terbesar Chelsea di musim ini adalah Manchester United. Alasannya? Sepele. Jika musim lalu rekornya di periode September-Desember tiga kali home dan tiga kali away, pada musim ini komposisi pasukan Sir Alex Ferguson sangat fantastis. Rekor laga Red Devils di tiga bulan pertama Premier League adalah enam kali bermain di kandang seusai tampil di Liga Champion, alias selalu main di Old Trafford! Thanks berat atas kerja keras David Gill.

Nasib tragis dialami Arsenal, seiring sejalan dengan terdepaknya David Dein dari salah satu kursi pimpinan di FA yang telah dijabatnya sejak tahun 2000. Kans The Gunners di kompetisi lokal terancam babak belur lantaran harus tampil di kandang lawan, enam kali berturut-turut, usai laga Liga Champion! Meski belum pasti karena harus mengikuti playoff ke putaran 32 besar, tapi perjalanan Arsenal sudah bisa diraba tingkat carut-marutnya.

Sebagian media mengulas tajam, inilah bentuk balas dendam mereka yang pernah dirugikan oleh pengaruh Dein di FA. Namun Chelsea belum boleh lega dengan jadwal baru liga. Pasalnya ada pihak yang sangat diuntungkan, dan Anda tahu itu siapa. Apalagi cibiran nyelekit khas Mou perihal jadwal miring yang menguntungkan United pasti sulit mencari timing yang tepat diucapkan. Maklum, apa sudah siap dia meladeni sosok godfather Sir Alex?

Rotasi kursi Dein ke Gill pada 2 Juni 2006, ternyata cuma memindahkan persoalan. Ibaratnya keluar kantung kiri, masuk kantung kanan. Lepas dari mulut singa, masuk ke mulut buaya. Atau, apalah. Komisi Jadwal Premier League, yang membuat, memutar, dan bertanggung jawab kompetisi andalan FA itu masih diketuai oleh Sir David Richards dengan tiga wakilnya: Philip Gartside (Bolton Wanderers), Rob Coar (Blackburn Rovers), dan, ini yang jadi buah bibir: David Gill (Manchester United).

Melihat komposisi di atas, rasanya satu kaki Ferguson sudah menginjak kesuksesan musim 2006/07. Uniknya, atau anehnya, hanya Liverpool yang bertahun-tahun seolah-olah tidak pernah mau peduli pada kongkalikong model begitu. Naif atau tidak sadar begitu tipis bedanya.

Pada akhirnya orang berhipotesa, apakah drama semacam ini yang membuat The Reds berpuasa gelar juara Liga Inggris sampai 16 tahun? Ini ironis, sebab satu-satunya klub Big Four yang belum pernah menjamah trofi Premier League sejak awal adalah Liverpool.

Ketika tiba di Inggris pada 2004, Mourinho sudah merasakan fenomena ganjil ini. Liverpool tipikal klub Inggris sejati, dalam arti tidak metropolis seperti kebanyakan klub-klub dari dua kota terbesar di England, London dan Manchester. Kultur Liverpool lebih orisinal namun primordial, amat kedaerahan.

Lihat saja cara pendukungnya mengungkapkan ekspresi dan emosinya di Anfield, entah ketika bernyanyi atau mengibarkan ratusan bendera. Dia sadar dan paham, klub ini sulit diutak-atik reputasi dan identitasnya. Lain halnya dengan Arsenal yang sekota, atau United meski sekali lagi, harus menunggu waktu yang tepat. Lagi pula, Mou tidak pernah terasa terganggu oleh eksistensi Liverpool. Toh, manajer mereka saja bukanlah legenda hidup atau mapan habis seperti Wenger atau Ferguson.

Di luar pusat kekuasaan, masyarakat mulai berhitung peluang klub masing-masing setelah melihat jadwal baru. Kelompok suporter sibuk menelaah kemungkinan adanya konspirasi. Namun sebagian media massa berani beropini yang bikin klub-klub gerah, dan pejabat FA bak kebakaran jenggot. Di musim ketiganya di Premier League, Mourinho makin mesem-mesem melihat konspirasi. Namun di satu sisi, dia juga berpikir bagaimana cara memanfaatkannya.

Sebagai seorang Aquarius, Mourinho memang senang melakukan kegiatan pribadi dan ekstra yang bernuansa rehabilitasi. Perasaannya dikenal tajam untuk menilai drama kehidupan, senang bicara banyak, jika perlu sampai sarkastis demi membela objektivitas yang tidak lazim. Dia bisa dan biasa menghabiskan waktu memikirkan hal-hal yang berbau konspirasi, bahkan metafisis, dengan perasaan subyektif yang kental.

Beberapa pekan sebelum jadwal baru liga keluar, dia diberitakan menatap bola kristal di rumahnya untuk meneropong nasib Chelsea berbekal jadwal Liga Primer dan agenda Liga Champion! Setelah diyakini melihat jalan terang, ritual pria 43 tahun ini tiada lain mengenyampingkan berbagai reaksi dan lebih memilih memotong rambutnya untuk membuang simpanan energinya. "Saya sudah siap berperang. Lihatlah rambut saya sekarang," sergahnya dengan nada bercanda.

Setan dan Malaikat
Intrik Jadwal: Teori Konspirasi Mourinho
David Dein, Thierry Henry, dan Arsene Wenger. 
Sosok Mourinho memang fenomenal. Lewat mulutnya-lah rakyat Inggris seperti disadarkan dari pembiusan total oknum-oknum FA selama lebih separo dekade pada konspirasi dan skandal jadwal. Ilmu terbaru yang didapat adalah orang kini sadar bahwa jadwal idaman adalah syarat mutlak menjadi juara Premier League. Selain itu dia juga berguna untuk keuntungan bisnis dan menjaga kejayaan. Bukan jadwal sembarang jadwal, tapi jadwal yang kental hasil persekongkolan.

Ingat kejadian sebelumnya. Juli 2005, beberapa hari usai jadwal 2005/06 dimaklumatkan, tiba-tiba Mourinho menyerang Dein, CEO Arsenal dan Wapres FA. "Dia adalah gembong di belakang layar atas jadwal yang merugikan Chelsea. Orang yang menggerakan roda operasional klub, sebaiknya tidak bekerja di FA. Klub adalah klub, FA adalah FA," serangnya serampangan dan cenderung tendensius.

Lalu lidah tajamnya makin menusuk dengan pernyataan, "Saya tak habis pikir diperlakukan amat buruk seperti setan, sedangkan Tuan Wenger dan Tuan David Dein dilayani seperti malaikat!" Awalnya Mourinho menyoroti tidak wajarnya jadwal Chelsea selama September-Desember yang bikin timnya harus away lima kali keliling Inggris setiap habis berlaga di Liga Champion. Selebihnya dia 'mengadili' Arsenal. Katanya, klub ini kebalikannya Chelsea. Selalu menjadi tuan rumah di Premier League dan tampil di hari Minggu, bukannya Sabtu seperti Chelsea.

"Saya bukanlah orang yang paling pintar di dunia, tetapi tidak terlalu bodoh untuk melihat keanehan ini, atau untuk memahami apa saja yang terjadi sejak saya datang ke Inggris. Apakah kalian para wartawan tidak mau mengungkap keanehan ini? Atau justru seorang Jose Mourinho yang tampak aneh karena berani mengatakannya? Faktanya sudah ada, terserah Anda untuk menafsirkannya."

Namun logika Mou jadi kacau balau dilihat orang, sebab dia tidak punya nyali menyerang Gartside atau Coar, apalagi David Gill, yang semuanya menjadi eksekutif di klub masing-masing. Telenovela jadwal Premier League sebenarnya sudah seru tahun lalu sebab Fergie sempat mengamini teori Mourinho.

"Dia benar. Anda lihat jadwal Arsenal setelah Liga Champion selama ini. Selama tujuh tahun saya berteriak sendirian, dan tak seorang pun mendengarkannya," ucap Sir Alex waktu itu. Musim ini, setelah David Gill menggusur David Dein, dan jelas-jelas United langsung mendapat benefit dari rotasi itu, Ferguson langsung cep, kalem.

Menurut lembaga riset Philip Cornwall, keuntungan klub-klub besar pada jadwal yang bisa dibikin cincay itu di atas 50 persen. Selama tujuh tahun, Arsenal dari total 64 laga meraih 34 laga kandang dan 30 laga tandang. Tingkat kesuksesannya mencapai 53 persen. Sementara Manchester United dari total 87 laga mendapat 47 laga kandang dan 40 laga tandang dengan kesuksesan 54 persen. Ada pun Chelsea dari total 40 laga, 22 laga kandang dan 18 tandang, level suksesnya malah 55 persen! Lho!?

Pasti Mourinho tidak membaca data dari Phillip Cornwall. Tingkat sukses Chelsea malah lebih besar, dan lagi pula perbandingan kandang-tandang ketiga klub selama tujuh tahun tak begitu signifikan. Ibaratnya cuma berbekal dari sebuah warung, Mourinho menembak sana-sini bak mitraliur bereaksi melihat Chelsea dirugikan. Wah cenayangnya salah nih, dan Anda berbicara kepagian, Bung!

Ah, sudahlah. Selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Ambil positifnya. Polemik jadwal yang diselubungi konspirasi dan skandal itu 'kan justru bikin Premier League jadi diperhatikan orang. Mou malahan berjasa. Barangkali benar di secuil sisi. Namun efek jangka panjangnya bisa berbahaya. Ingat bagaimana reputasi Serie A jatuh ke titik nadir akibat kebanyakan drama.

Ciri khas, kultur, dan tradisi sepak bola Inggris, yakni menghormati lawan untuk menunjukkan harga dirinya mesti dipertahankan. Itulah sikap gentleman sejati. Kesantunan seseorang tidak dinilai dari perlakuan dia pada temannya, tapi terhadap lawannya. Bukan begitu kata pepatah mereka?

JADWAL BIG FOUR YANG DIPERSOALKAN JOSE MOURINHO


MUSIM 2005/06
MUSIM 2006/07
Liga Champion Matchday 1(13/14 Sep)
Liga Champion Matchday 1 (12/13 Sep)
Premier League
Premier League
Charlton vs CHELSEA (17/9)
CHELSEA vs LIVERPOOL (17/9)
LIVERPOOL vs MANCHESTER UTD (18/9)
MANCHESTER UTD vs ARSENAL (18/9)
ARSENAL vs Everton (19/9)

Liga Champion Matchday 2 (27/28 Sep)
Liga Champion Matchday 2 (26/27 Sep)
Premier League
Premier League
Fulham vs MANCHESTER UTD (1/10)
Bolton vs LIVERPOOL (30/9)
ARSENAL vs Brimingham (2/10)
Charlton vs ARSENAL (30/9)
LIVERPOOL vs CHELSEA (2/10)
CHELSEA vs Aston Villa (30/9)

MANCHESTER UTD vs Newcastle Utd (30/9)
Liga Champion Matchday 3 (18/19 Okt)
Liga Champion Matchday 3 (17/18 Sep)
Premier League
Premier League
Fulham vs LIVERPOOL (22/10)
CHELSEA vs Portsmouth (21/10)
ARSENAL vs Manchester City (22/10)
MANCHESTER UTD vs LIVERPOOL (21/10)
MANCHESTER UTD vs Tottenham (22/10)
Reading vs ARSENAL (21/10)
Everton vs CHELSEA (23/10)

Liga Champion Matchday 4 (1/2 Nov)
Liga Champion Matchday 4 (31 Okt/1 Nov)
Premier League
Premier League
Aston Villa vs LIVERPOOL (5/11)
LIVERPOOL vs Reading (4/11)
ARSENAL vs Sunderland (5/11)
MANCHESTER UTD vs Portsmouth (4/11)
MANCHESTER UTD vs CHELSEA (6/11)
West Ham vs ARSENAL (4/11)

Tottenham vs CHELSEA (4/11)
Liga Champion Matchday 5 (22/23 Nov)
Liga Champion Matchday 5 (21/22 Nov)
Premier League
Premier League
ARSENAL vs Blackburn (26/11)
LIVERPOOL vs Manchester City (25/11)
Portsmouth vs CHELSEA (26/11)
Bolton vs ARSENAL (25/11)
Manchester City vs LIVERPOOL (26/11)
MANCHESTER UTD vs CHELSEA (25/11)
West Ham vs MANCHESTER UTD (27/11)

Liga Champion Matchday 6 (6/7 Des)
Liga Champion Matchday 6 (5/6 Des)
Premier League
Premier League
Newcastle United vs ARSENAL (10/12)
MANCHESTER UTD vs Manchester City (9/12)
LIVERPOOL vs Middlesbrough (10/12)
LIVERPOOL vs Fulham (9/12)
CHELSEA vs Wigan (10/12)
CHELSEA vs ARSENAL (9/12)
MANCHESTER UTD vs Everton (11/12)


(foto: skysports/guardian/thesun)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini