Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Formula 1 dan Football (1): King Bernie Berfalsafah Sepak Bola

Oleh Slavica, istri keduanya yang orang Kroasia, dia kerap disapa Si Napoleon. Jangan salah duga, ini bukan melulu lantaran tinggi tubuhnya yang 160 cm, tapi lebih ke besarnya kekuasaan dan semangat hidupnya yang tak pernah padam. Lalu kemudian, ternyata ada benarnya.
Formula 1 dan Football: King Bernie Berfalsafah Sepak Bola
Bernie: L'F1 C'est Moi.
Bernard Charles Ecclestone, lahir di Ipswich, 28 Oktober 1930, adalah owner, presiden sekaligus Chief Executive Officer (CEO) dari FOM (Formula One Management) dan FOA (Formula One Administration), dua badan penyelenggara F1, sehingga secara matematis F1 adalah dirinya sendiri.

Jika Raja Louis XIV pernah mendaulat dirinya L'Etat Cest Moi, negara adalah saya, maka King Bernie berhak pula bilang L'F1 C'est Moi, Formula 1 adalah saya! Dialah diktator sebuah organisasi olah raga dan bisnis dengan kekuasaan absolut. Tidak Sepp Blatter, godfather-nya FIFA, bukan pula Jacques Rogge, bos IOC (Komite Olimpiade Dunia). Seperti Napoleon, Bernie memang seorang kaisar di pentas olah raga, dalam arti sesungguhnya.

Jika Napoleon Bonaparte berjuluk Empereur des Francais, maka secara pasti Bernie Ecclestone adalah The Emperor of Formula One. Keduanya juga punya doktrin yang mirip. Prinsip Napoleon adalah tak mau berperang jika tentaranya berperut kosong. Sedangkan falsafah Bernie: mutlak enggan menggerakkan F1 tanpa (melihat) uang.

Sejak kecil pria Yahudi ini memang sudah berbakat entrepreneur dan pemuja dimensi kecepatan. Ke sekolah, dia selalu naik kereta pagi-pagi sembari membawa roti jualannya. Pulang sekolah sempat-sempatnya dia jualan makanan lainnya, sehingga sejak kecil Bernie amat terbiasa dengan fulus, nekat potong kompas demi memendekkan tujuan hidup. Di usia 16, Bernie memilih drop-out dengan alasan agar leluasa mencari uang untuk modal balapnya.

Kariernya di dunia balap dimulai pada 1951. Bernie sudah ikut Grand Prix Monaco pada 1958, tatkala negaranya masih berkabung atas 'Tragedi Muenchen' yakni peristiwa jatuhnya pesawat rombongan Manchester United yang banyak menewaskan para bintangnya.

Tahun bersejarah dalam kehidupan Bernie adalah 1971. Saat itu ia membeli tim elite, Brabham, yang dipunyai juara dunia tiga kali Jack Brabham. Lalu mendirikan FOCA, yang memonopoli unit usaha truk pengangkut tiap lomba F1. Pada 1988 ia menjual Brabham. Pada 1997 ia membuat rekor dunia sebagai eksekutif bergaji termahal di dunia, $80 juta AS. Ditambah dengan jabatan barunya sebagai wakil presiden FIA, kekuasaan Bernie bahkan lebih luas ketimbang temannya, Max Rufus Mosley yang kemudian menjadi Presiden FIA.


Formula 1 dan Football: King Bernie Berfalsafah Sepak Bola
The Emperor of Formula One.
Era kejayaan Bernie terjadi di awal 1990-an setelah mengontrol total hak siar dan komersial Formula 1. Mulai dari yang bernilai $50 AS hingga $50 juta AS tak pernah lepas dari pengamatan. Saat itu tiap F1 digelar ada 200 juta penonton di seluruh dunia. "Dia senang berargumen bahwa dua tambah dua bisa menjadi lima. Jika sudah membidik sesuatu, ia terus maju dan pantang menjilat ludahnya," kenang Nikki Lauda, yang pernah menjadi anak buahnya di Brabham.

Seperti Napoleon, beliau juga tak pernah berhenti ekspansi. Sekitar 1995-96, dengan modal £54 juta Bernie berjuang membawa Formula 1 masuk di lantai bursa. Keinginan ini ditentang Uni Eropa lantaran F1 dianggap sebuah monopoli. Tak habis akal, dengan 50% sahamnya di FOM, ia bikin perusahaan baru bernama SLEC, singkatan dari nama istrinya.

Bernie juga punya banyak teman, mulai dari tukang pasang ban, pembalap, pesohor olah raga, deretan aktor dan aktris, sheikh, pejabat tinggi negara, wartawan sampai orang-orang yang paling cantik dan ganteng di dunia ini atau kalangan cerdik pandai sejagat. Kekuasaannya di jagat balap mobil membuat banyak kepala negara merengek-rengek di hadapannya demi disetujuinya menjadi tuan rumah grand prix.

Bernie memang jenius. Ia selalu berpikiran strategis dan futuristik, penuh perhitungan, pekerja keras serta berani ambil resiko persis seperti Napoleon ketika mengendalikan 200 ribu tentaranya untuk menguasai Eropa namun selalu memperhatikan juru masak, bukan para jenderalnya.

Dia memang senang dengan hal yang tak terduga, yang jarang ada di pikiran orang normal. Sensasional, fenomenal, entah apa lagi kiasan yang pantas ditempelkan di dirinya. Contohnya pada 1996, dia tiba-tiba saja menyumbang Partai Buruh pimpinan Tony Blair sebesar £1 juta. Urung saja, Blair malu berat dan mikir risikonya. Tak lama dia mengembalikan lagi sumbangan gratis itu. Pada Mei 1997, partai ini memenangkan pemilu dan Blair menjadi PM Inggris baru menggantikan John Major.

Paket Sepak Bola

Usut punya usut, salah satu program partai ini adalah penghapusan rokok di tanah Inggris dan Eropa. Formula One, yang saat itu sedang honey-moon dengan industri tembakau, jelas akan terpukul. Kalkulasinya luar biasa. Bernie bahkan berani berspekulasi mengingat dalam 20 tahun terakhir, Partai Buruh tak pernah menang dari Partai Konservatif.

Demi F1, apapun akan dilakukannya. Apalagi saat F1 mendapat tekanan dari NASCAR atau CART. "Kami tahu ada pembalap yang tertarik formula domestik Amerika itu. Tapi setelah mereka pensiun dari F1!" ucapnya seolah-olah menafikan karier lumayan Jacques Villeneuve dan Juan Pablo Montoya.
Formula 1 dan Football: King Bernie Berfalsafah Sepak Bola
Roman Abramovich, jaringan baru sesama Yahudi.
Bagi Bernie, antara CART dan F1 seperti membandingkan American Football dengan sepak bola. "Cart di Eropa, ya seperti itu. Seperti mengajak orang Eropa menonton American football. Formula 1 itu adalah sepak bola. Gebyarnya lebih diterima di seluruh dunia."

Walau dia mengaku tak tahu banyak, falsafah sepak bola adalah salah satu sumber inspirasinya. Sejak 1998, ia sudah menabrakan diri dengan sepak bola. News of The World pernah membocorkan persaingannya dengan kaisar media sesama Yahudi, Rupert Murdoch, untuk membeli Manchester United.

Kasus ini sempat menggegerkan publik F-1 dan sepak bola yang tak mengerti udang apa yang ada di balik batu? Seorang Bernie memasuki kancah sepak bola? Bos United akhirnya menutup ambisi keduanya usai ditekan fans Red Devils, pemerintah Inggris sampai parlemen Eropa.

Apalagi pertempuran F1 plus Bernie vs Sky Sports memperebutkan 'trofi' Old Trafford itu, ikut menyeret nama musisi terkenal sekaligus vokalis grup band Simply Reds yang juga fan berat United, Mick Hucknall, serta rival utama Murdoch di kekuasaan media dunia, Ted Turner si pemilik CNN dan AOL Time Warner.

Selang dua tahun, Bernie merajut hubungan lagi dengan Murdoch plus Silvio Berlusconi, PM Italia dan bos Media Partners untuk merencanakan menggelar European Super League, ajang tandingan Liga Champion yang 'dikutuk' UEFA. Bernie selalu melihat peluang lewat sepak bola. Kebetulan saat itu Murdoch baru memasarkan Sky Sports sebagai saluran ekslusif Football dan Formula 1. Usul Bernie adalah beli satu dapat dua. Nonton bola dapat siaran F1. Selain diendus UEFA dan FIFA, rencana ini juga dicermati Komisi Eropa yang sikapnya terpecah dua.

Yang moderat menilai itu akan menyehatkan industri olah raga dan stabilitas ekonomi di Eropa. Golongan konservatif menolak mentah-mentah dan, mereka akhirnya memang menang karena ide ini terbentur perbedaan esensi olah raga itu sendiri. Selain relasi bisnisnya dengan Murdoch dan Berlusconi, anak seorang kapten kapal pukat itu juga diyakini pernah berhubungan baik dengan Presiden FIFA Sepp Blatter, setelah ambruknya perusahaan keluarga sang bos bola sejagat, KirchMedia, pemegang hak siar TV untuk Piala Dunia 2002 dan 2006 serta F1.
Formula 1 dan Football: King Bernie Berfalsafah Sepak Bola
Bersama bos Ferrari, Presiden Ferrari, Luca Di Montezemolo.
Sampai akhirnya muncul GPWC, yang membuat Bernie puyeng tujuh keliling beneran menjelang berakhirnya Concorde Agreement 2007. Bernie tak sudi, jika sampai GPWC yang justru bersanding dengan World Cup dan Olimpiade sebagai global audience.

Paman Gober

Sebenarnya GPWC bukan pengganggu pertama Formula 1. Pada tahun 2000 ada Premier1, perpaduan F1 dan liga sepak bola Eropa, yang digalang oleh Collin Sullivan. Namun, seperti diduga banyak kalangan, duet Max-Bernie sukses 'mematikan' kiprah ajang itu, bahkan sebelum diselenggarakan.

Lalu akhir 2004, isu A1 Grand Prix mencuat, terutama setelah dua eks pembalap F1, Alexander Yoong (Malaysia) dan juara dunia 1980, Alan Jones (Afrika Selatan), ikut bergabung. Hasilnya, Bernie menghancurkan rencana para pebisnis Afrika Selatan itu. Sebenarnya portofolio GPWC lebih progresif. Mereka mengikatkan diri dengan dua kekaisaran dunia sports, FIFA (sepak bola) dan IAAF (atletik).

Di 2006, ketiganya akan bahu membahu World Cup Germany. GPWC juga 'dekat' dengan konsorsium F1, Bayerische Landesbank, JP Morgan, dan Lehman Brothers yang kesemuanya merupakan perusahaan Jewish. Blue-print GPWC dirancang langsung oleh International Sports and Entertainment (iSe), konsultan bisnis terwahid di dunia yang sama-sama berbasis di Zuerich, Swiss, markas besar FIFA.

Bosnya, George Taylor, memahami sejarah F1 sejak 1950 dan sepak terjang Bernie Si Mister E sejak 1971. Jika di F1 keuntungan yang didapat setiap tim cuma 23%, maka GPWC berani kasih "you punya barang" 80%, yang nominalnya sekitar £257 juta setelah tiga tahun. Yang terpenting, semua tim diberi hak kontrol yang sama kuat, sesuatu yang sulit di F1.

Pengalaman awal Taylor, eks karyawan McDonalds, justru di sepak bola. Dulu oleh induk semangnya, ia ditugaskan untuk mencari benefit di Liga Champion dan Piala Eropa, ajang yang kurang populer bagi rakyat Amerika. Di sepak bola, gerakan GPWC mirip dengan proyek sempalan G-14 atau G-18 di Liga Super Eropa. Bagaimana rasanya Liga Champion tanpa Real Madrid, AC Milan, Juventus, Bayern Muenchen dan Manchester United? Andai sama-sama bergulir, mana yang Anda prioritaskan menontonnya?

Pada Rich List People 2003 keluaran The Sunday Times, kekayaan Bernie ditaksir sekitar £2,4 milyar (Rp 41 trilyun). Timbunan uang Si Paman Gober dunia balap itu sempat turun £2,34 milyar, justru setelah ia membuat rekor dunia: menjual rumahnya yang seharga $128 juta AS (sekitar Rp 1,2 trilyun), pada taipan baja asal India, Lakshmi Mittal.

Bernie "Si Qarun" punya rumah mulai dari Corsica, Gstaad, dan French Riviera serta dua jet pribadi. Sekarang kekayaannya ditaksir sekitar £4 milyar (Rp 68 trilyun). Ckckckck. Biografinya, Bernie's Game: Inside the Formula One, yang ditulis oleh Terry Lovell pada 1999 yang hingga sekarang masih laku keras dicari orang.
Formula 1 dan Football: King Bernie Berfalsafah Sepak Bola
Si Paman Gober tidak dikaruniai anak lelaki.
Dari perkawinannya dengan Slavica, eks model Armani yang berselisih 28 tahun dan 20 cm dengannya, Bernie dikaruniai dua putri, Tamara dan Petra. Istri keduanya ini akan diwariskan kekayaan sedikitnya £2 milyar. "Mati? Itu pasti terjadi dan saya juga tak mau andai diberi umur 21 tahun lagi," ucap lelaki berusia 75 tahun ini coba berfilosofi.

Siapa penerus Bernie yang kompeten memutar roda F1? Sulit menjawabnya. Yang pasti, setelah matematis, orang yang paling berkuasa setelah Bernie adalah Max Mosley, Presiden FIA. Si mantan pengacara, politisi, pembalap dan pemilik tim ini tugasnya mengawasi, memelototi kesalahan lalu memberi hukuman. Siapa lagi?

Barangkali ya Slavica, yang siap mengambil alih segalanya dari Si Tua Bangka Super Kaya Raya itu. Orang keempat adalah Presiden Ferrari, Luca Di Montezemolo, seorang 'kiper' yang menjaga sebuah tradisi, reputasi di bisnis otomotif. Masih ada lagi? Masih. Berikutnya barangkali baru para pimpinan tim seperti Ron Dennis (McLaren), Sir Frank William (Williams) dan lain-lain termasuk Flavio Briatore. Namun pada sabar dulu ya, kelihatannya Pak Bernie sama sekali belum merindukan akhirat.

(foto: motorsport/dailymail/is-a-cunt/skysports/willthef1journo)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini