Bisa jadi ini sebuah anti-teori terkini dalam sejarah Serie A di era milenium baru. Mau dibilang cuma kebetulan, terserah. Mau dianggap beruntung juga no problemo. Nyatanya tanpa tradisi dan khayalan, Chievo terus meluncur dan mantap menggenggam capolista, pimpinan klasemen, selama tiga pekan terakhir!
Berlaga di kandang sendiri, Stadio Mario Antonio Bentegodi di kota Verona, Scudetti Serie B 2000/01 itu sukses melindas Perugia 2-0 lewat gol penalti playmaker Eugenio Corini (27) dan sundulan sweeper Lorenzo D'Anna (77). Bentrok kedua tim dilaporkan berjalan sengit, keras menjurus brutal, dipenuhi protes dan hujan kartu.
Tak heran jika arbitri Stefano Braschi dipaksa kerja keras termasuk sering adu urat leher dengan pemain kedua tim. Jalannya pertandingan tiba-tiba jadi keras cenderung main kayu memasuki menit ke-15 ketika Marco Di Loretto menghantam sayap kanan Chievo, Eriberto Da Silva. Oleh wasit terbaik Serie A Italia tersebut, bek Perugia itu kontan diganjar kartu kuning.
Setelah itu, dalam kurun waktu 15 menit ke depan, Braschi lagi-lagi merogoh kantongnya untuk memvonis D'Anna dan Simone Perrotta serta Salvatore Monaco (Perugia) dengan kartu kuning, serta espulsi buat gelandang Perugia asal Argentina, Claudio Martin Paris, karena menghajar dari belakang Federico Cossato di dalam kotak penalti. Suasana kian panas usai penalti Corini sukses menembus gawang Andrea Mazzantini.
Di menit ke-36 dan 38, Braschi kembali menghukum dua pemain tamu Davide Baiocco (kartu kuning) dan Monaco (kartu merah). Urusan kelihatannya bakal runyam sebab kedua pelatih mulai berteriak protes dari pinggir lapangan. Pelatih Perugia Serse Cosmi, yang dikenal sangat temperamental, langsung mencak-mencak melihat kartu merah untuk Monaco.
"Sulit mempercayai dua vonis Braschi dalam waktu berdekatan," ucap Cosmi, yang oleh beberapa wartawan lokal diacungi jempol karena taktiknya sukses membendung lawan walau timnya bersisa 9 pemain. "Anda 'kan bisa lihat, Cossato tak berpeluang mencetak gol. Jadi tak ada alasan Braschi memberi kartu merah Paris," tambahnya dalam jumpa pers usai pertandingan.
Ambisi Bertahan
Keputusan Braschi atau pendapat Cosmi justru dibenarkan oleh gelandang Chievo, Christian Manfredini. "Saya pikir Braschi tidak perlu memberi penalti serta mengusir Paris atau mengeluarkan Monaco," sebut Manfredini apa adanya. Sayang, tidak ada komentar dari Braschi karena memang wasit tidak diwajibkan menghadiri jumpa pers. Keunggulan kubu tuan rumah dipertegas ketika mereka menambah golnya di 10 menit terakhir.
Assist Manfredini dari sayap kiri disambut pas oleh sundulan D'Anna yang maju ke depan. Skor 2-0 tak berubah sampai 3 menit tambahan waktu di akhir babak kedua. Hasil itu disambut sukacita oleh allenatore Chievo, Luigi Del Neri. "Dengan sembilan pemain, Perugia justru bermain bagus. Kami jadi terlihat bodoh dan merasa dipermainkan. Tapi hasil ini secara objektif makin menyelamatkan kami dari zona degradasi. Itu yang terpenting," papar Del Neri rada hiperbola usai pertandingan.
Memang, meski faktanya memimpin klasemen sementara Serie A musim 2001-02, namun sejak semula Del Neri selalu mengatakan bahwa target Chievo musim ini cuma bertahan di Serie A alias jangan sampai kena degradasi ke Serie B. Ajaibnya, hal itu terus diamini oleh para pemainnya, termasuk bos Chievo. Luigi Campedelli, serta tifosi setia mereka.
Secara psikologis hal ini sangat positif. Gialloblu selalu bermain lepas tanpa beban atau tekanan. Bagaimana pekan ke depan? Setelah 11 pekan, ketangguhan Chievo kini tinggal diuji oleh tiga favorit Serie A musim ini, AC Milan (tandang) pada pekan ke-12, Inter (kandang, 16/12) dan Roma (tandang, 23/12). Milan, yang di dua duelnya ke depan akan main di San Siro, sukses membekuk tuan rumah Parma melalui gol emas Filippo Inzaghi. Demikian pula Roma yang menang 3-1 atas tuan rumah Bologna di Renato Dall'Ara.
"Obsesi kami tetap bertahan di Serie A, meski kesempatan untuk bersaing tetap terbuka. Namun. yang lebih saya pikirkan adalah bagaimana bermain menyerang dan menyerang. Ini terlihat lebih realistis buat kami, terserah orang menganggap kami apa," ungkap Eriberto, gelandang asal Brasil yang pernah membela Bologna seolah menyepakati ucapan pelatihnya.
(foto: gazzetta)
Kegembiraan tiga pekan dibuat oleh Chievo. |
Tak heran jika arbitri Stefano Braschi dipaksa kerja keras termasuk sering adu urat leher dengan pemain kedua tim. Jalannya pertandingan tiba-tiba jadi keras cenderung main kayu memasuki menit ke-15 ketika Marco Di Loretto menghantam sayap kanan Chievo, Eriberto Da Silva. Oleh wasit terbaik Serie A Italia tersebut, bek Perugia itu kontan diganjar kartu kuning.
Setelah itu, dalam kurun waktu 15 menit ke depan, Braschi lagi-lagi merogoh kantongnya untuk memvonis D'Anna dan Simone Perrotta serta Salvatore Monaco (Perugia) dengan kartu kuning, serta espulsi buat gelandang Perugia asal Argentina, Claudio Martin Paris, karena menghajar dari belakang Federico Cossato di dalam kotak penalti. Suasana kian panas usai penalti Corini sukses menembus gawang Andrea Mazzantini.
Di menit ke-36 dan 38, Braschi kembali menghukum dua pemain tamu Davide Baiocco (kartu kuning) dan Monaco (kartu merah). Urusan kelihatannya bakal runyam sebab kedua pelatih mulai berteriak protes dari pinggir lapangan. Pelatih Perugia Serse Cosmi, yang dikenal sangat temperamental, langsung mencak-mencak melihat kartu merah untuk Monaco.
"Sulit mempercayai dua vonis Braschi dalam waktu berdekatan," ucap Cosmi, yang oleh beberapa wartawan lokal diacungi jempol karena taktiknya sukses membendung lawan walau timnya bersisa 9 pemain. "Anda 'kan bisa lihat, Cossato tak berpeluang mencetak gol. Jadi tak ada alasan Braschi memberi kartu merah Paris," tambahnya dalam jumpa pers usai pertandingan.
Ambisi Bertahan
Keputusan Braschi atau pendapat Cosmi justru dibenarkan oleh gelandang Chievo, Christian Manfredini. "Saya pikir Braschi tidak perlu memberi penalti serta mengusir Paris atau mengeluarkan Monaco," sebut Manfredini apa adanya. Sayang, tidak ada komentar dari Braschi karena memang wasit tidak diwajibkan menghadiri jumpa pers. Keunggulan kubu tuan rumah dipertegas ketika mereka menambah golnya di 10 menit terakhir.
Assist Manfredini dari sayap kiri disambut pas oleh sundulan D'Anna yang maju ke depan. Skor 2-0 tak berubah sampai 3 menit tambahan waktu di akhir babak kedua. Hasil itu disambut sukacita oleh allenatore Chievo, Luigi Del Neri. "Dengan sembilan pemain, Perugia justru bermain bagus. Kami jadi terlihat bodoh dan merasa dipermainkan. Tapi hasil ini secara objektif makin menyelamatkan kami dari zona degradasi. Itu yang terpenting," papar Del Neri rada hiperbola usai pertandingan.
Memang, meski faktanya memimpin klasemen sementara Serie A musim 2001-02, namun sejak semula Del Neri selalu mengatakan bahwa target Chievo musim ini cuma bertahan di Serie A alias jangan sampai kena degradasi ke Serie B. Ajaibnya, hal itu terus diamini oleh para pemainnya, termasuk bos Chievo. Luigi Campedelli, serta tifosi setia mereka.
Secara psikologis hal ini sangat positif. Gialloblu selalu bermain lepas tanpa beban atau tekanan. Bagaimana pekan ke depan? Setelah 11 pekan, ketangguhan Chievo kini tinggal diuji oleh tiga favorit Serie A musim ini, AC Milan (tandang) pada pekan ke-12, Inter (kandang, 16/12) dan Roma (tandang, 23/12). Milan, yang di dua duelnya ke depan akan main di San Siro, sukses membekuk tuan rumah Parma melalui gol emas Filippo Inzaghi. Demikian pula Roma yang menang 3-1 atas tuan rumah Bologna di Renato Dall'Ara.
"Obsesi kami tetap bertahan di Serie A, meski kesempatan untuk bersaing tetap terbuka. Namun. yang lebih saya pikirkan adalah bagaimana bermain menyerang dan menyerang. Ini terlihat lebih realistis buat kami, terserah orang menganggap kami apa," ungkap Eriberto, gelandang asal Brasil yang pernah membela Bologna seolah menyepakati ucapan pelatihnya.
(foto: gazzetta)