Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Saatnya Tango Cetak Sejarah Baru

Setelah Brasil terpeleset dari Jepang, walau masih punya peluang untuk lolos, kini giliran Argentina diharapkan mampu mengangkat Amerika Latin ke tampuk juara Olimpiade Atlanta 1996. Namun itu semua tidak gampang mereka raih, karena ranjau-ranjau bertebaran di hadapan mereka, terutama dari tim-tim Eropa dan Afrika.


Olimpiade Atlanta 1996: Saatnya Tango Cetak Sejarah Baru
Bayangkan, belum apa-apa mungkin langkah mereka Brasil di Grup D sudah mendapat pelajaran berharga dari Jepang, tim yang sama sekali tidak diperhitungkan. Lantas di Grup A, Argentina, walau sukses awal sudah diraih namun Portugal telah menghentikan keyakinan mereka yang meluap. Jika tidak waspada, bukan tak mungkin langkah mereka cuma berhenti di perempatfinal yang dimulai Sabtu besok.

Padahal oleh panitia dua tim inilah yang sebenarnya diskenariokan bertemu di final nanti untuk menarik pengunjung lebih banyak. Argentina sebagai juara Grup A akan ditantang runner-up Grup B. Ini tugas teramat berat, mengingat tim elite Eropa seperti Prancis atau juga Spanyol sudah pasti bukan lawan empuk. Bukan mustahil, kepastian lolos atau tidak pada mereka akan ditentukan melalui adu penalti.

Yang lebih melegakan justru Brasil. Di perempatfinal, kalau benar maju, dua kekuatan yang ada di Grup C seperti Meksiko atau Korea Selatan, di atas kertas masih bisa diatasi, apalagi setelah mereka mendapat 'pelajaran' dari Jepang, tidak besar kepala sekarang ini memang tengah dijadikan tema pasukan Samba.

Dalam sepak bola, gol adalah segala-galanya. "Begitulah sepak bola, tak ada yang pasti di sana. Dunia masih mengakui bahwa gol lebih berharga ketimbang permainan cantik," kata pelatih Mario Lobo Zagalo, setelah timnya dikepruk Jepang 0-1.

Saat Tepat

Kebetulan Argentina dan Brasil amat didamba oleh publik AS sendiri untuk bertemu di final. Hal ini semata untuk memuaskan mereka yang opini sepak bolanya dikuasai oleh gaya Latin. Kalaupun ada satu tim yang pantas dan diharapkan selain tim nasional mereka sendiri, tentunya Meksiko.

Sementara dari Afrika, waspada level tinggi harus diberikan pada Nigeria. Kalau dirunut dari sejarahnya, tidak ada waktu tepat bagi Argentina dan Brasil selain sekarang untuk meraih medali emas di sepak bola Olimpiade.

Ketika Argentina pertama kali ikut, mereka langsung masuk final bersama Uruguay di Olimpiade 1928 Amsterdam, sekaligus meruntuhkan dominasi kekuatan Eropa sebelumnya. Namun hal itu tak berlangsung lama, karena di masa-masa berikutnya hingga kini Eropa kembali berjaya. Di dua Olimpiade, 1984 dan 1988, Brasil sempat masuk final. 

Namun Prancis dan Uni Soviet mengubur impian tersebut. Sementara Argentina hanya sekali berprestasi lumayan, menjadi runner-up karena tumbang dalam final 1928 di tangan Uruguay, satu-satunya negara Latin yang mampu menjuarai sepak bola Olimpiade.

Namun fenomena sekarang, ada Brasil ada Argentina. Tak hanya di Piala Dunia, Piala Amerika, Piala Dunia Junior, tapi juga di Olimpiade meski mereka hanya bersentuhan di babak penyisihan. Namun itulah, persaingan dua tim sarat prestasi dari Amerika Latin ini. 

Di Olimpiade Atlanta, penari-penari Tango di lapangan hijau itu ternyata lebih macho ketimbang tim Samba. Mereka membungkam tuan rumah 3-1, yang diyakini sebagai balas dendam setimpal ketika mereka diporak-porandakan 3-0 pada Piala Amerika 1995.

Itu baru 'kemenangan pertama' dari Brasil atas persaingan kedua tim yang sebenarnya sangat diskenariokan bertemu di final. Kalau itu terjadi. kenangan Olimpiade 1928 Amsterdam tampaknya akan terulang. Dan kali ini tak boleh lepas. Dulu Uruguay yang membuyarkan impian indah.

Kalau Mario Lobo Zagalo banyak menumpuk bintang muda lokalnya, tidak demikian dengan Daniel Alberto Passarella, pelatih yang diserahi tanggung jawab oleh AFA (PSSI-nya Argentina) karena begitu ambisinya negara ini untuk merebut emas. Pelatih Gaucho Senior ini gemar memakai bintang muda yang bersinar di Liga Italia dan Spanyol, termasuk tiga pemain 'ekstranya'.

Tercatat sembilan pemain 'asing' digunakannya. Ambisi makin mengental tatkala setengah dari tim ini ternyata pasukannya yang juga turun di penyisihan Piala Dunia 1998, yang masih berlangsung hingga saat ini. Dalihnya jelas, menambah jam terbang para pemainnya lantaran Argentina rada 'gawat' di babak kualifikasi zona Amerika Selatan. Tak ada salahnya memang menjalankan tugas ganda, apalagi buat bangsa. Dan Argentina tengah mewujudkannya itu.


SKUAD TIM TANGO OLIMPIADE 1996

Kiper: 1-Carlos Bossio (01-12-73/Estudiantes)12-Pablo Cavallero (13-04-74/Velez Sarsfield)22-Javier Lavallen (13-12-73/Esgrima).
Belakang2-Roberto Ayala (14-04-73/Napoli, Italia)3-Jose Chamot (17-05-69/Lazio, Italia)4-Javier Zanetti (10-08-73/Inter, Italia)6-Roberto Sensini (12-10-66/Parma, Italia)13-Hector Pineda (13-07-75/Huracan, Meksiko)14-Pablo Paz (27-01-73/Banfield)19-Juan Sorin (05-05-76/River Plate).
Tengah5-Matias Almeyda (21-12-73/River Plate)8-Diego Simeone (28-04-70/Atletico Madrid, Spanyol)10-Ariel Ortega (04-03-74/River Plate)11-Hugo Morales (30-07-74/Lanus)18-Marcelo Gallardo (18-01-76/River Plate)15-Christian Bassedas (16-02-73/Velez Sarsfield)16-Gustavo Lopez (13-04-73/Zaragoza, Spanyol)20-Juan Veron (09-03-73/Sampdoria, Italia)21-Guillermo Schelotto (04-05-73/Esgrima).
Depan7-Claudio Lopez (17-07-74/Racing Club)9-Hernan Crespo (05-07-75/Parma, Italia)17-Marcelo Delgado (24-03-73/Racing Club).
Pelatih: Daniel Alberto Passarella
Asisten: Amerigo Gallego, Alejandro Sabella
Partisipasi: 1928 1960, 1964, 1988

(foto: worldsoccer)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini