Kejurnas angkat besi, angkat berat, dan binaraga 1996 di Hall B Senayan Jakarta, 6-15 Januari lalu boleh dikata sukses. Tetapi, rasa tak puas tampaknya masih menyelimuti PB PABBSI. Maklum, justru di angkat besi tidak terdapat torehan prestasi yang mencuat seperti halnya di angkat berat yang mampu memunculkan prestasi fenomenal: pecahnya enam rekor dunia! Padahal hanya angkat besi yang akan dipertandingkan di Olimpiade Atlanta, 19 Juli - 4 Agustus mendatang.
Kejurnas ini sendiri dijuarai oleh Provinsi Lampung yang memang menjadi ladangnya 'Hercules' di negeri ini. "Terlalu dekatnya jarak kejurnas dengan SEA Games juga menjadi salah satu penyebab seretnya rekor-rekor baru," jelas Wakil Ketua Bidang Angkat Besi PABBSI, Hary Wibowo, memberi alasan. Namun ada benarnya juga ucapan mantan lifter nasional itu.
Kegagalan Hari Setiawan, peraih emas di SEA Games Chiang Mai untuk kelas 54 kg misalnya, tak lain karena belum pulihnya tenaga sang lifter asal Jawa Barat. Tetapi, tampaknya hal itu tak bisa dijadikan sebagai alasan utama lagi mengingat lifter asal Lampung, Taufik, justru mencapai prestasi puncak.
Tampil di kelas 59 kg, Taufik justru mampu membuat prestasi puncak dengan menumbangkan rekornas 117,5 kg, dan rekor SEA Games 115 kg atas nama Erwin Abdullah (Sulsel). Hal yang sama juga dilakukan oleh peraih emas kelas 76 kg Lukman (Lampung) dan Sunaryo di kelas 99 kg.
"Melihat begini, pecahnya rekornas saja sudah untung," tambah Hary dengan nada skeptis. Padahal pada 4-9 April mendatang, para lifter sudah harus mempersiapkan diri lagi menuju kejuaraan angkat besi Asia 1996 di Jepang, arena yang menjadi penentu lolos tidaknya para lifter kita ke Olimpiade Atlanta.
Masih Kabur
Inilah yang membuat para pengurus sedikit kecewa. Melihat sisa waktu yang ada, tiada jalan lain, PB PABBSI akan menggiring kembali para lifter untuk segera menghuni pelatnas di Wisma Gajah Sena, Cipayung, Jawa Barat. "Setelah kejuaraan Asia itu, mereka juga akan kembali ke pelatnas yang terakhir kalinya sebelum ke Atlanta," katanya lagi.
Sebelum kejurnas, PB PABBSI telah menominasikan delapan lifter. Mereka adalah Hari Setiawan, M.Rusli, dan Supendi untuk kelas 54 kg. Lalu, Taufik (59 kg), Sodikin, Yudhi Suhartono (64 kg) dan Lukman (76 kg). Belum diketahui apakah lifter asal Jambi Sunaryo, yang menjadi lifter terbaik kejurnas 1996, juga dimasukkan dalam daftar nominasi berikut.
"Kalau memang tampil bagus, kita masih bisa tambah," sebut Sekjen PB PABBSI Djoko Pramono. Ini berarti akan terjadi persaingan sengit, mengingat setelah usai kejuaraan dunia di Guangzhou, Cina, sesuai aturan Indonesia mendapat empat jatah. Masing-masing atas nama empat lifter yang masuk 25 besar meski tidak menjadi juara: Supendi dan Rusli (54 kg), Zulkarnaen (59 kg), dan Catur Meistudy (70 kg).
Sialnya, kepastian empat jatah ini pun masih kabur karena belum ada keputusan resmi dari IWF (International Weightlifting Federation). "Tapi kita tetap terus mengupayakannya. Yang lebih mudah, ukurannya ya di Jepang itu. Kalau kita masuk lima besar Asia, peluang ke Atlanta sangat besar. Itu saja," kata Hary. Semoga sanggup deh.
(foto: tjandra m. amin)
Sodikin, lifter nasional kelas 64 kg. |
Kegagalan Hari Setiawan, peraih emas di SEA Games Chiang Mai untuk kelas 54 kg misalnya, tak lain karena belum pulihnya tenaga sang lifter asal Jawa Barat. Tetapi, tampaknya hal itu tak bisa dijadikan sebagai alasan utama lagi mengingat lifter asal Lampung, Taufik, justru mencapai prestasi puncak.
Tampil di kelas 59 kg, Taufik justru mampu membuat prestasi puncak dengan menumbangkan rekornas 117,5 kg, dan rekor SEA Games 115 kg atas nama Erwin Abdullah (Sulsel). Hal yang sama juga dilakukan oleh peraih emas kelas 76 kg Lukman (Lampung) dan Sunaryo di kelas 99 kg.
"Melihat begini, pecahnya rekornas saja sudah untung," tambah Hary dengan nada skeptis. Padahal pada 4-9 April mendatang, para lifter sudah harus mempersiapkan diri lagi menuju kejuaraan angkat besi Asia 1996 di Jepang, arena yang menjadi penentu lolos tidaknya para lifter kita ke Olimpiade Atlanta.
Masih Kabur
Inilah yang membuat para pengurus sedikit kecewa. Melihat sisa waktu yang ada, tiada jalan lain, PB PABBSI akan menggiring kembali para lifter untuk segera menghuni pelatnas di Wisma Gajah Sena, Cipayung, Jawa Barat. "Setelah kejuaraan Asia itu, mereka juga akan kembali ke pelatnas yang terakhir kalinya sebelum ke Atlanta," katanya lagi.
Sebelum kejurnas, PB PABBSI telah menominasikan delapan lifter. Mereka adalah Hari Setiawan, M.Rusli, dan Supendi untuk kelas 54 kg. Lalu, Taufik (59 kg), Sodikin, Yudhi Suhartono (64 kg) dan Lukman (76 kg). Belum diketahui apakah lifter asal Jambi Sunaryo, yang menjadi lifter terbaik kejurnas 1996, juga dimasukkan dalam daftar nominasi berikut.
"Kalau memang tampil bagus, kita masih bisa tambah," sebut Sekjen PB PABBSI Djoko Pramono. Ini berarti akan terjadi persaingan sengit, mengingat setelah usai kejuaraan dunia di Guangzhou, Cina, sesuai aturan Indonesia mendapat empat jatah. Masing-masing atas nama empat lifter yang masuk 25 besar meski tidak menjadi juara: Supendi dan Rusli (54 kg), Zulkarnaen (59 kg), dan Catur Meistudy (70 kg).
Sialnya, kepastian empat jatah ini pun masih kabur karena belum ada keputusan resmi dari IWF (International Weightlifting Federation). "Tapi kita tetap terus mengupayakannya. Yang lebih mudah, ukurannya ya di Jepang itu. Kalau kita masuk lima besar Asia, peluang ke Atlanta sangat besar. Itu saja," kata Hary. Semoga sanggup deh.
(foto: tjandra m. amin)