Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Les Bleus: Cuma Butuh Mental Juara

Oui! Inilah tahun kebangkitan persepakbolaan Prancis. Fakta dan faktor pendukung tersaji lengkap dan nyata. Jadi, yakinlah tidak terdengar aneh kalau mereka, misalnya menjuarai Piala Eropa 1996. Apa modal mereka?

Les Bleus: Cuma Butuh Mental Juara
Apalagi bakal bangkitnya Prancis di Piala Eropa 1996 sudah ditandai oleh beberapa sukses lainnya. Tiga klubnya — Nantes, Paris Saint-Germain, dan Bordeaux — lolos ke semifinal kejuaraan antarklub Eropa. Lalu tim nasional junior, yang ditangani Raymond Domenech, meraih tiket ke Olimpiade Atlanta 1996. 

Betul, hal tersebut lebih merupakan faktor sugesti saja. Namun, modal mereka untuk berbuat banyak di Inggris nanti tampaknya juga beralasan. Tim nasional Prancis — yang dijuluki Les Bleus itu berisi kumpulan pemain bintang yang amat berkibar di klub.

Sebut saja antara lain: Bernard Lama, kiper yang kini dijadikan kapten. Christian “Si Anjing Gila” Karembeu, lalu Didier Deschamps, Youri Djorkaeff, Zinedine Zidane, Vincent Guerin, Patrice Loko, Reynald Pedros, Christophe Dugarry sampai, ini mudah-mudahan dipanggil — David Ginola, Eric Cantona, dan Jean-Pierre Papin!

Tak Terkalahkan

“Dengan kekuatan seperti ini,” kata Platini, “Prancis sebenarnya pantas menjuarai Piala Eropa. Tapi sejarah mencatat, kami selalu kurang beruntung jika memasuki saat-saat penentuan. Maka, yang kini harus digenjot pasukan Jacquet cuma bagaimana mengatasi tekanan mental,” tambah pemain yang membawa satu-satunya gelar internasional kepada negaranya pada 1984, menyarankan. Itu maksudnya jelas, mental juara!

“Mudahan-mudahan, kali ini kami sukses. Suasana sudah berubah di dalam tim, meski di luar masih kacau,” harap Djorkaeff. Memang, tidak di mana-mana, tim nasional selalu kisruh. Prancis pun begitu. Mulai soal pemain, pelatih —bahkan — hingga stadion mana jika tim nasional akan main, jadi masalah. Tapi Jacquet jalan terus. Yang terakhir, ia bersikeras belum mau memakai Ginola dan Cantona, serta malah mencoba debutan macam Pierre Laigle, Sabri Lamouchi, atau Lilian Thuram.

Namun kehebatan Jacquet meloloskan negaranya ke Piala Eropa untuk ketiga kalinya telah menepis semua keraguan. Selain itu di tangannya, Prancis tak pernah kalah selama 2 tahun lebih (20 partai), termasuk 10 partai di penyisihan. Ini sekaligus memecahkan rekor Platini pada 1989-1991 ketika menjadi pelatih.

Pada ujicoba terakhir, 27 Maret lalu, Prancis mengalahkan tuan rumah Belgia 2-0 di Brussels. Sementara itu, dua bulan sebelumnya, Yunani dan Portugal juga tak mampu menahan laju Les Bleus karena dikandaskan 1-3 dan 2-3. Paling tidak, masih ada tiga partai lagi yang akan dilakoni mereka sebelum menyeberang ke Inggris, Juni nanti. Yakni melawan Finlandia di Strasbourg (29/5), Jerman di Stuttgart (1/6), dan Armenia di Paris (5/6).

Memang, pelatih Aime Jacquet tidak pernah sesumbar begitu. Tapi, tentunya ia ingin. Ingin sekali. Sebab tiada kesempatan sebagus seperti sekarang untuk mengulangi kejayaan Michel Platini dkk. pada 1984 tatkala mengangkut trofi Henri Delaunay ke bumi persada. “Kami harus sukses di Piala Dunia, di negeri sendiri. Yang menjadi soal, bagaimana masyarakat mau percaya dan menghargai kami jika kami tak berprestasi baik sejak sekarang,” ucap Jacquet dengan diplomatis.

(foto: dna.fr)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini