Inilah pertemuan dua klub elite yang terhina, Juventus lawan Internazionale pada Ahad (17/12) atau Senin (18/12) dinihari WIB di Stadion Delle Alpi, Torino. Juventus, yang digebuk Sampdoria 0-2 dan Inter yang secara mengejutkan ditaklukkan Padoba 1-2, kembali harus mempertahankan kehormatannya pada putaran ke-14 Serie A. Siapapun yang kalah dijamin akan bersiap memasuki masa krisis. Hal inilah yang menjadi grande partita begitu krusial.
Secara sekilas, hasil seri seharusnya amat pantas digapai keduanya. Namun apakah Juve mau melepas kesempatan begitu saja, di depan publiknya? Di tiga musim sebelumnya, dari enam laga yang digelar, hasilnya memang kebanyakan seri (3 kali). Sisanya malahan Inter menang 2 kali dan Juve hanya sekali. Musim lalu (1994/95), keduanya bermain 0-0 baik di Delle Alpi maupun di Giuseppe Meazza.
Di musim 1993/94 Juve menggasak Inter 1-0 di Torino dan menahan Inter 2-2 di Milano. Namun di musim 1992/93, Inter secara perkasa menang saat andata (kandang) atau pun ritorno (tandang) masing-masing 3-1 dan 2-0. Cukup menarik apa yang terjadi Senin dinihari besok, mengingat secara moral Juve harus bisa membalaskan hasratnya. Pelatih Juve Marcello Lippi pasti mendapat hikmah banyak dari kekalahan melawan Sampdoria pekan sebelumnya.
Kendati menurunkan the winning team-nya, taktik permainan Lippi rupanya masih belum sakti, setidaknya di depan pelatih Il Samp, Sven-Goran Eriksson. Strategi sang rival saat itu cukup simpel. Membiarkan Juve banyak menguasai bola sehingga fokus untuk menyerang balik lebih baik. Hasilnya sesuai skenario.
Apakah Roy Hodgson juga menginstruksikan anak-anak Nerazzurri berbuat yang sama? Harapan Inter semakin terkuak mengingat Juve kali ini tidak setangguh musim lalu, setidaknya dari sisi permainan. Ambisi yang meletup-letup di Piala Champion, setiap di tengah pekan, membuat tenaga La Vecchia Signora kepayahan di akhir pekan. Pendek kata, sekarang Juve bukanlah tim yang teramat sulit untuk dikalahkan seperti sebelum-sebelumnya. Pamornya di Serie A musim ini mulai terbaca oleh Inter.
Data statistik sederhana yang bakal ikut mendongkrak target tersebut makin membuat Juve waspada. Dua pemain baru Inter, Caio - gelandang serang asal Brasil - dan striker Marco Branca, belakangan kian padu mengacak-acak pertahanan lawan dan membobol gawang. Walau belum 100 persen full di Inter, namun pengalaman internasional Hodgson boleh jadi lebih baik dari Lippi.
Dia lebih bisa membaca strategi Lippi. Sebaliknya Lippi belum mengenal secara dalam strategi Hodgson. "Hati saya ini 90 persen bersama Inter, dan 10 persen berada di Swiss," kata Hodgson singkat sambil bercanda saat ditanya kesiapan menghadapi laga grande partita. Dari pernyataan singkat ini motif dapat dibaca betapa seriusnya Hodgson menjemput masa depannya di Inter ketimbang di tim nasional Swiss yang masih digarapnya.
Belakangan ini banyak yang skeptis melihat penampilan Juventus di musim ini. Meski masih bercokol sebagai pemuncak klasemen, namun mereka telah empat kali kalah. Kesibukan di ajang Piala Champion bisa jadi memang harus dibayar mahal. Langkah pasukan Lippi di sini memang memuaskan, terbukti dengan lolosnya Bianconeri ke perempatfinal yang akan dimulai Februari 1996 mendatang. Tentu Lippi tidak harus memikirkan Real Madrid, calon lawan mereka, sekarang dengan terlalu serius toh? Problem di depan mata harus yang didahulukan.
(foto: wiki/askmen)
Secara sekilas, hasil seri seharusnya amat pantas digapai keduanya. Namun apakah Juve mau melepas kesempatan begitu saja, di depan publiknya? Di tiga musim sebelumnya, dari enam laga yang digelar, hasilnya memang kebanyakan seri (3 kali). Sisanya malahan Inter menang 2 kali dan Juve hanya sekali. Musim lalu (1994/95), keduanya bermain 0-0 baik di Delle Alpi maupun di Giuseppe Meazza.
Di musim 1993/94 Juve menggasak Inter 1-0 di Torino dan menahan Inter 2-2 di Milano. Namun di musim 1992/93, Inter secara perkasa menang saat andata (kandang) atau pun ritorno (tandang) masing-masing 3-1 dan 2-0. Cukup menarik apa yang terjadi Senin dinihari besok, mengingat secara moral Juve harus bisa membalaskan hasratnya. Pelatih Juve Marcello Lippi pasti mendapat hikmah banyak dari kekalahan melawan Sampdoria pekan sebelumnya.
Kendati menurunkan the winning team-nya, taktik permainan Lippi rupanya masih belum sakti, setidaknya di depan pelatih Il Samp, Sven-Goran Eriksson. Strategi sang rival saat itu cukup simpel. Membiarkan Juve banyak menguasai bola sehingga fokus untuk menyerang balik lebih baik. Hasilnya sesuai skenario.
Apakah Roy Hodgson juga menginstruksikan anak-anak Nerazzurri berbuat yang sama? Harapan Inter semakin terkuak mengingat Juve kali ini tidak setangguh musim lalu, setidaknya dari sisi permainan. Ambisi yang meletup-letup di Piala Champion, setiap di tengah pekan, membuat tenaga La Vecchia Signora kepayahan di akhir pekan. Pendek kata, sekarang Juve bukanlah tim yang teramat sulit untuk dikalahkan seperti sebelum-sebelumnya. Pamornya di Serie A musim ini mulai terbaca oleh Inter.
Data statistik sederhana yang bakal ikut mendongkrak target tersebut makin membuat Juve waspada. Dua pemain baru Inter, Caio - gelandang serang asal Brasil - dan striker Marco Branca, belakangan kian padu mengacak-acak pertahanan lawan dan membobol gawang. Walau belum 100 persen full di Inter, namun pengalaman internasional Hodgson boleh jadi lebih baik dari Lippi.
Dia lebih bisa membaca strategi Lippi. Sebaliknya Lippi belum mengenal secara dalam strategi Hodgson. "Hati saya ini 90 persen bersama Inter, dan 10 persen berada di Swiss," kata Hodgson singkat sambil bercanda saat ditanya kesiapan menghadapi laga grande partita. Dari pernyataan singkat ini motif dapat dibaca betapa seriusnya Hodgson menjemput masa depannya di Inter ketimbang di tim nasional Swiss yang masih digarapnya.
Belakangan ini banyak yang skeptis melihat penampilan Juventus di musim ini. Meski masih bercokol sebagai pemuncak klasemen, namun mereka telah empat kali kalah. Kesibukan di ajang Piala Champion bisa jadi memang harus dibayar mahal. Langkah pasukan Lippi di sini memang memuaskan, terbukti dengan lolosnya Bianconeri ke perempatfinal yang akan dimulai Februari 1996 mendatang. Tentu Lippi tidak harus memikirkan Real Madrid, calon lawan mereka, sekarang dengan terlalu serius toh? Problem di depan mata harus yang didahulukan.
(foto: wiki/askmen)
Minta tolong di tampilkan artikel laporan langsung final liga Champions musim 1995-1996 dari stadion Olimpico Roma. Terimakasih 🙏
BalasHapus